- Beranda
- Komunitas
- Debate Club
[CLEAN] Dunia Tanpa Agama
TS
dcantripe
[CLEAN] Dunia Tanpa Agama
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace... You,..
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace... You,..
GIF
Quote:
Original Posted By dcantripe►Ngomong pake data aja, daripada lelah gw nanggepin satu2 kaum bebal insecure.
Manusia itu hidup membentuk pattern. Kalo kamu gak bisa belajar dari pattern yang ada, selamat lu jadi orang2 tertinggal yang membiarkan history repeat himself jatoh ke lubang yang sama.
Eniwei...
PUJI TUHAN!! (terserah gimana cara lu mau mujinya, paka bahasa yang dipake di surga lu)
Menurut data Pew Research Centre ini, Indonesia berada di urutan ketiga terbesar bangsa yang menganggap agama sangat penting. Sangat membanggakan. Kita satu kelompok dengan Etiopia, Senegal dan Uganda.
Ini data tahun 2015. Melihat semangat putra-putra bangsa menyebarkan syiar agama dalam seluruh pori-pori kehidupan, saya yakin tidak lama lagi kita akan mampu menggeser Senegal bahkan Etiopia. Amin!
Manusia itu hidup membentuk pattern. Kalo kamu gak bisa belajar dari pattern yang ada, selamat lu jadi orang2 tertinggal yang membiarkan history repeat himself jatoh ke lubang yang sama.
Eniwei...
PUJI TUHAN!! (terserah gimana cara lu mau mujinya, paka bahasa yang dipake di surga lu)
Menurut data Pew Research Centre ini, Indonesia berada di urutan ketiga terbesar bangsa yang menganggap agama sangat penting. Sangat membanggakan. Kita satu kelompok dengan Etiopia, Senegal dan Uganda.
Ini data tahun 2015. Melihat semangat putra-putra bangsa menyebarkan syiar agama dalam seluruh pori-pori kehidupan, saya yakin tidak lama lagi kita akan mampu menggeser Senegal bahkan Etiopia. Amin!
OS buat IQ 2 digit:
Quote:
Pro:Dunia tanpa agama adalah utopia dimana masyarakat sudah cukup cerdas untuk dapat me-logika-kan pertanyaan2 yang sebelumnya belum mampu mereka jawab dan berujung pada deus ex machina sehingga kepercayaan purba telah ditinggalkan.
Con: Dunia tanpa agama merupakan malapetaka, tanda kiamat, kaliyuga dimana telah ditinggalkannya moral dan keimanan kepada sang penguasa sehingga memaksa Imam Mahdi, Jesus, Siwa, Maitreya, Ultra-Man, Baja Hitam, Nyi Blorong, Mak Lampir, dan lain-lain untuk turun kembali ke dunia menyelamatkan manusia.
OS buat IQ 3 digit
Quote:
Spoiler for 2 digit dont enter!!:
Agama adalah suatu sistem yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala perangkat yang terintegrasi didalamnya, meliputi tata peribadatan, tata peran para pelaku, dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama bersangkutan (Sedyawati, 2006: 66). Suatu sistem kepercayaan merupakan hal yang vital bagi perkembangan suatu kelompok manusia dalam setiap lini kehidupan. Terlebih lagi dalam konteks ruang lingkup masyarakat tradisional yang erat berhubungan dengan alam, sistem kepercayaan menjadi salah satu unsur utama roda penggerak dalam kehidupan sosial. Hingga detik ini bisa dikatakan tidak ada satu pun peradaban yang pernah terbit maupun tenggelam tanpa menciptakan suatu tatanan sosial yang berakar dari sistem kepercayaan yang dianut sebagian besar masyarakat yang tinggal didalamnya.
Ide awal lahirnya suatu sistem religi sendiri masih menjadi perdebatan tak berujung diantara para ahli ilmu sosial, baik menggunakan pendekatan ilmu sosiologi, antropologi, arkeologi, psikologi, maupun pendekatan disiplin ilmu lain. Kenyataan ini tak dapat dipungkiri karena memang data di lapangan yang sangat beragam dan merupakan hal yang hampir mustahil untuk memetakan gagasan seorang/kelompok individu menggunakan paradigma lingkungan yang ada saat ini. Menyangkut sistem kepercayaan yang berkembang pada masa prasejarah, sejauh ini kita hanya mampu bersandar kepada asosiasi antara suatu benda dengan yang lain atau menggunakan pendekatan-pendekatan analogi praktik keagamaan atau tradisi tertentu.
Koentjaraningrat sendiri membagi teori mengenai asas dan asal-mula religi yang telah dikembangkan oleh peneliti lain menjadi tiga golongan sesuai fokus pendekatan mereka yang berbeda-beda. Ketiga golongan itu yakni: (1) teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada keyakinan religi (A. Lang, R. R. Marett, dan A.C. Kruyt); (2) teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada sikap manusia terhadap alam ghaib atau hal-hal yang ghaib (R. Otto); (3) teori-teori yang pendekatannya berorientasi kepada upacara religi (W. Robertson Smith, K. Th. Preusz, R. Herz, dan A. Van Gennep).
Pengelompokan bentuk agama menjadi agama dunia dan tradisional seperti yang telah dipaparkan diatas bukanlah suatu pedoman mutlak dalam mengklasifikasikan suatu agama. Keterbatasan alternatif yang memungkinkan dan identifikasi permasalahan yang beraneka ragam akan selalu membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Pada kenyataan di lapangan, akan selalu ditemukan anomali maupun fenomena yang tidak sesuai dengan klasifikasi tersebut.
Saat ini terdapat 6 agama yang diakui secara resmi di Indonesia, yakni; Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain itu masih terdapat sistem kepercayaan lain yang terus tumbuh berkembang di Indonesia sebagai kaum minoritas penghayat dan pelestari agama asli Indonesia tersebut, sebagai contoh sistem kepercayaan tersebut ialah; Sunda Wiwitan, Buhun, Kejawen, Marapu, Kaharingan, dan lain sebagainya.
Dari berbagai macam sistem kepercayaan yang ada di Indonesia itulah dengan caranya masing-masing dan dengan maupun tanpa pengaruh satu sama lain, sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial budaya di Nusantara. Dari ide yang dimanifestasikan dalam segala bentuk ritual persembahan akan menghasilkan suatu karya ciptan penanda budaya. Maka tak ayal para penganut agama ini terus melestarikan nilai-nilai yang mereka miliki.
Nubuatan akan hilangnya nilai agama yang telah dipupuk sedemikian rupa diyakini merupakan pertanda akan datangnya akhir zaman yang semakin dekat. Untuk itu para penganut agama terus berusaha memperbanyak pengikut dan mempertebal keimanan umatnya. Di sisi lain para penggiat ilmu pengetahuan lebih menganggap agama sebagai penghalang kemajuan manusia. Akar dari segala permasalahan. Ketika penipu pertama bertemu dengan orang bodoh pertama, saat itulah terwujud sebuah agama. Untuk itu dengan hilangnya unsur agama pada masyarakat dianggap sebagai titik awal untuk menggapai masyarakat yang maju baik dari aspek pemikiran maupun kedewasaan.
Ide awal lahirnya suatu sistem religi sendiri masih menjadi perdebatan tak berujung diantara para ahli ilmu sosial, baik menggunakan pendekatan ilmu sosiologi, antropologi, arkeologi, psikologi, maupun pendekatan disiplin ilmu lain. Kenyataan ini tak dapat dipungkiri karena memang data di lapangan yang sangat beragam dan merupakan hal yang hampir mustahil untuk memetakan gagasan seorang/kelompok individu menggunakan paradigma lingkungan yang ada saat ini. Menyangkut sistem kepercayaan yang berkembang pada masa prasejarah, sejauh ini kita hanya mampu bersandar kepada asosiasi antara suatu benda dengan yang lain atau menggunakan pendekatan-pendekatan analogi praktik keagamaan atau tradisi tertentu.
Koentjaraningrat sendiri membagi teori mengenai asas dan asal-mula religi yang telah dikembangkan oleh peneliti lain menjadi tiga golongan sesuai fokus pendekatan mereka yang berbeda-beda. Ketiga golongan itu yakni: (1) teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada keyakinan religi (A. Lang, R. R. Marett, dan A.C. Kruyt); (2) teori-teori yang dalam pendekatannya berorientasi kepada sikap manusia terhadap alam ghaib atau hal-hal yang ghaib (R. Otto); (3) teori-teori yang pendekatannya berorientasi kepada upacara religi (W. Robertson Smith, K. Th. Preusz, R. Herz, dan A. Van Gennep).
Dari berbagai macam sistem religi yang ada di dunia, klasifikasi agama biasanya terbagi menjadi dua jenis kelompok utama; yakni kelompok agama-agama dunia (Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen, Islam, dsb) dan kelompok agama tradisional/primal religions (Kejawen, Sunda Wiwitan, Buhun, Marapu, Kaharingan, Aluk Todolo, dsb). Seperti yang didefinisikan oleh Bowie (2000: 26), agama dunia memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memiliki pedoman literatur tertulis.
2. Memiliki gagasan keselamatan, kerap kali datang dari luar.
3. Universal, atau berpotensi universal.
4. Bisa beralkulturasi atau menggantikan agama tradisional.
5. Sebagian besar memiliki tuntunan yang berada diluar aktivitas sehari-hari.
1. Memiliki pedoman literatur tertulis.
2. Memiliki gagasan keselamatan, kerap kali datang dari luar.
3. Universal, atau berpotensi universal.
4. Bisa beralkulturasi atau menggantikan agama tradisional.
5. Sebagian besar memiliki tuntunan yang berada diluar aktivitas sehari-hari.
Sedangkan agama tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Oral, kalaupun memiliki budaya tulis kitab tuntunan maupun kredo yang dimiliki akan sangat sedikit.
2. Lebih ke arah duniawi
3. Terbatas kepada bahasa tunggal atau kelompok etnis.
4. Terkadang merupakan bentuk dasar dari agama-agama dunia.
5. Kehidupan keagamaan dan sosial tidak dapat dipisahkan.
1. Oral, kalaupun memiliki budaya tulis kitab tuntunan maupun kredo yang dimiliki akan sangat sedikit.
2. Lebih ke arah duniawi
3. Terbatas kepada bahasa tunggal atau kelompok etnis.
4. Terkadang merupakan bentuk dasar dari agama-agama dunia.
5. Kehidupan keagamaan dan sosial tidak dapat dipisahkan.
Pengelompokan bentuk agama menjadi agama dunia dan tradisional seperti yang telah dipaparkan diatas bukanlah suatu pedoman mutlak dalam mengklasifikasikan suatu agama. Keterbatasan alternatif yang memungkinkan dan identifikasi permasalahan yang beraneka ragam akan selalu membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Pada kenyataan di lapangan, akan selalu ditemukan anomali maupun fenomena yang tidak sesuai dengan klasifikasi tersebut.
Saat ini terdapat 6 agama yang diakui secara resmi di Indonesia, yakni; Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain itu masih terdapat sistem kepercayaan lain yang terus tumbuh berkembang di Indonesia sebagai kaum minoritas penghayat dan pelestari agama asli Indonesia tersebut, sebagai contoh sistem kepercayaan tersebut ialah; Sunda Wiwitan, Buhun, Kejawen, Marapu, Kaharingan, dan lain sebagainya.
Dari berbagai macam sistem kepercayaan yang ada di Indonesia itulah dengan caranya masing-masing dan dengan maupun tanpa pengaruh satu sama lain, sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial budaya di Nusantara. Dari ide yang dimanifestasikan dalam segala bentuk ritual persembahan akan menghasilkan suatu karya ciptan penanda budaya. Maka tak ayal para penganut agama ini terus melestarikan nilai-nilai yang mereka miliki.
Nubuatan akan hilangnya nilai agama yang telah dipupuk sedemikian rupa diyakini merupakan pertanda akan datangnya akhir zaman yang semakin dekat. Untuk itu para penganut agama terus berusaha memperbanyak pengikut dan mempertebal keimanan umatnya. Di sisi lain para penggiat ilmu pengetahuan lebih menganggap agama sebagai penghalang kemajuan manusia. Akar dari segala permasalahan. Ketika penipu pertama bertemu dengan orang bodoh pertama, saat itulah terwujud sebuah agama. Untuk itu dengan hilangnya unsur agama pada masyarakat dianggap sebagai titik awal untuk menggapai masyarakat yang maju baik dari aspek pemikiran maupun kedewasaan.
P.S: Junker kaga lucu di pejwan gw rikues delet
Kompilasi Komen-Komen Para Utopis:
Quote:
Spoiler for Klik:
Quote:
Original Posted By berwin►
1. Saya rasa salah satunya kerena perkembangna media komunikasi yg membuat seolah2x isu ini jadi besar/membesar, dimsa lalu jg sebeanrnya ada dan segitu2x aja tp karena informasi gka sampai keorang banyak dalam waktu yg singkat banyak yg melihatnya cuman insiden kecil2x.
Sekarang insiden2x kecil2x ini mudah terkases dan seolah2x menimbulkan impresi banyak terjadi.
Yg namanya suatu golongan mendiskreditkan golongan lain, satu agama mendiskreditkan agama lain itu dari dahulu juga ada sebeanrnya cman dilakukan segelintir orang2x aja tp karena media telekomunikasi sudah kaya saat ini maka impresinya seperti itu terus2xan diserang/menyerang.
Misal yg Islam merasa ada yang terus2xan menyerang mereka sementara pihak yg lain merasa terus2xan diserang Islam, ini sebeanrya dari dahulu yach segitu2x aja cmn mangnified oleh kemajuan tekhnologi informasi.
Kdang2x berita diulang2x tp footage yang digunain sama aja itu2x juga, jadi hari ini misalnya saya ngerasa udah ada yang posting berita soal pelecehan suatu agama, besok2x saya baca lagi ada yang baru tau dan posting soal yang sama dgn footage yg sama, dstnya begitu, buat yang sadar yach paham dan aware bahwa yach beritnaya cuman 1 tp dishare berulang kali tp ada yang gak paham yg biasanya kalo baca berita cuman baca judul yang bisa beda2x tp isinya sama aja nah mreka2x ini yg merasa kayanya makin banyak padahal mah gak banyak kasusnya yach 1 itu2x aja.
2. Yach sependapat aja tp menurut saya ttp gak akan bisa peace, manusia itu inheren sebagai pattern seeker, kita itu tumbuh dgn belajar melihat pola. Karena melihat pola kita itu secra naluriah selalu mengenai perbedaan2x. Makanya permainan yg populer namanya "Spot the Diff" kan ? gak ada permainan populer "Spot the identical" kan.
Selalu permainannya mencari perbedaan antara gambar A dgn B, gak ada yang bilang persamaan. Yach karena otak kita memang didesain untuk melihat perbedaan lalu setelah melihat perbedaan nurture kita yg adalah konstrksi sosial diajarkan untuk meberikan "value" atau nilai atas apa yang kita lihat maka ada baik-buruk, benar-salah, dll.
Yg nature kita rasanya gak sulit untuk melawan, tp yg nurture bisa kita latih. Dalam artian kita tentu ttp akan membeda2xkan dan mengelompok2xan sesuatu tp soal pemberian nilai pada kelompok ini yg bisa kita latih untuk gak "labeling" isitlahnya ataupun disadari bahwa lebel itu sifatnya pribadi belom tentu semua orng akan memberikan label yg sama.
Quote:
Original Posted By fullstop►
kenapa yah mod, kesini sini manusia itu yg di konflikin soal agama/keyakinan hingga perang lagi? kalau dulu kan sebatas kekuasaan. jangan2 yang di katakan john lennon benar lagi mod, yg di dalam lagu "imagine"? apa pendapatmu tentang lagu ini mod? sependapatkah km dgn beliau? kalau tdk kenapa?
kenapa yah mod, kesini sini manusia itu yg di konflikin soal agama/keyakinan hingga perang lagi? kalau dulu kan sebatas kekuasaan. jangan2 yang di katakan john lennon benar lagi mod, yg di dalam lagu "imagine"? apa pendapatmu tentang lagu ini mod? sependapatkah km dgn beliau? kalau tdk kenapa?
1. Saya rasa salah satunya kerena perkembangna media komunikasi yg membuat seolah2x isu ini jadi besar/membesar, dimsa lalu jg sebeanrnya ada dan segitu2x aja tp karena informasi gka sampai keorang banyak dalam waktu yg singkat banyak yg melihatnya cuman insiden kecil2x.
Sekarang insiden2x kecil2x ini mudah terkases dan seolah2x menimbulkan impresi banyak terjadi.
Yg namanya suatu golongan mendiskreditkan golongan lain, satu agama mendiskreditkan agama lain itu dari dahulu juga ada sebeanrnya cman dilakukan segelintir orang2x aja tp karena media telekomunikasi sudah kaya saat ini maka impresinya seperti itu terus2xan diserang/menyerang.
Misal yg Islam merasa ada yang terus2xan menyerang mereka sementara pihak yg lain merasa terus2xan diserang Islam, ini sebeanrya dari dahulu yach segitu2x aja cmn mangnified oleh kemajuan tekhnologi informasi.
Kdang2x berita diulang2x tp footage yang digunain sama aja itu2x juga, jadi hari ini misalnya saya ngerasa udah ada yang posting berita soal pelecehan suatu agama, besok2x saya baca lagi ada yang baru tau dan posting soal yang sama dgn footage yg sama, dstnya begitu, buat yang sadar yach paham dan aware bahwa yach beritnaya cuman 1 tp dishare berulang kali tp ada yang gak paham yg biasanya kalo baca berita cuman baca judul yang bisa beda2x tp isinya sama aja nah mreka2x ini yg merasa kayanya makin banyak padahal mah gak banyak kasusnya yach 1 itu2x aja.
2. Yach sependapat aja tp menurut saya ttp gak akan bisa peace, manusia itu inheren sebagai pattern seeker, kita itu tumbuh dgn belajar melihat pola. Karena melihat pola kita itu secra naluriah selalu mengenai perbedaan2x. Makanya permainan yg populer namanya "Spot the Diff" kan ? gak ada permainan populer "Spot the identical" kan.
Selalu permainannya mencari perbedaan antara gambar A dgn B, gak ada yang bilang persamaan. Yach karena otak kita memang didesain untuk melihat perbedaan lalu setelah melihat perbedaan nurture kita yg adalah konstrksi sosial diajarkan untuk meberikan "value" atau nilai atas apa yang kita lihat maka ada baik-buruk, benar-salah, dll.
Yg nature kita rasanya gak sulit untuk melawan, tp yg nurture bisa kita latih. Dalam artian kita tentu ttp akan membeda2xkan dan mengelompok2xan sesuatu tp soal pemberian nilai pada kelompok ini yg bisa kita latih untuk gak "labeling" isitlahnya ataupun disadari bahwa lebel itu sifatnya pribadi belom tentu semua orng akan memberikan label yg sama.
Quote:
Original Posted By berwin►
Sulit KK buat bangsa kita bisa punya restorasi Meiji.
Salah satu syarat utama bisa punya kaya gitu adalah mau mengakui dulu betapa cupunya dan tertinggalnya bangsa kita dibanding bangsa2x lain terutama yg sering dikafir2xkan sama sekelompok org yg mengatasnamakan kelompok mayoritas.
Kalo udah sadar dan ngaku maka harus punya keinginan mencapai kemajuan materialisme duniawi bukan hanya memikirkan akhirat/surga saja.
Sulit KK buat bangsa kita bisa punya restorasi Meiji.
Salah satu syarat utama bisa punya kaya gitu adalah mau mengakui dulu betapa cupunya dan tertinggalnya bangsa kita dibanding bangsa2x lain terutama yg sering dikafir2xkan sama sekelompok org yg mengatasnamakan kelompok mayoritas.
Kalo udah sadar dan ngaku maka harus punya keinginan mencapai kemajuan materialisme duniawi bukan hanya memikirkan akhirat/surga saja.
Quote:
Original Posted By lenninpolpot►
Setelah puluhan ribu tahun hukum rimba, maka manusia mulai berbudaya sedikit2. Manusia yang berkelompok besar menjadi unggul dapat menindas kelompok yang lebih kecil.
Dalam kelompok2 itu lalu dibuat aturan-aturan. Awalnya aturan lisan, lama-lama ditulis juga. Disaring oleh cerdik pandai dan penguasa, terjadilah survival of the fittest kodifikasi aturan. Dari sudut pandang penguasa, aturan yang baik adalah aturan yang bisa membuat rakyat patuh pada penguasa, tawakal, mengakui hak penguasa namun sekaligus mempunyai hidden scripture untuk mobilisasi sewaktu2 diperlukan. Selain itu juga memiliki aturan2 yang menjamin self sustain.
Kodifikasi itu yang diijinkan untuk disebar kepada rakyat, dari generasi ke generasi, dari abad ke abad, menjadi satu-satunya rujukan. Dengan persuasi dan dengan pedang, menjadi agama.
Karena sifatnya yang menguntungkan penguasa, maka hampir semua penguasa atau calon penguasa mengadopsi agama sebagai elemen penting perjuangannya.
Pada suatu masa, pernah terjadi berkembangnya pemikiran dirakyat bawah untuk secara bersama merebut kuasa. Dan ternyata sejarah mencatat mereka berhasil. Untuk pertamakalinya dalam sejarah, suatu republik berdiri. Pada awalnya mereka masih belum punya pilihan selain menerima untuk melanjutkan agama. Disisi lain para pemuka agama pun sedikit2 mereposisi keberpihakan kepada rakyat, karena rakyatlah selanjutnya yang jadi penguasa.
Lebih lanjut, para cerdik pandai mengajukan berbagai pemikiran maju menyongsong tata dunia baru. Diantaranya adalah Umberto Eco. Gagasannya adalah membuka kungkung kerangka pikir dogmatis sambil tidak membuang begitu saja tatanan apik agama yang de facto mengatur banyak sendi kehidupan masyarakat.
Pada dewasa ini, berhubung sudah sangat banyak kemajuan, maka sudah banyak orang memutuskan membuang agama secara radikal dan menjadi atheis atau setidaknya agnostik. Proses ini makan waktu ratusan tahun, dan sampai sekarang pun belum diadopsi oleh 100% manusia di sana.
Proses pikir Umberto Eco bergema ke penjuru dunia. Meski progress kecepatan pembaharuan tidak serba sama anatar penjuru dunia, namun nyata. Salah satu yang nyata berhasil tereliminasi dari praktek semua agama adalah perbudakan.
Perbedaan kecepatan proses pembaharuan antar regional utamanya disebabkan perbedaan tingkat kemiskinan. Daerah yang karena sebab apapun miskin, lebih tertinggal. Semakin miskin maka semakin tertinggal karena pendidikan dan pola pikirnya pun rendah.
Pada daerah2 kantong miskin ini mudah bagi penguasa lokal menjungkirkan republik rakyat menjadi kerajaan kecil. Cukuplah dengan memaksakan ajaran2 agama kuno itu, maka para bodoh akan terjerumus dalam jaring2 kuasanya. Tentu sebagai penguasa akan ada sejumlah konsesi yang menjadi previlese khusus bagi si raja lokal. Contoh, salah satu raja kecil, sebut saja namanya si bibib, sudah punya hummer dan rubicon. Ada pula yang puas diri melihat bacotnya didengar banyak orang, atau yang bergabung kekuatan untuk jualan sertifikat.
Jadi para penggemar Lennon, bersabarlah.
Proses memerdekakan para bodoh itu panjang dan berat. Di tempat lain terbukti makan ratusan tahun, bertempur melawan kebodohan sekaligus melawan raja2 kecil tamak yang akan terus berusaha mempertahankan kenikmatan mereka.
Suatu hal yang tampak lebih mudah adalah menghilangkan negara2. Negara terjadi karena jaman kerajaan dulu tidak ada orang atau kelompok orang yang punya cukup span of control untuk menguasai semua daerah sekaligus. Tentu saat ini kita tidak bicara lagi soal raja atau kaisar. Sudah waktunya dorong PBB untuk bikin road map menuju single nation world.
Tetaplah semangat berjuang.
Setelah puluhan ribu tahun hukum rimba, maka manusia mulai berbudaya sedikit2. Manusia yang berkelompok besar menjadi unggul dapat menindas kelompok yang lebih kecil.
Dalam kelompok2 itu lalu dibuat aturan-aturan. Awalnya aturan lisan, lama-lama ditulis juga. Disaring oleh cerdik pandai dan penguasa, terjadilah survival of the fittest kodifikasi aturan. Dari sudut pandang penguasa, aturan yang baik adalah aturan yang bisa membuat rakyat patuh pada penguasa, tawakal, mengakui hak penguasa namun sekaligus mempunyai hidden scripture untuk mobilisasi sewaktu2 diperlukan. Selain itu juga memiliki aturan2 yang menjamin self sustain.
Kodifikasi itu yang diijinkan untuk disebar kepada rakyat, dari generasi ke generasi, dari abad ke abad, menjadi satu-satunya rujukan. Dengan persuasi dan dengan pedang, menjadi agama.
Karena sifatnya yang menguntungkan penguasa, maka hampir semua penguasa atau calon penguasa mengadopsi agama sebagai elemen penting perjuangannya.
Pada suatu masa, pernah terjadi berkembangnya pemikiran dirakyat bawah untuk secara bersama merebut kuasa. Dan ternyata sejarah mencatat mereka berhasil. Untuk pertamakalinya dalam sejarah, suatu republik berdiri. Pada awalnya mereka masih belum punya pilihan selain menerima untuk melanjutkan agama. Disisi lain para pemuka agama pun sedikit2 mereposisi keberpihakan kepada rakyat, karena rakyatlah selanjutnya yang jadi penguasa.
Lebih lanjut, para cerdik pandai mengajukan berbagai pemikiran maju menyongsong tata dunia baru. Diantaranya adalah Umberto Eco. Gagasannya adalah membuka kungkung kerangka pikir dogmatis sambil tidak membuang begitu saja tatanan apik agama yang de facto mengatur banyak sendi kehidupan masyarakat.
Pada dewasa ini, berhubung sudah sangat banyak kemajuan, maka sudah banyak orang memutuskan membuang agama secara radikal dan menjadi atheis atau setidaknya agnostik. Proses ini makan waktu ratusan tahun, dan sampai sekarang pun belum diadopsi oleh 100% manusia di sana.
Proses pikir Umberto Eco bergema ke penjuru dunia. Meski progress kecepatan pembaharuan tidak serba sama anatar penjuru dunia, namun nyata. Salah satu yang nyata berhasil tereliminasi dari praktek semua agama adalah perbudakan.
Perbedaan kecepatan proses pembaharuan antar regional utamanya disebabkan perbedaan tingkat kemiskinan. Daerah yang karena sebab apapun miskin, lebih tertinggal. Semakin miskin maka semakin tertinggal karena pendidikan dan pola pikirnya pun rendah.
Pada daerah2 kantong miskin ini mudah bagi penguasa lokal menjungkirkan republik rakyat menjadi kerajaan kecil. Cukuplah dengan memaksakan ajaran2 agama kuno itu, maka para bodoh akan terjerumus dalam jaring2 kuasanya. Tentu sebagai penguasa akan ada sejumlah konsesi yang menjadi previlese khusus bagi si raja lokal. Contoh, salah satu raja kecil, sebut saja namanya si bibib, sudah punya hummer dan rubicon. Ada pula yang puas diri melihat bacotnya didengar banyak orang, atau yang bergabung kekuatan untuk jualan sertifikat.
Jadi para penggemar Lennon, bersabarlah.
Proses memerdekakan para bodoh itu panjang dan berat. Di tempat lain terbukti makan ratusan tahun, bertempur melawan kebodohan sekaligus melawan raja2 kecil tamak yang akan terus berusaha mempertahankan kenikmatan mereka.
Suatu hal yang tampak lebih mudah adalah menghilangkan negara2. Negara terjadi karena jaman kerajaan dulu tidak ada orang atau kelompok orang yang punya cukup span of control untuk menguasai semua daerah sekaligus. Tentu saat ini kita tidak bicara lagi soal raja atau kaisar. Sudah waktunya dorong PBB untuk bikin road map menuju single nation world.
Tetaplah semangat berjuang.
Quote:
Original Posted By berwin►
Yach begitulah, agama dari jaman dahulu kala sukanya bikin orang ribut mmg, mau yg mana jg demikian adanya.
Yach begitulah, agama dari jaman dahulu kala sukanya bikin orang ribut mmg, mau yg mana jg demikian adanya.
Quote:
Konten Sensitif
For more reference about religion, morality, and evolution click [URL=https://S E N S O RjyiJJB1fyR?amp=1]HERE[/URL]
Diubah oleh dcantripe 24-11-2022 09:23
manumangoqty dan 11 lainnya memberi reputasi
6
112K
Kutip
2.2K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan