- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Tan Malaka dan Bukunya, Dari Penjara ke Penjara
![fatur189](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/01/07/avatar6295934_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
fatur189
Mengenal Tan Malaka dan Bukunya, Dari Penjara ke Penjara
Spoiler for Intermezzo:
Assalamualaikum gan, jumpa lagi sama bang petrik hehe, kali ini ane bakal sedikit share tentang tokoh pahlawan Indonesia Tan Malaka. oiya gan, mohon rate nya donk kalo ni thread manfaat mwehehe
![Mengenal Tan Malaka dan Bukunya, Dari Penjara ke Penjara](https://dl.kaskus.id/islamalternatif.com/wp-content/uploads/2014/12/TAN.jpg)
Spoiler for Tan Malaka:
Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun) adalah seorang pembela kemerdekaan Indonesia yang berpihak pada golongan sayap kiri bersama dengan tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia, juga pendiri Partai Murba, dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Spoiler for Kehidupan Awal:
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya masih diperdebatkan, sedangkan tempat kelahirannya sekarang dikenal dengan nama Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayah dan Ibunya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut GH Horensma, salah satu guru di sekolahnya itu, Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh. Di sekolah ini, ia menikmati pelajaran bahasa Belanda, sehingga Horensma menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda. Ia juga adalah seorang pemain sepak bola yang bertalenta. Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, ia ditawari gelar datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar datuk. Gelar tersebut diterimanya dalam sebuah upacara tradisional pada tahun 1913.
Spoiler for Pendidikan di Belanda:
Meskipun diangkat menjadi datuk, pada bulan Oktober 1913, ia meninggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah), dengan bantuan dana oleh para engku dari desanya. Sesampainya di Belanda, Malaka mengalami kejutan budaya dan pada tahun 1915, ia menderita pleuritis. Selama kuliah, pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul dan meningkat setelah membaca buku de Fransche Revolutie yang ia dapatkan dari seseorang sebelum keberangkatannya ke Belanda oleh Horensma. Setelah Revolusi Rusia pada Oktober 1917, ia mulai tertarik mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme. Sejak saat itu, ia sering membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin. Friedrich Nietzsche juga menjadi salah satu panutannya. Saat itulah ia mulai membenci budaya Belanda dan terkesan oleh masyarakat Jerman dan Amerika. Karena banyaknya pengetahuan yang ia dapat tentang Jerman, ia terobsesi menjadi salah satu angkatan perang Jerman. Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman, namun ia ditolak karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing. Setelah beberapa waktu kemudian, ia bertemu Henk Sneevliet, salah satu pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV, yakni organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia). Ia lalu tertarik dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV, atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru). Lalu pada bulan November 1919, ia lulus dan menerima ijazahnya yang disebut hulpactie.
Spoiler for Mengajar:
Setelah lulus dari SDOV, ia kembali ke desanya. Ia kemudian menerima tawaran Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara.] Ia tiba di sana pada Desember 1919 dan mulai mengajar anak-anak itu berbahasa Melayu pada Januari 1920 Selain mengajar, Tan Malaka juga menulis beberapa propaganda subversif untuk para kuli, dikenal sebagai Deli Spoor. Selama masa ini, ia mengamati dan memahami penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum pribumi di Sumatera. Ia juga berhubungan dengan ISDV dan terkadang juga menulis untuk media massa. Salah satu karya awalnya adalah "Tanah Orang Miskin", yang menceritakan tentang perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum kapitalis dan pekerja, yang dimuat di Het Vrije Woord edisi Maret 1920. Ia juga menulis mengenai penderitaan para kuli kebun teh di Sumatera Post.Selanjutnya, Tan Malaka menjadi calon anggota Volksraad dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri. Namun ia akhirnya mengundurkan diri pada 23 Februari 1921 tanpa sebab yang jelas. Ia lalu membuka sekolah di Semarang atas bantuan Darsono, tokoh Sarekat Islam (SI) Merah. Sekolah itu disebut Sekolah Rakyat. Sekolah itu memiliki kurikulum seperti sekolah di Uni Sovyet, dimana setiap pagi murid-murid menyanyikan lagu Internasionale". Tan juga pernah bertemu dengan banyak tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Dalam otobiografinya, Tan menganggap bahwa SI di bawah Tjokroaminoto adalah satu-satunya partai massa terbaik yang ia ketahui. Tapi, Tan mengkritik saat terjadi perpecahan di SI, organisasi SI tidak memiliki tujuan dan taktik sehingga terpecah.
Spoiler for Membujang dan Akhir Hayat:
Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka dikabarkan tidak penah menikah, tetapi ia mengakui pernah 3 kali jatuh cinta, yaitu di Belanda, Filipina, dan Indonesia. Di Belanda, Tan Malaka dikabarkan pernah menjalin hubungan dengan gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg, mahasiswa kedokteran yang kerap berdatang ke rumah kost-nya. Sementara di Filipina, ada seorang gadis bernama Carmen, puteri bekas pemberontak di Filipina dan rektor Universitas Manila. Sedangkan saat ia masih di Indonesia, Tan pernah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya saat itu, yakni Syarifah Nawawi. Alasan Tan Malaka tidak menikah adalah karena perhatiannya terlalu besar untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia
Spoiler for Dari Penjara Ke Penjara:
Buku ini merupakan salah satu buku yang dikarang oleh Tan Malaka. Mungkin nama Tan Malaka sendiri masih terdengar cukup asing di telinga kita. Perlu diketahui bahwasanya Tan Malaka, seperti halnya Soekarno,Mohammad Hatta, Maupun Sutan Sjahrir merupakan pahlawan kemerdekaan nasional Republik Indonesia yang telah diakui pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1963. Namun, entah mengapa nama tokoh yang satu ini seperti dikerdilkan dan tidak pernah diperkenalkan secara serius kepada masyarakat. Padahal, tidak dapat kita nafikkan bahwa Tan Malaka telah memberikan sumbangsih yang besar bagi pendidikan dan pengembangan pemikiran Rakyat Indonesia dalam usaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa itu.
Buku Dari Penjara ke Penjara ini dapat kita sebut sebagai buku otobiografi dari seorang Tan Malaka. Buku ini menceritakan perjalanan panjang Tan Malaka dari mulai masa kecilnya, masa mudanya ketika mengenyam pendidikan di Belanda dan kisah-kisahnya dari satu penjara ke penjara lainnya akibat aksinya dalam memberikan pendidikan bagi masyarakat dan keaktifannya dalam mengikuti mogok dan aksi-aksi perlawanan buruh di beberapa tempat bersama PKI. Akibat aksi-aksinya tersebut, ia pun dibuang ke berbagai tempat, Penjara Hindia-Belanda, Filipina, Shanghai, Hongkong adalah beberapa penjara yang dituliskan dalam buku ini. Baginya, Barangsiapa yang menghendaki kemerdekaan untuk umum, maka ia harus ikhlas dan bersedia untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri-nya sendiri.
Buku yang ditulis pada tahun 1948 dan ditasbihkan oleh majalah tempo sebagai salah satu buku yang paling berpengaruh dan berkontribusi terhadap gagasan kebangsaan ini terdiri dari 560 halaman. Buku ini merupakan gabungan dari buku originalnya yang terdiri dari 2 seri. Seperti halnya, buku-buku pra-pasca kemerdekaan pada umumnya, buku ini juga ditulis menggunakan diksi dan ejaan-ejaan pada masa itu. Namun, meskipun begitu kepiawaian Tan Malaka sebagai seorang pendidik terlihat melalui kemampuannya mengemas buku menjadi ini mudah dicerna dan dipahami tanpa menghilangkan kekayaan substansi dari buku ini. Buku klasik yang tetap mudah dicerna dan dipahami ini selayaknya dapat dijadikan referensi dan rekomendasi bacaan bagi generasi pemuda masa kini demi menambah wawasan baik dari segi wawasan kebangsaan, sejarah, maupun ilham dari perjuangan dan pemikiran salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang belum banyak tersorot, Tan Malaka, yang semangatnya memerdekakan bangsa kita tak pernah mengerdil, meski harus mengalami pahit dan getirnya hidup dari penjara ke penjara.
Buku Dari Penjara ke Penjara ini dapat kita sebut sebagai buku otobiografi dari seorang Tan Malaka. Buku ini menceritakan perjalanan panjang Tan Malaka dari mulai masa kecilnya, masa mudanya ketika mengenyam pendidikan di Belanda dan kisah-kisahnya dari satu penjara ke penjara lainnya akibat aksinya dalam memberikan pendidikan bagi masyarakat dan keaktifannya dalam mengikuti mogok dan aksi-aksi perlawanan buruh di beberapa tempat bersama PKI. Akibat aksi-aksinya tersebut, ia pun dibuang ke berbagai tempat, Penjara Hindia-Belanda, Filipina, Shanghai, Hongkong adalah beberapa penjara yang dituliskan dalam buku ini. Baginya, Barangsiapa yang menghendaki kemerdekaan untuk umum, maka ia harus ikhlas dan bersedia untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri-nya sendiri.
Buku yang ditulis pada tahun 1948 dan ditasbihkan oleh majalah tempo sebagai salah satu buku yang paling berpengaruh dan berkontribusi terhadap gagasan kebangsaan ini terdiri dari 560 halaman. Buku ini merupakan gabungan dari buku originalnya yang terdiri dari 2 seri. Seperti halnya, buku-buku pra-pasca kemerdekaan pada umumnya, buku ini juga ditulis menggunakan diksi dan ejaan-ejaan pada masa itu. Namun, meskipun begitu kepiawaian Tan Malaka sebagai seorang pendidik terlihat melalui kemampuannya mengemas buku menjadi ini mudah dicerna dan dipahami tanpa menghilangkan kekayaan substansi dari buku ini. Buku klasik yang tetap mudah dicerna dan dipahami ini selayaknya dapat dijadikan referensi dan rekomendasi bacaan bagi generasi pemuda masa kini demi menambah wawasan baik dari segi wawasan kebangsaan, sejarah, maupun ilham dari perjuangan dan pemikiran salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang belum banyak tersorot, Tan Malaka, yang semangatnya memerdekakan bangsa kita tak pernah mengerdil, meski harus mengalami pahit dan getirnya hidup dari penjara ke penjara.
Bila Kawan Kawan Penasaran dengan bukunya, kawan-kawan bisa download bukunya di mari gan
Aksi Massa
Komunisme dan Pan Islam
Naar De Republic Indonesia
Madilog
Manifesto Jakarta
Parlemen Atau Soviet
Rencana Ekonomi Berjuang
Semangat Muda
SI Semarang dan Onderwijs
Spoiler for Sumber:
Spoiler for Cendol:
Jangan Lupa Bagi Cendolnya yak Gan mwehehehe ![Cendol (S) emoticon-Cendol (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/cendols.gif)
![Cendol (S) emoticon-Cendol (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/cendols.gif)
![Cendol (S) emoticon-Cendol (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/cendols.gif)
![Cendol (S) emoticon-Cendol (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/cendols.gif)
![Cendol (S) emoticon-Cendol (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/cendols.gif)
0
1.9K
Kutip
12
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan