Dalam edisi pertama turnamen klub antar benua ini, warna seragam dari sang juara bukanlah putih, merah, merah-hitam, atau biru yang kala itu menjadi warna seragam kebanggaan tim besar di masing-masing benua, tapi berwarna hitam dengan V kuning yang melintang di bagian dada. Ya, jersey bersejarah tersebut dikenakan oleh sebuah tim yang berisikan pemain-pemain amatir dari timur laut Inggris, West Auckland.



Sir Thomas Liptonadalah sosok yang mengawali dari perjalanan panjang turnamen Piala Dunia Klub ini. Lipton yang berasal dari kota Glasgow, Irlandia, mulai merintis usahanya dengan membuka sebuah toko kelontong dan berdagang teh. Usahanya pun ternyata menjadi besar dan sukses yang kemudian membuat Lipton membangun kerajaan bisnis global yang menjadikannya seorang multi-millionaire. Dia merupakan penggemar berat timnas Skotlandia dan menghabiskan banyak uangnya untuk memajukan sepakbola serta olahraga lain yang juga disukainya, yaitu berlayar.



Lipton membuat sebuah turnamen yang ditunjukan hanya untuk Uruguaydan Argentina pada tahun 1905, yaitu Copa Lipton. Lipton juga memberikan dukungan finansial terhadap event olahraga di seluruh dunia, mulai dari Amerika Latin & Karibia hingga Sisilia dan India. Dan pada 1909, Lipton mempunyai sebuah ide untuk membuat sebuah turnamen sepakbola baru yang dipandang banyak pihak, termasuk FIFA, sebagai kompetisi internasional pertama untuk klub.



Setelah dinobatkan menjadi Knight Commander of the Grand Order of the Crown of Italy, Lipton merespons balik dengan memberikan sebuah trofi baru kepada negara Italia. Lipton meminta pada pemerintah Italia untuk menganugerahkan trofi itu kepada klub yang menjuarai piala dunia antar klub. (turnamen yang digagas oleh Lipton ini 21 tahun lebih cepat dari Piala Dunia / World Cup pertama, dan hanya enam tahun sesudah sepakbola internasional untuk pertama kalinya dimainkan di luar Britania Raya.)

Kejuaraan tersebut terdengar sangat menarik, dan bahkan pada saat itu pun klub-klub sepakbola di dunia siap melakukan perjalanan demi mengikutinya. Evertondan Tottenham yang sedang tur di Amerika Selatan, menunjukan rasa minatnya untuk mengikuti turnamen ini, akan tetapi FA (Federasi sepakbola Inggris), menolak mengajukan wakil mereka.

Seorang karyawan Lipton yang berasal dari timur laut Inggris, menyarankan kepada Northern League(liga tertua kedua di dunia setelah Football League), bahwa mereka mungkin bisa mengirimkan tim ke Italia. West Auckland menyanggupi tantangan tersebut dan para pemain amatir mereka (yang kebanyakan bekerja sebagai penambang), menggalang dana sendiri, mereka menjual benda-benda milik mereka untuk membantu membayar ongkos pergi ke Italia. WA, sebutan West Auckland oleh warga lokal di County Durham, akhirnya melakukan perjalanan ke Turin. Mereka menghabiskan waktu seminggu untuk perjalanan, ditambah satu setengah minggu untuk memainkan laga-laga dalam turnamen.

Secra mengejutkan, West Auckland berjaya di Turin. Tim yang finis kesepuluh dari 12 kontestan di Northern League pada 1908/09 ini mengalahkan lawan-lawan dari Jerman dan Swiss, mereka juga juga menyingkirkan Turin XI (yang dibentuk dari pemain-pemain terbaik Juventus dan Torino) untuk mengangkat Trofi Lipton.

West Auckland menyaksikan Torino melawan Zurich di turnamen Trofi Lipton 1911.

Klub para penambang ini lalu mempertahankan gelar juara Lipton pada 1911, saat mereka menggasak tim inti Juventus6-1 di final. West Auckland juga mampu menundukkan Milan dan Turin XI dalam pertandingan uji coba, dan kegemilangan ini membuat mereka jadi pemberitaan besar di Italia.

Pers Inggris seperti "mengacuhkan" West Auckland, berita kehebatan West Auckland di Turin hanya dimuat di koran lokal, Northern Echo

Ironisnya, kisah menakjubkan dari kejayaan West Auckland dalam ajang Trofi Lipton (yang tidak dimainkan lagi setelah 1911) tak mendapatkan sorotan sedikitpun dari pers Inggris, dan hanya dimuat di koran lokal, Northern Echo.

Kisah West Auckland baru dikenal dunia 70 tahun kemudian, ketika perusahan televisi Britania ITVmengangkat kisah sukses mereka dalam sebuah drama. “The World Cup: A Captain’s Tale” dibintangi Richard Griffiths dan Dennis Waterman, yang berperan sebagai kapten West Auckland, Bob Jones.

Sejarah mereka juga tertulis dalam sebuah buku yang dirilis pada 2014, “The Miners’ Triumph – The First English World Cup Win In Football History”. Sang author, Martin Connolly, mengatakan, “Juventus menolak bekerja sama saat saya meneliti kisah ini. Mereka sangat malu jika mengingat masa 'kelam' dalam sejarah mereka itu. "



Sayang, trofi yang memuat nama West Auckland dan terdapat pahatan ‘Football World Cup’ itu hilang. Piala tersebut dicuri dari West Auckland Working Men’s Club(tempat dimana piala dipajang) pada tahun 1994 dan tak pernah diketahui lagi rimbanya meski ada imbalan bagi yang menemukan. “ Polisi mengaku bahwa mereka tahu siapa yang mengambilnya, tetapi sampai sekarang trofi itu masih belum bisa ditemukan, ” ujar offisial klub WA, Stuart Alderson. “ Trofi Itu bernilai sangat mahal bagi kami.” . Unilever, sebuah perusahaan yang pada akhirnya membeli hampir seluruh kerajaan bisnis Lipton, menggantinya dengan trofi replika.

West Auckland, team yang pernah menjadi penguasa dunia sepakbola harus berjuang di divisi ke-6 susunan liga di Inggris

Juventus berpartisipasi di Liga Champions musim ini, dan bisa disebut sebagai "juara dunia" karena pada 1985 dan 1996 mereka menjuarai Piala Interkontinentalyang disponsori Toyota. Sementara itu, West Auckland hanya berkutat di Northern League (divisi ke-9 dalam tingkatan liga di Inggris) dengan rata-rata jumlah penonton sebanyak 270 orang saja. Akan tetapi, tim yang berasal dari County Durham tersebut dapat dengan bangga mengakui, saat meraih kejayaan di Italia, mereka adalah sang juara dunia pertama dalam turnamen piala dunia antar klub.