ny37zAvatar border
TS
ny37z
YES, I’M A BISEXUAL
Index:
Introduction
Chapter 1
Chapter 1.5
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

=========================================================================
Introduction

Ok, dari judulnya mungkin semua udah bisa menebak kalo ini adalah another LGBT story di forum ini. And yep, it’s true. Jadi, untuk warga disini yg mungkin ‘alergi’ dengan cerita2 macam tersebut, dengan segala kerendahan hati gue, gue meminta untuk skip bacanya aja. Tapi kalau emang masih ada yg penasaran ya silahkan saja dibaca, hehe.

Well, cerita ini adalah cerita personal gue. 95% terjadi berdasarkan kisah nyata, 5% dengan sedikit perubahan buat menyamarkan identitas orang2 yg ada di cerita ini.

Tujuan gue untuk menceritakan pengalaman pribadi yg ‘dianggap’ sebagai perilaku menyimpang ini sebenernya simple aja. Hanya untuk SHARING. Gue gak memaksa untuk masbro dan mbaksis disini untuk menerima kaum LGBT, dalam konteks ini khususnya untuk para bisexual. Dan gue juga yakin jika para kaskuser disini semuanya adalah orang berpendidikan. Jadi daripada menghujat menggunakan kata2 kasar, ada baiknya buat memilih kata2 lain yg bisa kaskuser gunakan untuk menanggapi cerita gue ini. Cheers~ emoticon-Angkat Beer

Nama gue Marshall (tentu bukan nama sebenarnya), 23 tahun, karyawan swasta. Gue termasuk ke dalam spesies cewek ganteng atau at least julukan itu yg biasa teman2 gue sematkan untuk gue. Gue sendiri sebenernya nggak pernah keberatan mau dipanggil cantik atau ganteng, selama itu adalah hal yg positif gue selalu anggap itu sebagai pujian. Gue berperawakan lumayan tinggi untuk ukuran cewek, 166 cm dan berbadan bongsor menjurus kekar hasil dari rutin ngegym dan olahraga. Well, I’m very concern with health you know!

Ngomongin soal LGBT, pasti gak bisa dijauhkan dari yg namanya lingkungan dan agama. Jadi gue berikan penjelasan singkat mengenai latar belakang keluarga dan lingkungan gue. Yah… sekedar untuk memberikan gambaran dari keseluruhan cerita sih.

Gue lahir dan besar di kota kecil provinsi Jawa Tengah. Gue datang dari keluarga, yah… yang bisa gue akui sebagai OKB alias orang kaya baru. Gue anak terakhir dari dua bersaudara. Dari lahir memang gue sudah beragama Islam, tapi tentu aja bukan Islam KTP dong. Melainkan Islam KTP, SIM, KK, ijazah, dll. Lol, just kidding but not really. Abang gue sekarang masih menyelesaikan studi S1 nya. Bokap gue orang Jawa asli dan bisa dibilang datang dari keluarga priyayi yang masih memegang teguh adat kejawen. Jadi memang di keluarga bokap gue tidak begitu diajarkan agama Islam secara mendalam. Malah bokap gue baru rajin beribadah beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan nyokap gue adalah orang Jatim yg besar di lingkungan homogenous, dimana semua penduduknya beragama Islam. Hmm, bisa dibilang sebagai lingkungan santri lah ya. Nyokap gue pun juga dulu sekolahnya di MTS dan MI, jadi ya bisa dibayanginlah seperti apa. Tapi sayangnya nyokap gue ini hanya paham agama di permukaannya aja. Kenapa gue bisa bilang gitu? Karena beliau masih dengan mudahnya percaya dg broadcast message gak jelas terutama jika ada yg ngutip ayat alquran nya. Heleh…

Dari kecil memang gue dan abang gue sudah dididik keras ala militer dan dibiasakan untuk bersikap prihatin. Bisa dimaklumi karena sebagian dari keluarga besar gue berkecimpung di dunia militer. Bahkan gue pernah memutuskan untuk daftar ke militer, walaupun gak lulus karena masalah administrasi. Dari masa kecil yg bisa gue ingat, keluarga gue hanyalah keluarga menengah biasa yg pada saat itu kedua orang tua gue tengah berusaha untuk memperbaiki taraf hidup. Bokap gue kerap bolak-balik ke kota besar tempat dimana dia bekerja, sedangkan nyokap gue kerja untuk pemerintah yg hampir setiap harinya berangkat pagi - pulang sore dan terkadang malampun masih harus balik lagi ke kantornya. Bahkan pada weekend pun nyokap sering harus bekerja, apalagi jika ada hari libur nasional. Holiday? Apa itu holiday?

Bisa dibilang gue dan abang gue adalah anak pembantu. Dimana masa kecil kita lebih banyak dihabiskan bersama dg mbak pembantu. Meskipun memang sering banyak gonta-ganti karena pada gak betah kerja di rumah kita. Mainly karena kita berdua sangat nakal. Tahulah gimana nakalnya anak2 yg kurang kasih sayang dan suka menarik perhatian orang lain dengan cara menjadi badung.

Hubungan gue dan orang tua gue memang tidak dekat. Bahkan jika ada masalah, gue lebih memilih untuk memendam masalah itu sendiri. Pernah beberapa kali gue mencoba curhat tapi ujung2nya selalu gue yg kena marah dan disalahkan. Pokoknya menurut mereka intinya gue kalo ada masalah itu akibatnya karena gue sendirilah. Sebagai anak kecil yg masih labil, siapa yg gak bete coba kalo dibegitukan terus? Sedangkan hubungan gue dengan abang gue pun juga sama aja, gak terlalu dekat. Abang gue selalu menganggap gue sebagai adik cewek yg annoying, yg selalu ngikutin dia kalo dia main. Dia pun juga selalu memperlakukan gue kayak anak cowok, dimana dia gak akan segan buat mukul atau nendang gue, jika gue melakukan hal yg buat dia kesal. Well, disini secara tidak langsung perilaku gue pun mulai terbentuk menjadi lebih boyish/tomboy. Teman2 gue di rumah pun juga kebanyakan anak cowok dan gue juga sering main permainan yg seharusnya dimainkan oleh anak2 cowok macam sepak bola, main2 di kali, mancing, manjat pohon, main PS, tamiya, gasing dll. Well, gue juga ada sih temen2 cewek dan gak jarang juga kok gue main sama mereka. Mainannya pun juga sangat girly macam masak2an, rumah2an, lompat tali, dan permainan cewek tahun 90an lainnya. Uniknya, gue cocok2 aja kok main kedua jenis permainan tersebut.

Ok balik ke keluarga gua. Dalam ilmu psikologi, sebenernya keluarga kita bisa dikategorikan sebagai broken home. Memang perceraian itu tidak pernah ada (hampir terjadi sih sebenarnya), tapi masing2 dari anggota keluarga tidak menjalankan peran masing2 sebagaimana mestinya. Personally, puncak dari ketidakharmonisan keluarga gue muncul ketika gue masih SMP. Seperti yg udah gue ceritakan sebelumnya, bokap gue dulu kerja di luar kota sampai kurang lebih gue kelas 4 SD (yg ini gue lupa2 ingat). Bokap gue ikut kena PHK masal dari perusahaan tempat dia kerja, dan sempat kesulitan mendapat pekerjaan lagi karena memang umurnya sudah tua (bokap gue baru menikah umur 36 tahun, dan nyokap gue masih umur 23 tahun). Kemudian bokap memutuskan untuk buat usaha sendiri. Sempat berjalan mulus tapi hanya beberapa tahun aja, karena usahanya gagal dan kami bangkrut. Dari sinilah pertengkaran2 antara bokap-nyokap gue makin sering terasa. Karena memang waktu bikin usaha tersebut, dananya sebagian besar dari tabungan nyokap gue yg notabene karirnya masih lebih mulus ketimbang bokap. Imbasnya berpengaruh ke anak2nya. Kami seringkali kena lampiasan amarah dari mereka (khususnya nyokap) tiap kali mereka berselisih paham. Padahal masa ketika gue beranjak SMP ini adalah masa2 yg sangat kritis dalam hidup gue.

-continue to chapter 1-
Diubah oleh ny37z 17-03-2017 14:59
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
23.7K
81
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan