- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Liga Italia
Bukti Nyata Kesetiaan Allegri untuk The Old Lady


TS
Kaskus Sport
Bukti Nyata Kesetiaan Allegri untuk The Old Lady
Tak terasa, 100 pertandingan sudah dilewati oleh Massimiliano Allegri bersama Juventus. Ini berarti, sudah lebih dari tiga tahun lamanya pria kelahiran Livorno tersebut selalu berada di pinggir lapangan menemani skuad Vecchia Signora sejak pertama kali didatangkan oleh manajemen klub pada Juli 2014 lalu.
Kemenangan 2-0 atas tuan rumah Caglliari di Stadio Sant'Elia, Senin 13 Februati 2017 lalu seakan menjadi catatan istimewa bagi Max—julukan Allegri—bersama Juventus. Dengan demikian, mantan pelatih AC Milan tersebut memiliki catatan impresif lantaran memiliki rasio kemenangan saat menukangi kesebelasan yang identik dengan warna hitam-putih tersebut sebesari 75%.
Angka tersebut diraih dengan rincian berupa 75 kemenangan, 13 kali imbang, dan hanya mengalami kekalahan sebanyak 12 kali. Raihan positif Allegri bahkan mengungguli rekor milik Conte dalam 100 laga di Serie A lantaran pelatih yang kini menukangi kesebelasan Chelsea tersebut hanya mencatatkan 70 kemenangan , 24 hasil imbang, dan enam kekalahan. Namun meski begitu, keduanya mampu memetik kemenangan di laga ke-100 mereka.

Tentunya torehan positif yang diraih oleh Allegri ini membuat manajemen klub manapun tertarik untuk mendatangkannya. Arsenal menjadi satu dari sekian klub yang santer ingin mengamankan jasa pelatih yang mengawali karir melatih di Serie C2 bersama Aglianese ini untuk mengantikan Arsene Wenger.
Bahkan saking santernya isu kepindahan sang pelatih ke Premier League dalam beberapa pekan terakhir membuat Direktur Juventus, Beppe Marotta sampai membuat pernyataan bahwa Allegri akan tetap menjadi bagian penting dari Bianconerri musim depan.
"Sederhananya, kami tidak ada menyimpan masalah dengan sang pelatih! Kendati Anda semua (media) terus bertanya (soal kepindahan ke Arsenal)," ujar Marotta.
Hal tersebut dilakukan lantaran diamnya Allegri. Hal tersebut semakin memancing media untuk terus merumorkan kepindahannya ke Arsenal. Memang, tak dapat dipungkiri bahwa pria yang kini berusia 49 tahun tersebut dikenal sebagai sosok pelatih yang dingin dan minim tingkah dan ekspresi di lapangan.
Namun meski begitu, Allegri mengaku masih kerasaan berada di Juventus Stadium. Bahkan ia memiliki ambisi untuk mengakhiri musim kompetisi Serie A 2016/2017 dengan torehan berupa Scudetto keenam beruntun bagi Juventus. Hal ini tentunya akan membuat namanya akan melegenda lantaran bila hal ini terjadi maka akan menjadi pertama kalinya sebuah kesebelasan di Italia yang melakukan hal tersebut.
“Saya tidak akan mengonfirmasi kabar yang tidak jelas kebenarannya. Saya baik-baik saja di sini. Saya masih punya satu setengah tahun kontrak. Dalam waktu dekat, saya akan berdiskusi dengan manajemen klub (terkait masa depan saya),” ungkap Allegri.
"Saya berharap ada 300 atau 400 pertandingan lainnya bersama Juventus karena saya bahagia di Juventus. Saya selalu mengatakan bahwa jika saya harus pergi, Juventus akan jadi yang pertama yang tahu," sambungnya.
Menurutnya Serie A saat ini dapat dikatakan liga paling kompetitif di dunia. Hal ini lantaran banyaknya tunas-tunas muda yang unjuk gigi di liga tertinggi di Italia tersebut dan menjadi daya pikat sendiri.
"Sepak bola Italia masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Banyak talenta muda muncul di sini," tutur Allegri.
Sepanjang berkarir, baik saat sebagai pemain maupun melatih, pria yang sudah memberikan gelar juara Serie A sebanyak dua kali kepada Juventus ini memang tidak pernah mencicipi kompetisi di luar Italia. Menurutnya, di negaranya sendirilah bakatnya akan dihargai.
“Pertama-tama Anda ingin saya belajar Bahasa Inggris, lalu Spanyol. Saya tidak begitu pintar di sekolah, sehingga saya takkan bisa belajar dua bahasa baru dalam dua bulan,” imbuh Allegi.
Mungkin, kesetiaan pelatih yang sempat membawa kesebelasan Sassuolo untuk pertama kalinya menjadi juara Serie C1 sekaligus promosi ke Serie B untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah klub ini bersama Juventus adalah lantaran masih penasaran dengan raihan gelar Liga Champions. Allegri nyaris meraihnya pada musim 2014/2015 lalu , sayangnya di laga puncak saat melawan Barcelona ia gagal.
Musim ini, kesempatan Allegri untuk mengulangi prestasi serupa masih terbuka lebar. Dengan amunisi yang lebih komplit, mungkin saja di akhir turnamen Liga Champions nanti, pria yang dikenal lewat skema taktik 4-2-3-1 bisa mengakhir puasa gelar Juventus di ajang tertinggi kesebelasan di Eropa tersebut. Dan mungkin di titik itulah, kesetiaan sang Allenatore akan kembali diuji.
Kemenangan 2-0 atas tuan rumah Caglliari di Stadio Sant'Elia, Senin 13 Februati 2017 lalu seakan menjadi catatan istimewa bagi Max—julukan Allegri—bersama Juventus. Dengan demikian, mantan pelatih AC Milan tersebut memiliki catatan impresif lantaran memiliki rasio kemenangan saat menukangi kesebelasan yang identik dengan warna hitam-putih tersebut sebesari 75%.
Angka tersebut diraih dengan rincian berupa 75 kemenangan, 13 kali imbang, dan hanya mengalami kekalahan sebanyak 12 kali. Raihan positif Allegri bahkan mengungguli rekor milik Conte dalam 100 laga di Serie A lantaran pelatih yang kini menukangi kesebelasan Chelsea tersebut hanya mencatatkan 70 kemenangan , 24 hasil imbang, dan enam kekalahan. Namun meski begitu, keduanya mampu memetik kemenangan di laga ke-100 mereka.

Tentunya torehan positif yang diraih oleh Allegri ini membuat manajemen klub manapun tertarik untuk mendatangkannya. Arsenal menjadi satu dari sekian klub yang santer ingin mengamankan jasa pelatih yang mengawali karir melatih di Serie C2 bersama Aglianese ini untuk mengantikan Arsene Wenger.
Bahkan saking santernya isu kepindahan sang pelatih ke Premier League dalam beberapa pekan terakhir membuat Direktur Juventus, Beppe Marotta sampai membuat pernyataan bahwa Allegri akan tetap menjadi bagian penting dari Bianconerri musim depan.
"Sederhananya, kami tidak ada menyimpan masalah dengan sang pelatih! Kendati Anda semua (media) terus bertanya (soal kepindahan ke Arsenal)," ujar Marotta.
Hal tersebut dilakukan lantaran diamnya Allegri. Hal tersebut semakin memancing media untuk terus merumorkan kepindahannya ke Arsenal. Memang, tak dapat dipungkiri bahwa pria yang kini berusia 49 tahun tersebut dikenal sebagai sosok pelatih yang dingin dan minim tingkah dan ekspresi di lapangan.
Namun meski begitu, Allegri mengaku masih kerasaan berada di Juventus Stadium. Bahkan ia memiliki ambisi untuk mengakhiri musim kompetisi Serie A 2016/2017 dengan torehan berupa Scudetto keenam beruntun bagi Juventus. Hal ini tentunya akan membuat namanya akan melegenda lantaran bila hal ini terjadi maka akan menjadi pertama kalinya sebuah kesebelasan di Italia yang melakukan hal tersebut.
“Saya tidak akan mengonfirmasi kabar yang tidak jelas kebenarannya. Saya baik-baik saja di sini. Saya masih punya satu setengah tahun kontrak. Dalam waktu dekat, saya akan berdiskusi dengan manajemen klub (terkait masa depan saya),” ungkap Allegri.
"Saya berharap ada 300 atau 400 pertandingan lainnya bersama Juventus karena saya bahagia di Juventus. Saya selalu mengatakan bahwa jika saya harus pergi, Juventus akan jadi yang pertama yang tahu," sambungnya.
Menurutnya Serie A saat ini dapat dikatakan liga paling kompetitif di dunia. Hal ini lantaran banyaknya tunas-tunas muda yang unjuk gigi di liga tertinggi di Italia tersebut dan menjadi daya pikat sendiri.
"Sepak bola Italia masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Banyak talenta muda muncul di sini," tutur Allegri.
Sepanjang berkarir, baik saat sebagai pemain maupun melatih, pria yang sudah memberikan gelar juara Serie A sebanyak dua kali kepada Juventus ini memang tidak pernah mencicipi kompetisi di luar Italia. Menurutnya, di negaranya sendirilah bakatnya akan dihargai.
“Pertama-tama Anda ingin saya belajar Bahasa Inggris, lalu Spanyol. Saya tidak begitu pintar di sekolah, sehingga saya takkan bisa belajar dua bahasa baru dalam dua bulan,” imbuh Allegi.
Mungkin, kesetiaan pelatih yang sempat membawa kesebelasan Sassuolo untuk pertama kalinya menjadi juara Serie C1 sekaligus promosi ke Serie B untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah klub ini bersama Juventus adalah lantaran masih penasaran dengan raihan gelar Liga Champions. Allegri nyaris meraihnya pada musim 2014/2015 lalu , sayangnya di laga puncak saat melawan Barcelona ia gagal.
Musim ini, kesempatan Allegri untuk mengulangi prestasi serupa masih terbuka lebar. Dengan amunisi yang lebih komplit, mungkin saja di akhir turnamen Liga Champions nanti, pria yang dikenal lewat skema taktik 4-2-3-1 bisa mengakhir puasa gelar Juventus di ajang tertinggi kesebelasan di Eropa tersebut. Dan mungkin di titik itulah, kesetiaan sang Allenatore akan kembali diuji.
Supported by:





www.kaskus.co.id





www.kaskus.co.id
0
2.1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan