- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
SBY Jadi Korban Invisible Group, PDIP: Itu Risiko Masuk Medsos


TS
kurt.cob41n
SBY Jadi Korban Invisible Group, PDIP: Itu Risiko Masuk Medsos
Jakarta - Ketum Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menjadi korban kelompok penyebar fitnah di media sosial atau invisible group. PDIP menilai itu merupakan risiko seseorang ketika masuk dan aktif di dunia media sosial.
Pada pidato politiknya, Rabu malam kemarin, SBY mengaku kerap dijadikan sasaran berita fitnah atau hoax yang disebarkan melalui medsos oleh kelompok-kelompok tertentu. Ada banyak kasus yang dicontohkan SBY, termasuk kabar yang menyatakan ia dan PD merupakan dalang di balik aksi bela Islam pada 2 November dan 4 Desember tahun lalu.
"Saya kira SBY perlu menjelaskan apa yang dimaksud target. Lebih baik kita gunakan istilah-istilah yang jelas kemudian tidak membingungkan di masyarakat ini," kata politikus PDIP Andreas Pareira di gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
"Sebagai pemimpin tentu harus menyampaikan pesan-pesan politik lebih jelas pada arah dan tepat sasaran sehingga tidak buat bingung masyarakat. Itu jauh lebih penting daripada menggunakan bahasa-bahasa yang nggak jelas dan justru jadi polemik baru," lanjutnya.
Andreas berharap pidato SBY tidak membuat suasana politik semakin gaduh. Sebagai mantan presiden, menurutnya, SBY harus membangun suasana yang tidak menimbulkan konflik baru.
"Kita berharap tidak seperti itu, beliau adalah seorang pemimpin, mantan presiden, tentu harusnya beliau berikan suasana kesejukan bagi masyarakat Indonesia," ujar Andreas.
Soal pernyataan SBY yang mengaku dijadikan target itu, dia mengaku masih tidak memahami makna di baliknya. Terkait dengan tudingan pembiaran terhadap aksi demo di depan rumah SBY, Andreas menyatakan kinerja aparat sudah baik.
"Pemerintah itu kerjanya banyak dan targetnya adalah pembangunan dan Nawacita, bukan menargetkan orang per orang, terlalu kecil kalau targetnya itu. Tugas dari pihak keamanan selama ini sudah baik. Saya sendiri nggak paham dengan maksud pembiaran itu," paparnya.
Mengenai serangan di media sosial, Andreas menyatakan seharusnya seseorang sudah paham akan risiko ketika 'bermain' di dunia maya. Siapa pun, menurutnya, berpeluang menjadi korban dari serangan-serangan itu.
"Kalau kita masuk di medsos, status kita sama. Dalam arti, tidak ada lagi mantan presiden, presiden, dia anggota DPR atau siapa pun, kalau kita masuk medsos ya orang berikan respons sesuai dengan apa yang kita berikan," sebut Andreas.
Interaksi di media sosial, menurutnya, sangat egaliter. Semua orang, disebut Andreas, bisa menyampaikan buah pemikirannya dan respons dari 'posting-an' siapa pun.
"Nah sekarang justru kalau sebagai pemimpin masuk medsos dengan wibawa kepemimpinan kita juga memancing situasi, justru malah memancing tanggapan yang menyinggung perasaan kita. Itu risiko masuk di medsos," beber anggota Komisi I DPR itu.
Dalam pidatonya, SBY juga menyoroti soal kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Joko Widodo. Presiden RI ke-6 itu mengingatkan agar pembangunan jangan hanya mementingkan fisik semata, dalam hal ini investasi infrastruktur.
"Ya pemerintah harus bangun infrastruktur karena itu kita ketinggalan selama satu dekade ini. Apa yang dilakukan Jokowi termasuk menghidupkan kembali infrastruktur-infrastruktur yang mangkrak dari periode-periode sebelumnya. Kalau tidak, ini akan jadi besi tua," ucap Andreas.
Sebelumnya SBY menyoroti soal liarnya informasi di media sosial saat memberikan pidato politik dalam acara rapimnas partainya. SBY menyebut kerap menjadi korban di medsos.
"Saya adalah salah satu korban dari invisible group yang bekerja bagaikan mesin penghancur. Kata-kata yang digunakan tidak perlu saya utarakan, karena bisa merusak jiwa yang mendengarnya," kata SBY di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2).
Menurut SBY, medsos kini sudah sesak oleh caci-maki. Kesantunan tak ada lagi, sehingga diibaratkan oleh SBY, etika di medsos sudah masuk museum sejarah yang sepi pengunjung.
"Banyak pihak yang tidak bersalah, innocent, ikut menjadi korban. Kita sedih karena medsos yang seharusnya ikut mencerdaskan bangsa didominasi kalangan tidak beradab, uncivilized," ujarnya.
https://news.detik.com/berita/3416836/sby-jadi-korban-invisible-group-pdip-itu-risiko-masuk-medsos
Curigaan, baperan
Kampret emang ini si kebo sr & jr
Pada pidato politiknya, Rabu malam kemarin, SBY mengaku kerap dijadikan sasaran berita fitnah atau hoax yang disebarkan melalui medsos oleh kelompok-kelompok tertentu. Ada banyak kasus yang dicontohkan SBY, termasuk kabar yang menyatakan ia dan PD merupakan dalang di balik aksi bela Islam pada 2 November dan 4 Desember tahun lalu.
"Saya kira SBY perlu menjelaskan apa yang dimaksud target. Lebih baik kita gunakan istilah-istilah yang jelas kemudian tidak membingungkan di masyarakat ini," kata politikus PDIP Andreas Pareira di gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
"Sebagai pemimpin tentu harus menyampaikan pesan-pesan politik lebih jelas pada arah dan tepat sasaran sehingga tidak buat bingung masyarakat. Itu jauh lebih penting daripada menggunakan bahasa-bahasa yang nggak jelas dan justru jadi polemik baru," lanjutnya.
Andreas berharap pidato SBY tidak membuat suasana politik semakin gaduh. Sebagai mantan presiden, menurutnya, SBY harus membangun suasana yang tidak menimbulkan konflik baru.
"Kita berharap tidak seperti itu, beliau adalah seorang pemimpin, mantan presiden, tentu harusnya beliau berikan suasana kesejukan bagi masyarakat Indonesia," ujar Andreas.
Soal pernyataan SBY yang mengaku dijadikan target itu, dia mengaku masih tidak memahami makna di baliknya. Terkait dengan tudingan pembiaran terhadap aksi demo di depan rumah SBY, Andreas menyatakan kinerja aparat sudah baik.
"Pemerintah itu kerjanya banyak dan targetnya adalah pembangunan dan Nawacita, bukan menargetkan orang per orang, terlalu kecil kalau targetnya itu. Tugas dari pihak keamanan selama ini sudah baik. Saya sendiri nggak paham dengan maksud pembiaran itu," paparnya.
Mengenai serangan di media sosial, Andreas menyatakan seharusnya seseorang sudah paham akan risiko ketika 'bermain' di dunia maya. Siapa pun, menurutnya, berpeluang menjadi korban dari serangan-serangan itu.
"Kalau kita masuk di medsos, status kita sama. Dalam arti, tidak ada lagi mantan presiden, presiden, dia anggota DPR atau siapa pun, kalau kita masuk medsos ya orang berikan respons sesuai dengan apa yang kita berikan," sebut Andreas.
Interaksi di media sosial, menurutnya, sangat egaliter. Semua orang, disebut Andreas, bisa menyampaikan buah pemikirannya dan respons dari 'posting-an' siapa pun.
"Nah sekarang justru kalau sebagai pemimpin masuk medsos dengan wibawa kepemimpinan kita juga memancing situasi, justru malah memancing tanggapan yang menyinggung perasaan kita. Itu risiko masuk di medsos," beber anggota Komisi I DPR itu.
Dalam pidatonya, SBY juga menyoroti soal kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Joko Widodo. Presiden RI ke-6 itu mengingatkan agar pembangunan jangan hanya mementingkan fisik semata, dalam hal ini investasi infrastruktur.
"Ya pemerintah harus bangun infrastruktur karena itu kita ketinggalan selama satu dekade ini. Apa yang dilakukan Jokowi termasuk menghidupkan kembali infrastruktur-infrastruktur yang mangkrak dari periode-periode sebelumnya. Kalau tidak, ini akan jadi besi tua," ucap Andreas.
Sebelumnya SBY menyoroti soal liarnya informasi di media sosial saat memberikan pidato politik dalam acara rapimnas partainya. SBY menyebut kerap menjadi korban di medsos.
"Saya adalah salah satu korban dari invisible group yang bekerja bagaikan mesin penghancur. Kata-kata yang digunakan tidak perlu saya utarakan, karena bisa merusak jiwa yang mendengarnya," kata SBY di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2).
Menurut SBY, medsos kini sudah sesak oleh caci-maki. Kesantunan tak ada lagi, sehingga diibaratkan oleh SBY, etika di medsos sudah masuk museum sejarah yang sepi pengunjung.
"Banyak pihak yang tidak bersalah, innocent, ikut menjadi korban. Kita sedih karena medsos yang seharusnya ikut mencerdaskan bangsa didominasi kalangan tidak beradab, uncivilized," ujarnya.
https://news.detik.com/berita/3416836/sby-jadi-korban-invisible-group-pdip-itu-risiko-masuk-medsos
Curigaan, baperan

Kampret emang ini si kebo sr & jr

0
3.1K
36


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan