Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rudiasmanAvatar border
TS
rudiasman
[MIRIS] Begini Curhat Sulitnya Generasi Millenial Memiliki Rumah


Memiliki rumah adalah idaman setiap orang. Namun, kenyataannya, membeli rumah tidak semudah yang dibayangkan apalagi jika penghasilan pas-pasan.

Di sisi lain, harga rumah terutama di perkotaan seringkali tidak terjangkau, terutama oleh generasi milenial atau mereka yang lahir pada rentang tahun 1980-2000.

Sulitnya mencari rumah murah dirasakan oleh Diah (25), seorang pegawai di salah bank nasional cabang Bogor.

Ia menuturkan kesulitannya dalam membeli rumah setelah membandingkan beberapa penawaran dari agen properti.

Quote:


Menurut dia, saat ini jarang ditemui rumah-rumah yang sudah dibangun tetapi harganya masih murah.

Untuk memiliki rumah murah, ia harus memesan dan mengeluarkan uang muka atau down payment (DP) terlebih dahulu. Baru kemudian akad jual beli dilakukan dan rumah mulai dibangun.

Diah menceritakan, ia dan suaminya membeli rumah seharga Rp 388 juta di Bogor yang dekat rumah orangtua.

Saat itu, ia datang dan ditemui oleh seorang staf marketing yang mengatakan bahwa 2 hari lagi harga rumah sudah naik.

Quote:


Kemudian, pada hari kedatangannya itu, Diah pun memesan rumah tersebut. Setelah berkonsultasi dengan orangtuanya, ia memutuskan untuk menyerahkan DP.

Untuk membeli rumah tersebut, Diah harus membayar DP Rp 15 juta dengan cicilan sampai 20 tahun. "Itu aja udah Rp 3,2 juta sebulan," sebut Diah. Saat ini, ia tengah menunggu kabar dari Bank BTN untuk meloloskan pengajuan kreditnya. Akad kredit rencananya berlangsung pada bulan ini. Sambil menunggu 4-6 bulan masa pembangunan rumah Diah kini tinggal bersama orangtuanya.

Berbeda dengan Diah, pengalaman Ihsanuddin (25) dalam membeli rumah lebih berdasar pada kondisi yang mendesak. "Rumah orangtua kan di Lampung. Di Jakarta, saya ngga ada rumah atau rumah saudara yang enak untuk saya menumpang," tutur Ihsan.

Karena itu, ia pun harus menyewa kamar indekos yang harganya pun sudah cukup mahal. Pada saat yang sama, Ihsan mengaku gajinya pas-pasan jika harus menyisihkan biaya untuk tinggal di kamar indekos.

Pada akhirnya, ia mencari indekos yang murah di kawasan Senen namun kondisi kamar kecil, sekat dinding antar-kamar dari papan tripleks, serta kamar mandi terpisah.

"Akhirnya setelah sekitar setahun saya indekos dan udah punya duit untuk DP, saya bertekad untuk ambil rumah," jelas Ihsan. Pada 2014, ia mencari rumah di pameran properti, dan mendapatkan rumah murah di daerah Parung Panjang dengan harga Rp 115 juta.

Rumah itu berukuran bangunan 27 meter persegi dan tanah 84 meter persegi. "Saya berani ambil karena dekat sama stasiun. Cuma sekitar 1 kilometer. Apalagi, stasiunnya satu jalur ke kantor," jelas Ihsan.

Lebih lanjut, untuk membeli rumah tersebut, ia mengeluarkan DP sebesar Rp 30 juta. Karena murah, Ihsan memaklumi akses jalan menuju perumahan milik Perum Perumnas ini, sangat tidak memadai. Banyak truk yang lewat jalan tersebut dan tidak ada upaya dari pemerintah kabupaten Bogor untuk membenahi.

"Kalau jalan yang di (perumahan) Perumnas, sebagian udah mulus. Tapi, sebagian lagi masih ada yang rusak," ucap Ihsan. Meski demikian, Ihsan tetap merasa bersyukur karena sudah memiliki rumah sendiri dan tinggal bersama istrinya. Ia pun lebih sering memanfaatkan moda transportasi kereta commuter daripada mengendarai motor ke kantornya.

Quote:


OPSI APARTEMEN PALING RASIONAL




Menjawat kebutuhan perumahan yang kian tinggi dan harga lahan yang melambung, beberapa developer melakukan inovasi. Hal itu ditempuh oleh developer kenamaan, Agung Podomoro Land dengan meluncurkan apartemen Podomoro Golf View untuk segmen menengah.

Apartemen ini berkonsep transit oriented development (TOD), yakni terintegrasi dengan sistem transportasi Jabodetabek. Berlokasi di Cimanggis, perbatasan Depok-Jakarta dan Bogor, Podomoro Golf View dilengkapi dengan stasiun LRT sendiri yang direncanakan mulai beroperasi akhir tahun 2018.

Dalam proyeknya tersebut, emiten berkode APLN ini berencana membangun 37.000 unit kamar dengan 25 tower apartemen di area seluas 80 hektar. Tahap awal pembangunan telah dilakukan pada tahun 2016 lalu dan mendapat respons positif dari pasar.

“Lebih dari 80% unit apartemen tersebut sudah terjual, untuk itu kuartal I/2017 ini perusahaan akan segera memasarkan menara keempatnya” demikian keterangan resmi APLN. Megaproyek tersebut nantinya juga dilengkapi berbagai fasilitas seperti sarana olah raga, café di sepanjang tepian Sungai Cikeas, sekolah bertaraf internasional hingga trail bike track.

“Dari masing-masing tower yang ditawarkan kami banyak menjual tipe 2 kamar, karena pasar yang dibidik keluarga muda bukan investor,”

BERKAH PROGRAM SEJUTA RUMAH




Kepada Swa.co.id, Cosmas Batubara, Direktur Utama Agung Podomoro Land menambahkan saat ini PT APL telah membangun beberapa hunian terjangkau dibeberapa lokasi seperti 6000 unit Gading Nias Residences di Kelapa Gading Jakarta Utara, 13.000 unit Kalibata City di Kalibata Jakarta Selatan, dan 9000 unit Green Bay Pluit di Pluit Jakarta Utara.

Karena PGV ikut dalam mensupport program sejuta rumah pemerintah, maka harga yang ditawarkan tergolong murah, yaitu Rp 198 juta untuk tipe studio.

“Tidak banyak developer yang berpartisipasi dalam program pemerintah ini, tetapi kami aktif mewujudkannya dengan mengembangkan PGV Cimanggis,” kata Vice President Corporate Marketing APLN Indra Widjaja Antono saat ground breaking Podomoro Gold View, Depok.

Dia menuturkan, Podomoro Golf View memang diperuntukkan sebagai proyek Rusunami untuk membantu masyarakat menengah bawah memiliki rumah. Dia juga berjanji harga jual apartemen tersebut tak akan dinaikkan, sehingga masih dapat diperoleh dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).

“Para penghuni nantinya dapat dengan mudah menjangkau kawasan perkantoran Jakarta karena terintegrasi dengan sarana transportasi massal lain MRT dan Commuter Line,” imbuhnya dilansir Okezone.com

Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin meminta pemerintah daerah untuk tidak melupakan pelaksanaan program perumahan bagi masyarakat. Sebagai langkah antisipasi kebutuhan rumah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.

“Saya minta kepala daerah yang memimpin di setiap daerah untuk tidak melupakan program perumahan. Sebab meskipun infrastruktur sudah memadai tapi masalah papan masih kurang mendapat perhatian di daerah-daerah,” kata Syarif Burhanuddin dilansir website Kementerian PUPR.

Real Estate Indonesia (REI) pun baru-baru ini menginginkan beberapa hal kepada pemerintah dan Kementerian PUPR secara khusus. Permintaan itu dinilai REI sebagai sesuatu yang dapat memudahkan pihaknya dalam mendukung program 1 juta rumah. Menanggapi hal itu, Basuki pun menyambutnya dengan baik. Dirinya mengatakan tengah memproses itu dengan berbagai pihak terkait. "Kami sudah kirim surat karena ini kalau dengan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) itu hubungannya dengan Pemda, perizinan dan sebagainya," katanya di Kantor Kementerian PUPR.


Diubah oleh rudiasman 08-02-2017 04:13
0
15.4K
112
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan