- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tolak Pabrik Mayora,Ratusan Warga Cadasari Demo Ke Bupati


TS
riosayang
Tolak Pabrik Mayora,Ratusan Warga Cadasari Demo Ke Bupati
Tolak Pabrik Mayora, Ratusan Warga Cadasari Demo ke Bupati
PANDEGLANG (IGS BERITA) – Ratusan warga Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari, berunjuk rasa ke Gedung Pendopo Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Senin (6/2). Mereka menuntut Bupati Irna Narulita segera menutup pembangunan pabrik industri air minum kemasan milik PT. Tirta Fresindo Jaya (Grup Mayora), yang berlokasi di Kampung Gayam Lebak, Desa Cadasari, Pandeglang.
Dengan menggunakan kendaraan bak terbuka, sedikitnya 500 warga Desa Cadasari mendatangi Kantor Bupati Pandeglang, dan meminta Irna Narulita bertindak cepat. Mereka mengaku khawatir, dampak pendirian pabrik tersebut akan menyulitkan warga sekitar mendapatkan sumber air bawah tanah.
Massa pengunjuk rasa menuntut Bupati Irna Narulita untuk muncul menemui mereka dan berdialog. Namun, sayang, hingga pukul 11.00 WIB, Irna – yang sedang memberikan pengarahan kepada para Petugas Penyuluh Pertanian se-Kabupaten Pandeglang – tak kunjung nongol untuk memenuhi keinginan warga masyarakatnya tersebut.

Dalam orasinya, pengunjuk rasa menyayangkan sikap Pemerintah Kabupaten Pandeglang, yang dinilai tidak pro-rakyat. Mereka juga meminta pihak PT. Tirta Fresindo Jaya atau Mayora untuk menghormati Surat Keputusan Bupati Pandeglang Nomor 0454 Tahun 2014, tertanggal 21 November 2014, perihal penghentian kegiatan PT. Tirta Fresindo Jaya sebagai investor.
“Jika Pemkab Pandeglang tidak merespon tuntutan ini, kami akan datang kembali dengan massa yang jauh lebih besar, dan akan terus mendemo Bupati Irna,” kata Odih (45), salah satu Koordinator Aksi dari Pondok Pesantren Miftahul Wildan, Desa Cadasari, Pandeglang, kepada IGS Berita.
Dinilai Tidak Aspiratif
Di lain pihak, Nurhadi, 47 tahun, Koordinator Aksi dari Pondok Pesantren Kifayatul Awam, Kampung Kadu Engang, Desa Cadasari, mengaku heran terhadap sikap Pemkab Pandeglang yang dinilainya sangat tidak aspiratif terhadap kekhawatiran warga akan keberadaan pabrik tersebut.
Menurutnya, pembangunan pabrik di Desa Cadasari jelas melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku. Keberadaan pabrik pun dinilai tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, di mana Kecamatan Cadasari masuk sebagai daerah resapan air serta Kawasan Lindung Geologi.
Namun begitu, Nurhadi menyatakan pihaknya dan warga yang lain masih membuka pintu dialog bagi PT. Tirta Fresindo Jaya untuk memberikan penjelasan. Kecuali pihak PT. Tirta Fresindo Jaya sendiri tidak mau memanfaatkan kesempatan yang masih diberikan warga tersebut.
Sementara itu, beberapa pihak yang dimintai tanggapan terkait aksi unjuk rasa warga untuk menolak pendirian pabrik milik Grup Mayora di Cadasari tersebut justru menyatakan ketidakmengertiannya. Mereka menduga adanya faktor lain yang memicu terjadinya aksi masyarakat.
“Hampir setahun keberadaan pabrik tidak didemo, dan pembangunannya pun hampir rampung. Kenapa sekarang muncul? Kelihatannya ada yang tidak jalan dengan Humas Mayora,” kata Agus Lani dari Fakta Pandeglang.
Senada dengan Agus, Jandan (34) dari Haluan Banten pun menduga aksi demo penolakan pabrik kali ini dipicu adanya masalah dalam hal rekrutmen tenaga kerja lokal.
“Kami mendengar, pihak Mayora tidak memperhatikan masyarakat sekitar dalam masalah rekrutmen tenaga kerjanya,” kata Jandan. (kar)
sumber : klik disini
PANDEGLANG (IGS BERITA) – Ratusan warga Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari, berunjuk rasa ke Gedung Pendopo Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Senin (6/2). Mereka menuntut Bupati Irna Narulita segera menutup pembangunan pabrik industri air minum kemasan milik PT. Tirta Fresindo Jaya (Grup Mayora), yang berlokasi di Kampung Gayam Lebak, Desa Cadasari, Pandeglang.
Dengan menggunakan kendaraan bak terbuka, sedikitnya 500 warga Desa Cadasari mendatangi Kantor Bupati Pandeglang, dan meminta Irna Narulita bertindak cepat. Mereka mengaku khawatir, dampak pendirian pabrik tersebut akan menyulitkan warga sekitar mendapatkan sumber air bawah tanah.
Massa pengunjuk rasa menuntut Bupati Irna Narulita untuk muncul menemui mereka dan berdialog. Namun, sayang, hingga pukul 11.00 WIB, Irna – yang sedang memberikan pengarahan kepada para Petugas Penyuluh Pertanian se-Kabupaten Pandeglang – tak kunjung nongol untuk memenuhi keinginan warga masyarakatnya tersebut.

Dalam orasinya, pengunjuk rasa menyayangkan sikap Pemerintah Kabupaten Pandeglang, yang dinilai tidak pro-rakyat. Mereka juga meminta pihak PT. Tirta Fresindo Jaya atau Mayora untuk menghormati Surat Keputusan Bupati Pandeglang Nomor 0454 Tahun 2014, tertanggal 21 November 2014, perihal penghentian kegiatan PT. Tirta Fresindo Jaya sebagai investor.
“Jika Pemkab Pandeglang tidak merespon tuntutan ini, kami akan datang kembali dengan massa yang jauh lebih besar, dan akan terus mendemo Bupati Irna,” kata Odih (45), salah satu Koordinator Aksi dari Pondok Pesantren Miftahul Wildan, Desa Cadasari, Pandeglang, kepada IGS Berita.
Dinilai Tidak Aspiratif
Di lain pihak, Nurhadi, 47 tahun, Koordinator Aksi dari Pondok Pesantren Kifayatul Awam, Kampung Kadu Engang, Desa Cadasari, mengaku heran terhadap sikap Pemkab Pandeglang yang dinilainya sangat tidak aspiratif terhadap kekhawatiran warga akan keberadaan pabrik tersebut.
Menurutnya, pembangunan pabrik di Desa Cadasari jelas melanggar ketentuan dan perundangan yang berlaku. Keberadaan pabrik pun dinilai tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, di mana Kecamatan Cadasari masuk sebagai daerah resapan air serta Kawasan Lindung Geologi.
Namun begitu, Nurhadi menyatakan pihaknya dan warga yang lain masih membuka pintu dialog bagi PT. Tirta Fresindo Jaya untuk memberikan penjelasan. Kecuali pihak PT. Tirta Fresindo Jaya sendiri tidak mau memanfaatkan kesempatan yang masih diberikan warga tersebut.
Sementara itu, beberapa pihak yang dimintai tanggapan terkait aksi unjuk rasa warga untuk menolak pendirian pabrik milik Grup Mayora di Cadasari tersebut justru menyatakan ketidakmengertiannya. Mereka menduga adanya faktor lain yang memicu terjadinya aksi masyarakat.
“Hampir setahun keberadaan pabrik tidak didemo, dan pembangunannya pun hampir rampung. Kenapa sekarang muncul? Kelihatannya ada yang tidak jalan dengan Humas Mayora,” kata Agus Lani dari Fakta Pandeglang.
Senada dengan Agus, Jandan (34) dari Haluan Banten pun menduga aksi demo penolakan pabrik kali ini dipicu adanya masalah dalam hal rekrutmen tenaga kerja lokal.
“Kami mendengar, pihak Mayora tidak memperhatikan masyarakat sekitar dalam masalah rekrutmen tenaga kerjanya,” kata Jandan. (kar)
sumber : klik disini
0
2.3K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan