“setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. itu pasti. hanya waktu yang menentukan kapan itu akan terjadi”
Quote:
Adakalanya kita terlalu egois, memaksakan sesuatu yang tak logis. dimana hati sebenarnya menolak dengan sadis, sebuah kata manis disetiap pertemuan yang sebenarnya kita tau tak akan harmonis.
Waktu sebenarnya tak akan pernah bohong, selalu menuturkan fakta tanpa omong kosong. tepat menaruh jiwa yang hatinya sedikit gundah bimbang dan gelisah. waktu tau dimana pertemuan yang indah, waktu juga tau dimana pertemuan yang hanya membawa resah.
bukannya tanpa menimbang, sebenarnya setiap pertemuan juga penuh resiko yang akan kita dulang, tapi lagi-lagi jiwa terlalu bimbang, memilah pertemuan dalam tenang, jiwa selalu terpelanting jauh kebelakang. selalu, dan selalu seperti itu.
Pada akhirnya,
semua kembali waktu yang dipersalahkan, dikala pertemuan menjadi penyesalan dan terlalu rumit bahkan begitu muak untuk diurai perlahan.
waktu juga seolah menjadi kambing hitam dikala hati telah lelah dan begitu menyesal akan sebuah pertemuan dengan dia yang begitu menggalaukan.
Lalu bagaimana jika kita terlanjur jatuh (cinta) dalam pertemuan? apa harus menyesal dalam lamunan? apa harus memaki waktu penuh kebencian? apa harus berdosa telah dipertemukan dengan jiwa yang kosong harapan?
Tidak. tidak sepantasnya begitu. tapi harusnya berkaca, sepatutnya meraba, seyogyanya bernunduk muka. merenung sejenak dan bertanya pada jiwa tanpa penuh gejolak.
Adalah kita yang terlalu gegabah, adalah kita yang terlalu mudah, adalah kita yang terlalu pasrah. menganalogikan pertemuan indah dengan jatuh (cinta) penuh kasih tanpa resah, tanpa sedikitpun memilah, tanpa sedikitpun menjamah. yang pada akhirnya cinta semu sesaat pudar tanpa bekas walau hanya setipis kapas.
lalu,
Haruskah kita masih menyalahkan waktu disetiap pertemuan yang salah ?
Ataukah kita telah sadar,
Bahwa cinta yang penuh kasih tidak akan datang dalam pertemuan pertama yang indah, tapi terproses dalam sebuah siklus waktu resah yang lamanya tak terbantah
Dengan hati terbuka,
izinkan aku untuk berbagi rasa, yang apabila ku pendam sendiri nyatanya hanya membawa resah, hanya hampa tanpa kata ketika aku coba pendam dalam dada.
Aku tau, pilu hanya akan kelabu jika aku tak bergerak maju, dan aku paham, menahan dalam kelam pada akhirnya hanya membawa keresahan.
maka dengan segala kerendahan hati, aku ingin coba menbagikan. sebuah kisah tak berujung yang sampai saat ini aku pendam, sendiran.
Quote:
haiii, salken semua sesepuh dan para penghuni SFTH tercintaaah, trit ini adalah lanjutan dari
FADED...yang sengaja gue sudahkan, di FADED - end of story ini, gue mencoba untuk ngeshare tentang lika-liku kehidupan diyas sebelum dan sesudah ketemu ola, rhea, dan velin. khusus untuk velin, dalam trit ini bakal gue coba share lebih detail. oh iya, maafkan diriku kalo nanti plotnya membingungkan yah, soalnya gue beneran nubi, bebas aja disini mah, silahkan mau main bata, main semen, main rumah-rumahan, bebas pokoknyaa

asal masih dalam lingkup grand ruler SFTH. dan demi menjaga kedamaian serta kesejukan umat, anggap aja semua ini fiktif ya

.
Diyas.
Quote: