- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dikuliti Najwa! Tepatkah Kebijakan Sandiaga Soal Mobil Mewah?
TS
japhemethelodse
Dikuliti Najwa! Tepatkah Kebijakan Sandiaga Soal Mobil Mewah?
Salah satu acara TV favorit penulis adalah Mata Najwa, dimana politikus-politikus yang hadir biasanya dikuliti sampai habis dengan beragam pertanyaan yang tidak terduga dan jika tidak menguasai materi, dijamin pasti mati kutu. Edisi kali ini adalah tentang strategi pasangan calon nomor urut 3, Anies dan Sandi, pada tanggal 25 Januari. Pada suatu sesi, mbak Nana menyinggung soal kebijakan yang akan dicanangkan oleh Anis dan Sandi, tentang larangan mobil mewah yang beredar di DKI Jakarta nantinya.
Dari kebijakan tersebut, maka mobil yang ingin ditonjolkan dan beredar di Jakarta adalah mobil LCGC (Low Cost Green Car) yang merupakan produk yang dimiliki oleh grup Saratoga, melalui PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk. yang didirikan oleh sang calon wakil gubernur sendiri, Sandiaga Uno. Lalu beredarlah isu bahwa kebijakan yang dicanagkan oleh Anis dan Sandi tersebut disinyalir untuk memberikan keuntungan kepada perusahaan yang didirikannya, benarkah demikian?
Tekanan-tekanan yang diberikan oleh mbak Nana, di jawab dengan sebuah janji oleh Sandiaga. Sebagaimana kita tahu, mengucapkan itu lebih mudah dari pada melakukan, Sandi berjanji untuk tidak hidup di 2 alam, dalam istilah beliau adalah ‘jangan memperdagangkan politik dan jangan mempolitikan dagangan’, yang katanya itu adalah nasehat dari pak wakil presiden Jusuf Kalla, entah apa maksudnya membawa nama pak JK, apakah sekedar ingin menunjukan ke publik bahwa beliau dekat dengan pak JK? Mungkin saja. Janji seorang Sandiaga Uno yang memiliki 34% persen saham (PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk.) adalah tidak lagi ada kepentingan terhadap dunia usaha yang sangat berhubungan dengan kebijakan yang akan dilakukannya itu, mungkinkah? Jika kita berpikir secara logika saja, itu mungkinkah terjadi? Bahwa benar-benar seorang yang punya saham disebuah perusahaan, tapi tidak ingin mengembangkan usahanya? Kalau memang Sandi berkomitmen mundur dari dunia bisnis, harusnya dia rela melepas semua sahamnya, bukan berdalih bahwa ‘saham saya bukan mayoritas, hanya 34%’, apa bedanya?
Sangat berpotensi terjadi penyelewengan kebijakan, bayangkan jika suatu saat saham pada Saratoga Group merosot pada titik terendah, sedangkan Sandi yang menjabat sebagai wakil gubernur (seandainya terpilih) akan tinggal diam melihat kehancuran perusahaannya? Ya semoga saja, janji bukan saja tinggal janji.
Terlepas dari keterikatan kebijakan larangan mobil mewah dan perusahaan mobil murah yang dimiliki Sandi Uno, apakah kebijakan tersebut sudah tepat untuk Jakarta? Sandi mengatakan dalam diskusinya kemarin di Mata Najwa, bahwa kebijakan LCGC membantu agar masyarakat menegah dapat membeli mobil murah agar digunakan dari pada menggunakan sepeda motor. Perlu Sandiaga Uno tahu, bahwa kemacetan luar biasa di Jakarta mayoritas disebabkan oleh mobil pribadi, mengapa begitu? Karena kita sering beredar di Jakarta, coba intip ke dalam mobil-mobil pribadi tersebut, berapakah orang yang ada di dalamnya? Kemacetan terjadi karena terlalu banyak orang menggunakan mobil, padahal hanya seorang diri saja, hal ini memakan ruang yang lebih banyak, bisa bayangkan jika kebijakan mobil murah direalisasikan, pengguna sepeda motor beralih ke mobil, apakah yang akan terjadi? Mungkin ini karena Sandiaga Uno jarang jalan-jalan disekitaran Jakarta.
Tak bisa dipungkiri bahwa, manusia pasti selalu mencari yang lebih baik dalam hidupnya. Jika uang sudah cukup, tentu yang naik sepeda ingin naik motor, yang naik motor ingin naik mobil, dan yang naik mobil murah ingin naik mobil mahal. Permintaan mobil murah ini pasti akan membludak dan membanjiri Jakarta, sedangkan persoalan kemacetan adalah salah satu fokus utama, mengapakah kebijakan ini mau diterapkan pada saat yang belum tepat? Batasan mobil mewah, yaitu 3 miliar, kalau kita lihat di Jakarta, sangat jauh perbandingan yang mengendarai kendaraan seharga 3 miliar dengan kendaraan harga dibawahnya, bahkan lebih ramai sekelas pajero dan fortuner bagi kalangan menengah ke atas, itupun harganya tidak sampai 1 miliar. Jadi dimana logikanya, dengan kebijakan ini dapat mengatasi kemacetan dengan alih-alih pengguna mobil mewah (3 miliar ke atas) akan beralih menggunakan transportasi umum? Bukankah mereka akan lebih memilih mengganti mobil yang dilarangnya dengan mobil pajero atau fortuner tersebut? Mari berpikir. Atau mungkin saja jadi membeli mobil murah kepunyaan Sandi? Hmm…
Salam dari titik buta.
_----'-_
Duhhh wahhh ... gimana yach?

Dari kebijakan tersebut, maka mobil yang ingin ditonjolkan dan beredar di Jakarta adalah mobil LCGC (Low Cost Green Car) yang merupakan produk yang dimiliki oleh grup Saratoga, melalui PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk. yang didirikan oleh sang calon wakil gubernur sendiri, Sandiaga Uno. Lalu beredarlah isu bahwa kebijakan yang dicanagkan oleh Anis dan Sandi tersebut disinyalir untuk memberikan keuntungan kepada perusahaan yang didirikannya, benarkah demikian?
Tekanan-tekanan yang diberikan oleh mbak Nana, di jawab dengan sebuah janji oleh Sandiaga. Sebagaimana kita tahu, mengucapkan itu lebih mudah dari pada melakukan, Sandi berjanji untuk tidak hidup di 2 alam, dalam istilah beliau adalah ‘jangan memperdagangkan politik dan jangan mempolitikan dagangan’, yang katanya itu adalah nasehat dari pak wakil presiden Jusuf Kalla, entah apa maksudnya membawa nama pak JK, apakah sekedar ingin menunjukan ke publik bahwa beliau dekat dengan pak JK? Mungkin saja. Janji seorang Sandiaga Uno yang memiliki 34% persen saham (PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk.) adalah tidak lagi ada kepentingan terhadap dunia usaha yang sangat berhubungan dengan kebijakan yang akan dilakukannya itu, mungkinkah? Jika kita berpikir secara logika saja, itu mungkinkah terjadi? Bahwa benar-benar seorang yang punya saham disebuah perusahaan, tapi tidak ingin mengembangkan usahanya? Kalau memang Sandi berkomitmen mundur dari dunia bisnis, harusnya dia rela melepas semua sahamnya, bukan berdalih bahwa ‘saham saya bukan mayoritas, hanya 34%’, apa bedanya?
Sangat berpotensi terjadi penyelewengan kebijakan, bayangkan jika suatu saat saham pada Saratoga Group merosot pada titik terendah, sedangkan Sandi yang menjabat sebagai wakil gubernur (seandainya terpilih) akan tinggal diam melihat kehancuran perusahaannya? Ya semoga saja, janji bukan saja tinggal janji.
Terlepas dari keterikatan kebijakan larangan mobil mewah dan perusahaan mobil murah yang dimiliki Sandi Uno, apakah kebijakan tersebut sudah tepat untuk Jakarta? Sandi mengatakan dalam diskusinya kemarin di Mata Najwa, bahwa kebijakan LCGC membantu agar masyarakat menegah dapat membeli mobil murah agar digunakan dari pada menggunakan sepeda motor. Perlu Sandiaga Uno tahu, bahwa kemacetan luar biasa di Jakarta mayoritas disebabkan oleh mobil pribadi, mengapa begitu? Karena kita sering beredar di Jakarta, coba intip ke dalam mobil-mobil pribadi tersebut, berapakah orang yang ada di dalamnya? Kemacetan terjadi karena terlalu banyak orang menggunakan mobil, padahal hanya seorang diri saja, hal ini memakan ruang yang lebih banyak, bisa bayangkan jika kebijakan mobil murah direalisasikan, pengguna sepeda motor beralih ke mobil, apakah yang akan terjadi? Mungkin ini karena Sandiaga Uno jarang jalan-jalan disekitaran Jakarta.
Tak bisa dipungkiri bahwa, manusia pasti selalu mencari yang lebih baik dalam hidupnya. Jika uang sudah cukup, tentu yang naik sepeda ingin naik motor, yang naik motor ingin naik mobil, dan yang naik mobil murah ingin naik mobil mahal. Permintaan mobil murah ini pasti akan membludak dan membanjiri Jakarta, sedangkan persoalan kemacetan adalah salah satu fokus utama, mengapakah kebijakan ini mau diterapkan pada saat yang belum tepat? Batasan mobil mewah, yaitu 3 miliar, kalau kita lihat di Jakarta, sangat jauh perbandingan yang mengendarai kendaraan seharga 3 miliar dengan kendaraan harga dibawahnya, bahkan lebih ramai sekelas pajero dan fortuner bagi kalangan menengah ke atas, itupun harganya tidak sampai 1 miliar. Jadi dimana logikanya, dengan kebijakan ini dapat mengatasi kemacetan dengan alih-alih pengguna mobil mewah (3 miliar ke atas) akan beralih menggunakan transportasi umum? Bukankah mereka akan lebih memilih mengganti mobil yang dilarangnya dengan mobil pajero atau fortuner tersebut? Mari berpikir. Atau mungkin saja jadi membeli mobil murah kepunyaan Sandi? Hmm…
Salam dari titik buta.
_----'-_
Duhhh wahhh ... gimana yach?

0
3.7K
31
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan