Dear, my wife

Detakan jantung yang sekarang mengalirkan darah pada setiap inchi tubuhku, kini seakan tersendat, badan menjadi seperti bunga yang layu karena kekurangan air.

Tekanan yang aku lalui tanpamu seakan menggerogoti kesehatan jiwaku...

Lunglai... Ya mungkin juga lelah...
Semua itu menghampiri dan menetap bersamaku jika aku harus lalui semua ini tanpamu.

Bukan aku mengeluh dan tidak mengikhlaskan kepergianmu, aku ikhlas dan sangat ikhlas, namun ijinkan aku mengabadikan namamu seumur hidupku, mencintaimu sampai hembusan terakhir nafasku, menjadikanmu tetap hidup meski kau telah tiada.

Sayang...
Meski kini kita telah berbeda alam, namun percayalah, tak ada waktu sedetikpun yang aku lalui tanpa mengingatmu, merindukanmu, mendekapmu erat dalam hayalku...

Sayang,
Kamu sedang apa disana?
Dede sudah hampir 2 tahun selepas kepergianmu, keceriaannya terasa hambar saat ia melihat yang lain dipelukan ibunya, tawanya tertahan saat ia menyaksikan air mandi hangatnya ditemani tangan ayahnya.

Sayang...
Aku dan dede merindukanmu, tak mampu berbuat banyak saat si dede memanggil dan bertanya tentangmu, hanya tetesan air mata yang jatuh tak terasa...
Walau terkadang ku coba menahan mulut dan bibirku untuk menyembunyikan sedih dan tangisku meski terkadang tak berhasil aku sembunyikan itu...

sayang cepatlah kembali, jika itu tak memungkinkan untukmu, doakanlah kami agar cepat bersatu denganmu disana disamping tuhan, dalam ridho-Nya, Cinta-Nya dan dalam dekapan-Nya.

Kelak jika kita bersama lagi, aku ingin kita bermain dan bergembira bersama si buah hati yang selama ini merindukan sosokmu, bercumbu rayu dalam harmonisnya cinta yang pernah terjalin dan tetap tersenyum seperti yang pernah kamu lakukan semasa hidupmu.

Sayang, aku rindu dekapan hangat dan kasih sayangmu...



Your lovely husband
Erick