warga sipil yang tidak tahu akar masalah dan semuanya, terkena dampak serangan para peretas-peretas, website mereka di rusak dan akun-akun media sosial mereka juga di curi. contohnya saat cyberwar indonesia vs australia, lebih dari 2000 website berdomain .au di deface dan kebanyakan adalah web warga sipil.

tanpa kita sadari, secara tidak langsung, cyberwar telah memintarkan pihak yg terkena serangan, karena webmaster telah mempatch dan belajar pada kesalahan yang terdahulu, contoh saat cyberwar anonymous vs israel, pada tahun 2013, anonymous boleh dikatakan mempermalukan israel, website di bobol, dan pencurian akun dunia maya, tapi pada serangan 2014, israel membalik memalukan anonymous, mereka membuat jebakan untuk memfoto wajah para anggota dengan webcam mereka sendiri,

fakta selanjutnya adalah pemerintah dari kedua belah pihak tak pernah mengakui dan menyetujui, adanya cyberwar, walau keadaan politik kedua pemerintahan sedang panas tapi para pemerintah tak pernah menyetujui adanya cyberwar, dan mereka cuma menganggap itu sebagai cybercrime

selalu muncul pentolan-pentolan baru saat cyberwar, baik itu secara personal maupun secara group, seperti halnya cyberwar indonesia vs australia, ISD (indonesia security down), menjadi pentolan saat itu, ataupun saat cyberwar anonymous vs israel, anonghostmenjadi pentolan

tidak pernah ada yg kalah dan yg menang, faktanya hanya istilah "memborbardir negara lawan di dunia maya", tapi tidak seutuhnya menjadikan pernyataan berikut sebagai kemenangan

tujuan utama cyberwar adalah mematikan semua akses internet pada lawan gar tidak bisa lagi mengakses internet, atau negara lawan terhapus dari peta internet. tapi makin kesini, cyberwar menjadi sebuah protes keras kepada pemerintah lawan, atau unjuk diri kepada pemerintah sendiri, agar pemerintah melakukan tindakan kepada negara lawan