JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Megawati Soekarnoputri berulang tahun ke-70 pada hari ini Senin (23/1/2017). Politikus PDIP Emir Moeis mengatakan, sosok Megawati masih sangat dibutuhkan. Alasannya bahwa, kiprah dan peran putri Proklamator RI Soekarno itu masih dibutuhkan untuk mencari solusi atas masalah-masalah kenegaraan dan kebangsaan saat ini.

“Beliau sudah sejak belia mengenal politik kebangsaan. Megawati sudah sarat pengalaman soal kebangsaan," ujar Emir, di Jakarta, Minggu (22/1/2017) .

Mbak Adis, demikian Ketua Umum PDIP itu disapa, sejak belia Megawati sudah bersentuhan dengan masalah-masalah kebangsaan. Dia juga kerap diajak Bung Karno melawat ke negara-negara sahabat ketika sang Presiden menjalani roda pemerintahan NKRI. kada Emir.

Menurutnya, demikian pula ketika tokoh-tokoh dari negara lain berkunjung ke Indonesia, Megawati pun diminta mendampingi ayahnya. Sedangkan saat menjadi mahasiswa, Megawati juga aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Namun, anehnya, kata Emir, justru Megawati sering dituding feodal.

Padahal pimpinan Parpol berlambang kepala banteng moncong putih itu sedang getol memperjuangkan demokrasi termasuk saat Indonesia di bawah kekuasan Orde Baru.

“Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, upaya-upaya menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dengan penuh kesungguhan,” kata Emir merujuk kondisi demokrasi di era Megawati menjadi Presiden RI.

Mantan Ketua Komisi XI DPR mencontohkan Nangroe Aceh Darussalam mengantongi sebagai daerah dengan otonomi khusus di era Megawati. Selain itu, pada era pemerintahan Megawati, Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung untuk pertama kalinya, jelas Emir.

Lanjut dia, warisan penting pemerintahan Megawati adalah berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Tanpa komitmen pada demokrasi, sulit dibayangkan hal-hal itu akan terealisasi,” papar Emir.

Emi menegaskan Megawati bukanlah sosok feodal. Alasan pertama karena feodalisme merupakan akar dari praktik-praktik korupsi dan mematikan kreativitas.

Sementara alasan Kedua, feodalisme tidak cocok lagi dengan zaman keterbukaan dan egaliter seperti sekarang ini. Karena feodalisme baik sebagai sistem maupun praktik harus dilawan.

"Jadi, Megawati sama dengan sang ayahnya, mereka sama-sama antifeodalisme. Bung Karno sering menegaskan agar bangsa dan rakyat Indonesia melawan feodalisme," simpul imbau Emir Moeis.

http://www.netralnews.com/news/nasional/read/50122/hari.ini.hut.ke.70.megawati.soekarnoputri.mengapa.dituding.feodal