SABTU, 21 JANUARI 2017 | 16:50 WIB

Ketua MUI Dr. KH Maruf Amin, dan Sekretaris MUI, Asrorum Niam, saat konpers tentang Gafatar di Kantor MUI, Jakarta, 3 Februari 2016. TEMPO/Amston Probel
TEMPO.CO, Mojokerto - Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin menilai bangsa Indonesia sedang mengalami kesalahpahaman. Saling klaim anti-pancasila, anti-kebinekaan seperti kosa kata umum sehari-hari.
Ma'ruf mencontohkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang memicu kegaduhan itu. Jika tidak mendukung calon tertentu, ujar Ma'ruf, disebut anti-kebhinekaan.
"Lha memang tidak suka kok, bukan masalah antikebhinekaan," kata Ma'ruf saat menjadi pembicara dalam diskusi Forum Peduli Bangsa di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, Pacet, Mojokerto, Sabtu, 21 Januari 2017.
Ma'ruf berujar, untuk meredam kesalahpahaman itu agar tidak makin melebar, dia pernah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar digelar dialog nasional atau rujuk nasional. Namun presiden mengatakan tidak ada yang berantem, sehingga tidak perlu dilakukan rujuk nasional.
Karena kurang direspon, kata Ma'ruf, MUI akan berinisiatif untuk memprakarsai dialog tersebut. "Tujuannya untuk meluruskan kesalahpahaman itu," tutur Ma'ruf yang juga Rais Aam PBNU.
Di sisi lain, MUI juga mendeklarasikan kemajemukan, pluralisme dan toleransi dengan lembaga-lembaga agama. "Kita sama-sama merawat kemajemukan," katanya.
Adapun di tingkat bawah, ujar dia, MUI akan membahas konsep yang solutif, mencegah agar tidak timbul kesalahpahaman. "Agar negara utuh, tidak dibawa ke kanan atau ke kiri," ujar dia.
KUKUH S. WIBOWO
https://www.tempo.co/read/news/2017/01/21/078838468/Agar-Negara-Tak-Gaduh-MUI-Prakarsai-Rujuk-Nasional
Mantap... uda kepepet baru rujuk
Dialog coy.. mediasi coy...
Meme kucing mana... meoonggg