Quote:
Original Posted By decolague►Quote:
Original Posted By margosa►
nah ada fakta baru

we kira gak manusiawi lah tunjangan 133rb buat cover segitu banyak pasien
dan kalo we yg jd pasien gak akan mau ke rsud
udah pasti gak akan maksimal pelaynannya
Ini salah satu solusinya gan dan sebab kenapa kesehatan kita terseok seok
Quote:
Ini solusi permasalahannya
Quote:
Jualan Politik: "Kesehatan Gratis"
dan Paradoxal Minimnya Support "Negara"
Kesehatan gratis, memang enak. Saat ini pemerintah menggratisi 106 juta rakyat dengan PBI BPJS. Dibayari dengan APBN secara "minimal".
Tapi dengan gratis, pemasukan jadi tidak ada.
Akhirnya obat habis, alat tidak bisa diperbarui.
Pelayanan kesehatan tidak bisa dilakukan.
Inilah "efek gratis".
Ibarat Toko, pasang spanduk gratis. Tapi begitu masuk Toko, "barangnya gak ada".
Kasus ini, akan cepat ditalangi. Tapi semakin banyak hal serupa, tidak akan lagi dapat ditutupi.
Lebih baik kesehatan murah, terjangkau, berkualitas. Seperti Malaysia.
Pajak alkes, pajak kesehatan dihilangkan, insentif kesehatan dilakukan. Agar kesehatan dapat dinikmati semua kalangan, dan tetap berkualitas.
Daripada gratis tapi "barangnya gak ada".
Kalau di share 10 ribu kali, saya yakin pemerintah mendengar ini. Demi kesehatan berkualitas bagi kita semua.
Sumber: Dr. Yudhis,Sp.OG Via tagdoctors
Quote:
komplain harus dikonfirmasi dulu kebenaran dan permasalahannya, dan apakah komplain-komplain itu beralasan..jangan hanya bisanya langsung datang bawa-bawa wartawan dan serta merta menyalahkan pekerja diujung tombak, padahal manajemen dan sistemnya perlu evaluasi juga!
kenyataan yang ada di sana, 1 dokter diminta jaga 16 bangsal sedangkan 1 bangsal bisa mencapai puluhan pasien...apakah realistis untuk memenuhi ekspektasi pasien hingga mencapai 0 komplain?!? : lihat saja di video 1 bangsal dijaga kurang lebih 4 orang, itupun belum termasuk peserta didik kedokteran/keperawatan yang memang tidak dibebankan tanggung jawab karena tugasnya hanya belajar
permasalahan seperti ini sebenarnya mudah saja
membangun RSUD baru sehingga semua pasien rujukan tidak menumpuk di satu RS saja,
lah kenyataan di lapangan: sudah RSUD nya sedikit, perekrutan tenaganya juga sedikit demi alasan "penghematan", ya jelas kelar dah...ujung-ujungnya pasien yang jadi korban!!! kalau mau terus begini ya silahkan lanjutkan
Page one gan kalau berkenan
Quote:
Original Posted By decolague►
Semoga dia bangga bangain hasil kerjanya ya gan, prestasinya bagus loh, semoga deh, sebar sebarin hasil prestasinya ke seluruh dunia,
sebenarnya nakes jadi dagangan politik dari jaman setelah kemerdekaan, selalu jadi dagangan politik, cuma ini aja yang sangat mencuat
Mudah2 an ini jadi titik nadir titik balik berakhirnya era nakes jadi korban politik dan dagangan politik, , sudah saatnya nakes yang jadi pimpinan, kaalu perlu nanti pilpres berikutnya nakes yang jadi presiden, kembalinya era dr. Sutomo yang mencerdaskan bangsa, beliau lah yang menggagas ide kemerdekaan, aamien
Ingat gan hak istirahat untuk nakes dilindungi undang undang
Terima kasih gan, page one kalau berkenan
Ini salah satu cerita nakes jadi korban dan dagangan politik
Quote:
Original Posted By AiHikoe►mirip-mirip kasus di suatu "kerajaan" yg "baginda raja"nya di medsos gak terima gara-gara ada rakyatnya yg ditunda-tunda terus operasinya. Ngatain petugas kesehatan ga punya nurani. Padahal itu rakyatnya punya kencing manis.
Malah para tabib kerajaan yg mencoba konfirmasi ke fans page baginda pun langsung dilenyapkan konfirmasinya supaya gak ketahuan begonya sang baginda raja

Masih banyak lagi kalau mau memahami gan, terima kasih gan, page one kalau berkenan
Quote:
Original Posted By decolague►Quote:
Original Posted By echoz►gantian tidur masih wajar...
kecuali pada tidur semua ga ada yang terjaga standby..

Quote:
Terbukti kan diplintir plintir
Masalah komplain itu selalu ada gan, media yang suka mempelintir, dirumah sakit terbaik didunia pun, yang namanya komplain itu selalu ada, kadang2 ada yang merasa rendah diri, curiga kalau diperlakukan tidak layak, gara gara berobat gratis, dan itu normal loh gan, analogi gini gan 2 barang sama persis 1 dilabeli harga mahal 1 dilabeli harga murah, konotasi orang selalu yang mahal lebih bagus, padahal kenyataan pelayanan ya sama, andaikata nih loe bayar 1 milyar atau 2 milyar sekalian, nih gajinya ya tetep 300rb+tanpa thr, setelah 10 tahun dia jadi honorer gaji jadi 1,2jt+ thr minuman kaleng 2 lusin, mau pakai berobat gratis kek, mau pakai bayar 2 milyar kek, ya pelayanan tetap sama terutama di igd ya, kalau ruangan dan merek obat jelas beda, respon time ya juga sama, melihat tingkat kegawatan penyakit loe, misalkan loe mau bayar 2 milyar nih, sakit batuk pilek, ada pasien sekarat entah loe sudah datang lebih dulu walaupun dia pakai berobat gratis, dokter bakal cuekin loe, sampai pasien yang sekarat itu ditangani terlebih dahulu, stabil, baru ngecek loe, jadi bersyukurlah kalau loe dicuekin loh gan di igd, berarti loe cukup sehat, dan agak jauh dari sekarat, ngerti gan? Terima kasih gan
we naikin atas deh
Quote:
Original Posted By komodo.ipk.2.56►
sudah marah-marah tahunya salah sasaran!!!
saran: sebaiknya syuting ulang saja blangsak!!!

Quote:
Original Posted By yaninursahar►Sebelum berdebat dan ikutan marah-marah, atau mau mendukung sisi yang mana, coba baca dulu berita dibawah ini, mungkin ada runtutannya dan sangkut paut dengan drama sinetron Zumi Zola barusan:
Mungkin berita dibawah ini ada sangkut pautnya dengan drama Gubernur Zumi Zola barusan:
Dirut RSUD Raden Mattaher Jambi (dr Erman) Mundur, Hasil Lelang Jabatan Gubernur Jambi Dipertayakan
Written By jambipos-online on Thursday, December 8, 2016 | 07:44
Jambipos Online, Jambi- Mundurnya Direktur RSUD Raden Mattaher (RSUD RM), dr Erman dari jabatannya menjadi bahan pertayaan hasil lelang jabatan Gubernur Jambi H Zumi Zola. Pengunduran dr Erman juga dapat membuat blunder bagi Gubernur Zumi Zola. Pasalnya dr Erman merupakan pejabat hasil lelang jabatan yang seleksinya cukup ketat. Kemudian lelang jabatan oleh Gubernur Jambi Zumi Zola juga kali perdana dilakukan.
Menyikapi pengunduran dr Erman itu, pengamat kebijakan publik, Nasroel Yasir kepada wartawan, Kamis (8/12/2016) mengatakan, ada kejanggalan jika pejabat yang lolos seleksi tiba-tiba mundur. “Kita tahu baru saja berjalan sekitar tiga bulan, tetapi langsung mundur. Ada apa? Dan ini harus diantisipasi oleh Zola,” ujar Nasroel Yasir.
Dia juga menyarankan kepada Gubernur Jambi Zumi Zola agar membuat aturan mengikat misalnya soal limit waktu menjabat bagi pejabat yang lolos seleksi lelang jabatan. Karena aturan itu merupakan turunan dari UU ASN dan PP yang mengatur seleksi terbuka pejabat di lingkungan Provinsi Jambi. Aturannya adalah mengikat bagi yang lolos lelang dan dipilih tidak boleh mundur dalam waktu yang ditentukan.
“Bagi ASN yang mengikuti proses seleksi teruka jabatan pasti ada kerelaan dalam hatinya. Bukan hanya rela, tetapi dia siap dan merasa mampu untuk menduduki jabatan yang dilelang dengan konsekwinsi yang ada. Artinya ketika siap, harus diikat juga dengan perjanjian tertulis, agar tidak boleh mundur dalam waktu tertentu,” katanya.
Kata Nasroel, aturan ini bisa dikonsultasikan ke Mendagri. Apakah bisa dalam bentuk Perda atau Pergub. “Kita tidak mau seenaknya saja pejabat yang sudah lolos seleksi dengan menguras pikiran dan waktu tim seleksi, tiba-tiba mundur. Dia (peserta lelang) sudah siap dengan kemampuannya, kesehatannya dan persyaratan lainnya. Artinya ketika ditetapkan sebagai pemenang ya harus siap apa pun resikonya,” ujar Nasroel.
dr Erman Tertekan
Nasroel Yasir juga menilai ada hal yang harus diperbaiki dalam proses seleksi jabatan. Terutama saat memilih diantara tiga besar calon pejabat yang sudah lolos seleksi. “Ini preseden buruk. Kita khawatir akan dicontoh oleh pejabat-pejabat lainnya. Ini menjadi pelajaran bagi Zola," tegas Nasroel.
Nasroel juga menyarankan Gubernur Jambi Zumi Zola harus membentuk tim untuk menyelidiki penyebab mundurnya dr Erman. “Saya melihat ada hal non profesional yang menjadi penyebab mundurnya dr Erman. Ada hal-hal non administratif. Ada hal-hal yang tidak terlihat oleh masyarakat namun penting yang menjadi pemicu dr Erman mundur,” ujarnya.
Nasroel meyakini, mundurnya dr Erman bukan karena persoalan profesionalisme kerja. “Bukan karena dr Erman tidak mampu mengelola RSUD RM secara profesional. Pasti ada hal lain. Mungkin saja ada tekanan lain," ungkap Nasroel Yasir.
drg Iwan Hendrawan Jadi Plt Dirut RSUD
Pasca mundurnya dr Erman sebagai Dirut RSUD Raden Mattaher, drg Iwan Hendrawan ditunjuk sebagai Plt Dirut RSUD Raden Mattaher. “Saya menerima SK penunjukkan Plt sejak 2 Desember 2016,” ujarnya kepada wartawan Rabu (7/12/2016).
Saat menerima SK tersebut, Iwan sempat kaget, karena tidak mengetahui kalau Dirut RSUD Raden Mattaher mengundurkan diri. “Kaget saya menerima SK penunjukan Plt, saya tidak mengetahui kalau Dirut saya mundur," ujarnya.
Hingga kini mundurnya dr Erman, masih menjadi pertayaan besar. Hanya dr Erman yang bisa menjelaskan alasan pengunduran diri tersebut. Wartawan mencoba mengkonfirmasi ke dr Erwan, namun hingga berita ini diturunkan belum dapat ditemui. (JP-03/Lee)
sumber
Quote:
Original Posted By bukansbytapifby►Ijin Share dari Grup..
Quote:
Kepada Yang Mulia
Gubernur/Kepala Daerah Propinsi Jambi
Bapak Zumil Zola.
Menanggapi sidak Bapak Gubernur Jambi di RSUD Jambi, saya berfikiran positif. Bapak mau melihat sendiri kondisi dilapangan bagaimana kondisi di rumah sakit dinihari. Itulah fakta yang Bapak temui dan membuat bapak berlaku seperti yang kita lihat di rekaman rekaman yang beredar di medsos.
Jika Bapak beranggapan bahwa ini adalah suatu kegagalan, maka kegagalan itu adalah kegagalan pimpinan. Tanggung jawabnya adalah tanggung renteng mulai dari atas sampai ke bawah. Tentu saja Bapak sendiri dan Kepala Dinas serta Direktur RS sangat bertanggung jawab.
Ada satu hal yang mungkin bawahan bapak lupa menyampaikan. Pelayanan di RS merupakan suatu sistem mulai dari "front office" ditempat pendaftaran yang dilakukan tenaga non medik, kemudian dilayani perawat dan dokter di triase yang memilah milah pasien berdasarkan urgensi pasien. Sampai nanti pasien jika perlu ditangani dan dioperasi oleh dokter bedah. Atau diobati oleh dokter penyakit dalam, dokter anak atau dokter kandungan. Sistem ini bergerak dan yang diukur adalah respon dari sistem ini. Dikenal dengan nama "respon time".
Jika tidak ada pasien dan tidak ada pemberitahuan dari "Front Ofiice" bahwa ada pasien, maka sistem ini akan "dormant". Buat apa dokter spesialis bedahnya bangun sementara operasi tidak ada dan pasien yang ditangani tidak ada. Buat apa dokter spesialis penyakit dalamnya melek terus sementara pasien yang urgen ditangani tidak ada. Yang sangat perlu adalah , jika ada pasien perlu ditangani maka sistemnya langsung jalan.
Sebaiknya jika Bapak mau menilai RS di wilayah yang Bapak pimpin, itulah yang dinilai. Kirim dan ikuti seorang pasien secara diam diam mulai dari pendaftaran sampai dia mendapat pelayanan. Ukur waktunya. Lihat respon petugasnya. Lihat cara mereka melayani orang sakit. Manusiawikah mereka terhadap pasien. Dengan cara begini Bapak akan mendapatkan data yang sangat akurat dan bisa dipertanggung jawabkan serta bisa menghapus kesan kurang baik.
Berbicara soal manusiawi, lihat juga , apakah memang petugas petugas medis, paramedis dan non medis yang merupakan anak buah bapak diperlakukan manusiawi. Lihat makanan mereka, lihat minuman mereka, lihat pakaian mereka dan jangan lupa lihat wajah mereka dengan hati. Lihat dengan hati yang jernih. Lihat baju lusuh mereka, lihat mata merah mereka Bapak akan mendapat banyak hal yang akan mengejutkan Bapak sendiri. Dan data yang Bapak peroleh bukan hanya bisa digunakan di Jambi, tetapi juga bisa sampai ke luar Jambi. Bahkan bisa anda jadikan contoh di nasional
Bapak lihat daftar jaga mereka, tanya kapan mereka berangkat dari rumah dan kapan mereka pulang. Kapan mereka bisa berkumpul dengan keluarga. Tanya bagaimana kondisi anak anak mereka, tanya bagaimana istri mereka. Panggil pimpinan mereka, panggil direktur mereka, panggil semua pihak yang berkepentingan . Akan lebih banyak hal yang Bapak peroleh ketimbang hanya menemukan petugas "tertidur". Data Bapak akan sangat berguna.
Lihat pendapatan mereka. Tanya satpam, tanya pegawai, tanya dokter berapa pendapatan mereka. Apa yang mereka bawa pulang. Apakah mereka memiliki rumah. Cukupkah pendapatan mereka untuk membeli atau hanya menyewa rumah dari gaji yang mereka bawa pulang.
Terima kasih kepada Bapak, karena dengan cara begini sebetulnya membuka juga ruang bagi kami agar Pemda memperlakukan tenaga kesehatan lebih manusiawi kedepannya dengan jam kerja yang jelas sama seperti pegawai lain.
Wajar juga jika kami meminta diperlakukan layak, bekerja yang layak, istirahat yang layak. Beranikah Bapak memberlakukan untuk Propinsi Jambi jam kerja tenaga kesehatan sama dengan jam kerja pegawai negeri lain. Jika kami sudah bekerja sudah 40 jam dalam seminggu maka kami boleh istirahat di rumah tanpa diganggu oleh panggilan dinas dan tugas jaga. Jika bisa kami salut dan kami sangat mengapresiasi Bapak.
Jakarta, 21 Januari 2017
TTD
PPNI
JAMBI, KOMPAS.com Gubernur Jambi Zumi Zola marah saat mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher, Jumat (20/1/2017) dini hari.
Dalam inspeksi mendadak itu, Zola mendatangi ruangan satu per satu serta melihat sejumlah perawat dan dokter yang bertugas malam itu tertidur pulas. Seketika, ia marah dan sempat membanting kursi.
Di gedung perawatan kelas III, Zola juga mendapati tempat perawat dan dokter berjaga kosong. Dia pun langsung menggedor pintu kamar yang ada di meja penjagaan.
Begitu masuk ke dalam kamar tersebut, ia melihat para perawat dan dokter juga sedang terlelap tidur. Ia pun berteriak membangunkan mereka serta menyuruhnya keluar.
Zola kembali melanjutkan sidaknya ke gedung perawatan jantung. Di sini, ruang jaga terlihat kosong.
Ketika hendak masuk ke kamar di belakang ruang jaga, pintu kamar dikunci dari dalam. Berkali-kali ia menggedor pintu itu, dan akhirnya pintu dibuka.
Begitu masuk, Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang terbangun dan terkaget-kaget melihat kehadiran dirinya.
Ia mengatakan, sidak ini dilakukan setelah ia mendapatkan pengaduan dari warga yang mengeluhkan pelayanan perawat dan dokter rumah sakit itu.
Zola meminta PNS yang tidak disiplin segera dipindahkan dari rumah sakit itu. Begitu juga dengan tenaga honorer yang tidak disiplin, mereka tidak menutup kemungkinan akan dilepaskan dari rumah sakit tersebut.
"Jumlah tenaga honorer di rumah sakit ini melebihi kebutuhan. Logikanya adalah kalau melebihi berarti kualitas pelayanan harusnya lebih juga," kata Zola seperti dikutip Antara.
Zola mengatakan akan mengirimkan inspektorat untuk mengaudit dan mencari permasalahan di RSUD tersebut.
Pelaksana Tugas Direktur Utama RSUD Raden Mattaher drg Iwan Hendrawan merasa malu dan memberikan teguran keras kepada anak buahnya. Ia memberikan surat peringatan (SP) 3 kepada para perawat jaga yang kedapatan tertidur saat jam kerja.
"Padahal kemarin sudah 50 orang dirasionalisasi, tetapi kinerja mereka tidak meningkat juga. Jadi, yang kedapatan tertidur saat jam kerja pada saat sidak Pak Gubernur langsung kita SP3," kata Iwan.
Menurut dia, itu adalah peringatan terakhir bagi para anak buahnya. Bila masih ada yang kedapatan tidur pada kemudian hari, maka orang tersebut akan langsung dipecat.
"Tadi ada 12 orang termasuk (petugas) satpam kami beri SP3. Bila nanti melakukan kesalahan lagi, mereka bisa langsung dipecat," katanya.
http://regional.kompas.com/read/2017....banting.kursi
magabut aja nih pns 