

TS
soldierjakarta
Ahok-Djarot Mendapat Angin
Sudah Sepantasnya Kita Mendukung Yang Memang Pantas Untuk Di Percaya
Bukan Yang Baru Mencoba Coba, Meyakinkan Kita Dengan Janji Janjinya
Dan Mengajak Kita Melupakan Bukti Nyata
Bukan Yang Baru Mencoba Coba, Meyakinkan Kita Dengan Janji Janjinya
Dan Mengajak Kita Melupakan Bukti Nyata
Spoiler for Mau pemimpin yg gak terima suap, gak berpihak dan cuma fokus sama aspirasi kita? Kampanye Rakyat jawabannya:

Spoiler for Angin Segar Menyejukan Jakarta:
Quote:
Pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) mulai mendapat angin menghadapi Pilgub DKI Jakarta, 15 Februari nanti. Momentum tren positif itu terutama pascadebat tiga kandidat yang digelar Jumat (13/1) lalu, dan proses hukum yang telah berjalan selama ini.

Demikian rangkuman pandangan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kuskridho Ambardi, dan Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari, di Jakarta, Minggu (15/1) dan Senin (16/1).

Demikian rangkuman pandangan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kuskridho Ambardi, dan Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari, di Jakarta, Minggu (15/1) dan Senin (16/1).
Quote:
Menurut Kuskridho, menjelang pemungutan suara, elektabilitas Ahok-Djarot diyakini akan terus menanjak. Debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta pekan lalu, dianggap menguatkan kembali memori warga Jakarta tentang kemampuan dan kinerja Ahok memimpin Jakarta selama dua tahun terakhir.

“Debat kemarin menjadi momentum di mana masyarakat DKI mulai kembali mengingat kemampuannya dalam memimpin Ibukota. Bagi pemilih, kinerja petahana adalah pertimbangan paling penting dalam memberikan suara,” ujarnya.

Debat terbuka, menurutnya, adalah peristiwa yang bisa memberi informasi banyak bagi pemilih. Karena itu juga menjadi sangat penting untuk mendongkrak elektabilitas pasangan Ahok-Djarot. “Dalam debat kemarin, pasangan Ahok-Djarot terlihat lebih bagus penguasaan materinya dibandingkan dua pasangan penantang,” kata Kuskridho.

Selama debat, dia menilai, pasangan Anies-Sandi justru lebih banyak mengutarakan metafora. Padahal, metafora itu bukanlah sebuah kebijakan. “Warga Jakarta yang miskin diberi pancing atau kail? Anis menggunakan metafora itu untuk mengatasi kemiskinan,” ucapnya.

Terkait proses hukum yang telah menggelar lima persidangan, Kuskridho menjelaskan, hal itu akan memberikan efek dua arah. “Bagi yang sejak awal memang menganggap Ahok menistakan agama, pandangan saksi dan penuntut yang tak menguntungkan Ahok, akan meneguhkan pilihan pemilih yang menolak Ahok,” katanya.

Sebaliknya, bagi kelompok pemilih yang rasional, mereka ingin melihat duduk persoalan yang sebenarnya dari kasus Ahok. “Bagi pemilih jenis ini, bisa berayun kembali ke Ahok. Dan sebagian mereka itulah yang sedikit menjelaskan mengapa Ahok-Djarot bisa rebound,” jelasnya.

“Debat kemarin menjadi momentum di mana masyarakat DKI mulai kembali mengingat kemampuannya dalam memimpin Ibukota. Bagi pemilih, kinerja petahana adalah pertimbangan paling penting dalam memberikan suara,” ujarnya.

Debat terbuka, menurutnya, adalah peristiwa yang bisa memberi informasi banyak bagi pemilih. Karena itu juga menjadi sangat penting untuk mendongkrak elektabilitas pasangan Ahok-Djarot. “Dalam debat kemarin, pasangan Ahok-Djarot terlihat lebih bagus penguasaan materinya dibandingkan dua pasangan penantang,” kata Kuskridho.

Selama debat, dia menilai, pasangan Anies-Sandi justru lebih banyak mengutarakan metafora. Padahal, metafora itu bukanlah sebuah kebijakan. “Warga Jakarta yang miskin diberi pancing atau kail? Anis menggunakan metafora itu untuk mengatasi kemiskinan,” ucapnya.

Terkait proses hukum yang telah menggelar lima persidangan, Kuskridho menjelaskan, hal itu akan memberikan efek dua arah. “Bagi yang sejak awal memang menganggap Ahok menistakan agama, pandangan saksi dan penuntut yang tak menguntungkan Ahok, akan meneguhkan pilihan pemilih yang menolak Ahok,” katanya.

Sebaliknya, bagi kelompok pemilih yang rasional, mereka ingin melihat duduk persoalan yang sebenarnya dari kasus Ahok. “Bagi pemilih jenis ini, bisa berayun kembali ke Ahok. Dan sebagian mereka itulah yang sedikit menjelaskan mengapa Ahok-Djarot bisa rebound,” jelasnya.
Quote:
Sementara itu, Qodari menilai, debat publik mempunyai peran strategis mempengaruhi suara pemilih DKI Jakarta, khususnya pemilih yang belum memutuskan pilihannya. Pasalnya, persaingan antarakandidat pilkada DKI Jakarta sangat ketat. “Di Pilkada DKI Jakarta, debat mempunyai peran yang sangat strategis untuk mempengaruhi suara pemilih. Apalagi rata-rata warga Jakarta menunggu momen debat ini untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih,” ujarnya.

Untuk mengukur pengaruh debat tersebut secara pasti, kata Qodari perlu dilakukan survei yang bisa menunjukkan seberapa besar pengaruh debat terhadap pilihan warga DKI Jakarta. “Apalagi debat kemarin sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan antara kandidat. Misalnya, soal relokasi dan penggusuran di mana pasangan calon nomor 1 dan 3 tidak akan menggusur. Sementara paslon 2 tetap melakukan relokasi untuk memperbaiki nasib warga di bantaran sungai, normalisasi kali sehingga banjir di Jakarta bisa berkurang,” jelas dia.

Lebih lanjut, Qodari mengatakan, dalam debat tersebut Ahok terlihat santai dan menguasai masalah dengan fakta dan data. Ahok juga berhasil mengontrol dirinya sehingga tidak mengeluarkan kalimat yang kontroversial. “Ini tentunya menjadi nilai positif untuk Ahok dan bisa mengangkat kembali suaranya,” tandas dia.

Secara terpisah, survei yang dilakukan Institute for Transformation Studies (Intrans) pascadebat menunjukkan tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi terhadap Ahok-Djarot, dibandingkan dua kandidat lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Direktur Intrans, Andi Saiful Haq, mengungkapkan, pihaknya menggelar survei dengan Facebook Lead dan Facebook Survey, pada 15 menit sebelum dan satu jam sesudah debat kandidat Jumat lalu. Selama tiga jam dibuka, polling diikuti oleh 7.338 responden. Hasilnya, menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan yang dianggap paling meyakinkan dalam debat perdana, dengan perolehan 75,8%. Di posisi kedua, Anies-Sandi dengan perolehan 17%, dan Agus-Sylvi di posisi terakhir dengan 7,2%.

Dia menjelaskan, Intrans menggunakan Facebook Survey karena berdasarkan pengalaman, polling menggunakan Twitter sangat rawan diserbu akun-akun palsu atau robot. Facebook sampai saat ini masih dianggap lebih presisi dibanding platform media sosial lain.

Facebook menyediakan fasilitas survei, yang kemudian bisa dilokalisasi hanya untuk akun-akun yang berdomisili di Jakarta. Kemudian diverifikasi dengan data yang masuk. “Ini memungkinkan peneliti untuk mengecek apakah data responden valid atau tidak,” imbuhnya.

Intrans juga menggunakan Facebook Lead untuk melakukan survei yang lebih mendalam. Hasilnya, Ahok-Djarot dipilih oleh 86,8% responden, menyusul Anies-Sandi 9,48%, dan Agus-Silvy 3,65%.
Andi menerangkan, Facebook Survey digunakan untuk periode singkat, semisal mengukur tingkat kepuasan debat. Sedangkan, Facebook Lead digunakan untuk mengukur agar responden lebih valid dalam hal data penelitian. “Facebook Lead mengirim persetujuan antara responden dengan pihak INTRANS sehingga bisa didapatkan data domisili, usia, dan terdaftar tidaknya seseorang sebagai pemilih di DKI Jakarta,” terangnya.
Intrans juga membandingkan polling berbasis online lainnya, yang ditemukan bahwa hasilnya konsisten, di mana Ahok-Djarot unggul dengan persentase dukungan atau tingkat kepuasan 70%-85%. 
Untuk mengukur pengaruh debat tersebut secara pasti, kata Qodari perlu dilakukan survei yang bisa menunjukkan seberapa besar pengaruh debat terhadap pilihan warga DKI Jakarta. “Apalagi debat kemarin sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan antara kandidat. Misalnya, soal relokasi dan penggusuran di mana pasangan calon nomor 1 dan 3 tidak akan menggusur. Sementara paslon 2 tetap melakukan relokasi untuk memperbaiki nasib warga di bantaran sungai, normalisasi kali sehingga banjir di Jakarta bisa berkurang,” jelas dia.

Lebih lanjut, Qodari mengatakan, dalam debat tersebut Ahok terlihat santai dan menguasai masalah dengan fakta dan data. Ahok juga berhasil mengontrol dirinya sehingga tidak mengeluarkan kalimat yang kontroversial. “Ini tentunya menjadi nilai positif untuk Ahok dan bisa mengangkat kembali suaranya,” tandas dia.

Survei Intrans


Secara terpisah, survei yang dilakukan Institute for Transformation Studies (Intrans) pascadebat menunjukkan tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi terhadap Ahok-Djarot, dibandingkan dua kandidat lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Direktur Intrans, Andi Saiful Haq, mengungkapkan, pihaknya menggelar survei dengan Facebook Lead dan Facebook Survey, pada 15 menit sebelum dan satu jam sesudah debat kandidat Jumat lalu. Selama tiga jam dibuka, polling diikuti oleh 7.338 responden. Hasilnya, menempatkan Ahok-Djarot sebagai pasangan yang dianggap paling meyakinkan dalam debat perdana, dengan perolehan 75,8%. Di posisi kedua, Anies-Sandi dengan perolehan 17%, dan Agus-Sylvi di posisi terakhir dengan 7,2%.

Dia menjelaskan, Intrans menggunakan Facebook Survey karena berdasarkan pengalaman, polling menggunakan Twitter sangat rawan diserbu akun-akun palsu atau robot. Facebook sampai saat ini masih dianggap lebih presisi dibanding platform media sosial lain.

Facebook menyediakan fasilitas survei, yang kemudian bisa dilokalisasi hanya untuk akun-akun yang berdomisili di Jakarta. Kemudian diverifikasi dengan data yang masuk. “Ini memungkinkan peneliti untuk mengecek apakah data responden valid atau tidak,” imbuhnya.
Quote:

Intrans juga menggunakan Facebook Lead untuk melakukan survei yang lebih mendalam. Hasilnya, Ahok-Djarot dipilih oleh 86,8% responden, menyusul Anies-Sandi 9,48%, dan Agus-Silvy 3,65%.

Andi menerangkan, Facebook Survey digunakan untuk periode singkat, semisal mengukur tingkat kepuasan debat. Sedangkan, Facebook Lead digunakan untuk mengukur agar responden lebih valid dalam hal data penelitian. “Facebook Lead mengirim persetujuan antara responden dengan pihak INTRANS sehingga bisa didapatkan data domisili, usia, dan terdaftar tidaknya seseorang sebagai pemilih di DKI Jakarta,” terangnya.
http://www.beritasatu.com/megapolita...pat-angin.html
Yang jelas Basuki DJarot sudah terbukti dan teruji hasilnya
Jakarta Lebih baik menuju ke tingkat lebih baik lagi
Jakarta Lebih baik menuju ke tingkat lebih baik lagi
Diubah oleh soldierjakarta 16-01-2017 16:53


anasabila memberi reputasi
1
8.9K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan