- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pejabat UNESCO: Solusi Banjir Tidak Mudah


TS
iqbalamir
Pejabat UNESCO: Solusi Banjir Tidak Mudah
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kantor United Nation Educational and Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Jakarta Prof Hubert J Gijzen mengatakan solusi banjir tidak akan bisa cepat, mudah dan murah karena melibatkan banyak pihak.
"Misalnya untuk merelokasi penduduk yang ada di wilayah yang selalu terkena banjir, tidak akan bisa cepat dan mudah serta memerlukan dana yang tidak sedikit," kata Hubert J Gijzen di Jakarta, selasa.
Karena itu, dia mengatakan yang perlu dilakukan adalah belajar untuk hidup selaras dengan air yang menjadi penyebab banjir. Dengan begitu, bila banjir datang, kerusakan yang terjadi akibat dampak banjir bisa diminimalisasi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asia Pasific Centre for Ecohydrology (APCE-UNESCO) Prof Hery Harjono mengatakan alam memiliki hukum sendiri yang ada di luar kemampuan manusia. Namun, manusia selama ini sering mengabaikan hukum alam tersebut.
"Banjir di Jakarta misalnya, sudah terjadi sejak 1621. Saat itu populasi dan bangunan di Jakarta memang masih sedikit," tuturnya.
Meskipun terdapat hukum alam, tetapi menurut Hery, bukan berarti banjir tidak bisa diatasi. Kanal Banjir Barat yang dibangun Belanda misalnya, difungsikan untuk mengatasi banjir yang terjadi di Jakarta.
"Masalahnya saat ini kita sudah terlalu lama mengabaikan hukum alam. Daerah resapan di Jakarta saat ini sudah tertutupi dengan berbagai macam infrastruktur sehingga banjir masih tetap menjadi masalah di ibu kota," katanya.
APCE-UNESCO bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan pelatihan penggunaan perangkat lunak Integrated Flood Analysis Sistem (IFAS) atau Sistem Analisis Banjir Terpadu di salah satu hotel di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
IFAS merupakan perangkat lunak yang dikembangkan International Centre for Water Hazard Risk (ICHARM-UNESCO) yang berada di Jepang secara gratis. Perangkat lunak tersebut telah dipasang ke dalam perangkat komputer masing-masing peserta.
Peneliti senior ICHARM-UNESCO Seishi Nabesaka mengatakan IFAS merupakan perangkat lunak yang harus dipasang ke dalam komputer yang memiliki jaringan internet. Sebagai sistem analisis banjir terpadu, IFAS dapat meramalkan potensi banjir yang akan terjadi dalam 24 jam.
"Ada 23 parameter dan data yang perlu dimasukkan ke dalam sistem untuk meramalkan datangnya banjir seperti, kondisi cuaca, kondisi iklim, curah hujan, debit air sungai dan lain-lain," katanya.(rr)

0
1.3K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan