Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Berhentilah memperuncing perbedaan


Sejumlah pemuda, yang semula berada di pendopo Bupati Sintang, bergegas menuju Bandar Udara Susilo Sintang. Hari Kamis 12 Januari lalu di pendopo itu akan berlangsung acara pelantikan Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Sintang.

Pelantikan akan dilakukan oleh Cornelis, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional. Cornelis, yang juga Gubernur Kalimantan Barat, dijadwalkan mendarat di Bandara Susilo Sintang siang itu. Para pemuda, yang tadi meninggalkan pendopo, berniat menyambut Cornelis secara adat.

Saat menunggu Cornelis itulah para pemuda mendengar kabar bahwa Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain berada di pesawat yang mendarat. Mendapat informasi tersebut, ketigapuluh pemuda yang dipimpin oleh Andreas menghadang Tengku Zulkarnain di landasan, tepat di depan pintu pesawat yang sedang menurunkan penumpang.

Sambil membentangkan spanduk, mereka berorasi. Mereka melarang Tengku Zulkarnain menginjakkan kaki di tanah Kabupaten Sintang. Spanduk yang mereka bentangkan sebetulnya disiapkan untuk menolak kehadiran FPI (Front Pembela Islam) pada hari Minggu 15 Januari.

Di berbagai foto dan video yang merekam kejadian itu, Tengku Zulkarnain tampak di pintu keluar pesawat. Ia tampak urung keluar dari pesawat.

Tengku Zulkarnain kembali ke Pontianak dengan pesawat yang sama. Ia membatalkan rencana road show ke Sanggau, Sintang, Melawi dan Sekadau.

Kita patut menyesalkan insiden tersebut. Selama tidak ada aturan dan hukum yang melarangnya, setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendatangi wilayah manapun di Indonesia.

Pihak kepolisian seharusnya sudah bisa mengantisipasi kejadian seperti ini. Bagaimanapun tensi politik antar kelompok masyarakat saat ini jauh lebih tinggi ketimbang 2 atau 3 tahun lalu. Sehingga gelagat insiden seperti penghadangan Tengku Zulkarnain seharusnya sudah lebih dulu bisa terbaca dan diantisipasi.

Meskipun demikian kita tentu tidak bisa menutup mata terhadap penyebab reaksi masyarakat Dayak Sintang dalam kejadian tersebut. Beberapa media menyebutkan bahwa penolakan tersebut terkait dengan pernyataan Tengku Zulkarnain yang dinilai sangat menghina warga suku Dayak.

Namun Tengku Zulkarnain membantah pernah memberikan pernyataan terkait dengan warga suku. Ia bahkan menantang untuk menunjukkan bukti bahwa ia pernah menghina suku Dayak.

Terlepas dari ada atau tidaknya bukti bahwa Tengku Zulkarnain pernah menghina suku Dayak, harus diakui bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini upaya untuk memecah masyarakat berdasarkan agama dan keyakinan semakin terasa. Terutama sekali hal itu bisa dirasakan dalam percakapan di media sosial.

Tidak cuma terjadi di jejaring sosial di Internet, polarisasi masyarakat juga terasa semakin diasah dalam kehidupan sosial di wilayah kita. Yang masih hangat dalam ingatan kita adalah penolakan dari sebagian masyarakat terhadap Camat Pajangan Bantul dengan alasan agama. Polarisasi yang makin dipertajam itu pada gilirannya akan menumbuhkan suasana saling curiga di antara warga masyarakat.

Konstitusi negara kita menjamin kebebasan warga negaranya untuk beragama dan berkeyakinan. Itu artinya, warga negara bebas mengimani agama dan keyakinannya masing-masing; dan pada saat yang sama warga negara dilarang untuk menyerang keimanan pemeluk agama atau keyakinan lain.

Harus ada upaya yang jelas untuk menghentikan kecenderungan mempertajam polarisasi sosial. Upaya-upaya itu tentulah harus melibatkan pemerintah dan segenap warga negara yang masih setia kepada konstitusi. Sekecil apa pun, kecenderungan untuk memperuncing perbedaan yang akan berujung kepada gesekan sosial, harus diantisipasi.

Kita tidak ingin pelarangan untuk memasuki wilayah tertentu terulang kembali. Itu berarti kita juga tidak ingin ada penyerangan -bahkan hanya secara verbal sekalipun- terhadap keimanan pemeluk agama dan keyakinan lain. Dan kitalah yang harus mewujudkannya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...cing-perbedaan

---

Baca juga dari kategori EDITORIAL :

- Tinggalkan kekerasan dalam pendidikan

- Quo vadis narasi tunggal pemerintah

- Alih kelolaSMA/SMK jangan korbankan siswa

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan