- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ini Alasan Wasekjen MUI Akan Datangi Sintang Lagi


TS
kuping.najwa
Ini Alasan Wasekjen MUI Akan Datangi Sintang Lagi
Quote:
Ini Alasan Wasekjen MUI Akan Datangi Sintang Lagi
JUM'AT, 13 JANUARI 2017 | 03:51 WIB

Ki-Ka: Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI, Maruf Amin, Wakil Sekjen MUI, KH Tengku Zulkarnain, saat konfrensi press mengenai pernyataan sikap MUI terhadap masalah penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51. di kantor MUI Pusat, Jakarta, 13 Oktober 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Tengku Zulkarain mengatakan dirinya masih akan kembali ke Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, meski dihadang oleh masyarakat adat Dayak setempat. Insiden itu terjadi di landasan pacu Bandara Susilo Sintang, saat Tengku baru akan turun dari pesawat yang tiba dari Pontianak.
“Saya besok kembali lagi. Tadi saya dihubungi Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Polres Kalimantan Barat, mereka menjamin tak ada apa-apa,” ujar Tengku saat ditelepon Tempo, Kamis, 12 Januari 2017.
Menurut Tengku, Bupati Sintang yang mengundangnya sudah berdiskusi dengan kepolisian, terkait situasi keamanan. “Belum tahu kapan berangkat, mereka yang beli tiket. Kalau pun tak ada (pengamanan) ya, itu resiko pendakwah, saya biasa dakwah ke mana-mana sendiri.”
Dia mengaku dihadang oleh sedikitnya 30 orang berpakaian adat Dayak. Kelompok penghadang yang adalah anggota Dewan Adat Dayak itu, ujar Tengku, sempat menghunuskan senjata tajam. “Mereka bawa Mandau. Saya bingung kenapa senjata begitu bisa masuk ke runaway (landasan pacu pesawat).”
Kata dia, masyakarat adat Dayak tersebut membawa spanduk yang berisi penolak terhadap Front Pembela Islam (FPI). “Spanduknya dicetak rapi, tak mungkin spontan. Isinya menolak FPI, saya kan bukan FPI, saya (dari) MUI.”
Tengku menyayangkan sikap kelompok yang menolaknya, terutama karena tak memberi kesempatan berdialog. “Kalau mau saya kan bisa jelaskan, saya MUI bukan FPI, kan saya datang mau ceramah. Ini belum diberi kesempatan, saya diserbu,” tuturnya.
Dia menampik tudingan bahwa dirinya sempat melecehkan suku Dayak. Tudingan itu disebut-sebut menjadi alasan penolakan terhadap Tengku dari Dewan Adat Dayak. Pihak MUI pun, ujar Tengku, belum mendapat konfirmasi mengenai alasan penolakan tersebut.
“Kalau ada buktinya tangkap saja saya, lapor polisi. Buktinya mana, tolong jangan katanya, katanya, kan tak elegan,” ucap Tengku.
Tengku belum berencana melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.Meskipun begitu, dia belum memastikan ada tidaknya upaya hukum yang akan dilakukan kemudian. “Saya pribadi tak lapor, tapi belum tahu kalau institusi (MUI), karena saya datang bawa nama MUI juga. Kan saya wasekjen.”
Ustad yang mengaku sudah berdakwah selama lebih dari 15 tahun ini berujar akan menunggu keputusan rapat MUI, mengenai tindak lanjut aksi penolakan itu.
YOHANES PASKALIS
JUM'AT, 13 JANUARI 2017 | 03:51 WIB

Ki-Ka: Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Abbas, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI, Maruf Amin, Wakil Sekjen MUI, KH Tengku Zulkarnain, saat konfrensi press mengenai pernyataan sikap MUI terhadap masalah penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51. di kantor MUI Pusat, Jakarta, 13 Oktober 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Tengku Zulkarain mengatakan dirinya masih akan kembali ke Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, meski dihadang oleh masyarakat adat Dayak setempat. Insiden itu terjadi di landasan pacu Bandara Susilo Sintang, saat Tengku baru akan turun dari pesawat yang tiba dari Pontianak.
“Saya besok kembali lagi. Tadi saya dihubungi Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Polres Kalimantan Barat, mereka menjamin tak ada apa-apa,” ujar Tengku saat ditelepon Tempo, Kamis, 12 Januari 2017.
Menurut Tengku, Bupati Sintang yang mengundangnya sudah berdiskusi dengan kepolisian, terkait situasi keamanan. “Belum tahu kapan berangkat, mereka yang beli tiket. Kalau pun tak ada (pengamanan) ya, itu resiko pendakwah, saya biasa dakwah ke mana-mana sendiri.”
Dia mengaku dihadang oleh sedikitnya 30 orang berpakaian adat Dayak. Kelompok penghadang yang adalah anggota Dewan Adat Dayak itu, ujar Tengku, sempat menghunuskan senjata tajam. “Mereka bawa Mandau. Saya bingung kenapa senjata begitu bisa masuk ke runaway (landasan pacu pesawat).”
Kata dia, masyakarat adat Dayak tersebut membawa spanduk yang berisi penolak terhadap Front Pembela Islam (FPI). “Spanduknya dicetak rapi, tak mungkin spontan. Isinya menolak FPI, saya kan bukan FPI, saya (dari) MUI.”
Tengku menyayangkan sikap kelompok yang menolaknya, terutama karena tak memberi kesempatan berdialog. “Kalau mau saya kan bisa jelaskan, saya MUI bukan FPI, kan saya datang mau ceramah. Ini belum diberi kesempatan, saya diserbu,” tuturnya.
Dia menampik tudingan bahwa dirinya sempat melecehkan suku Dayak. Tudingan itu disebut-sebut menjadi alasan penolakan terhadap Tengku dari Dewan Adat Dayak. Pihak MUI pun, ujar Tengku, belum mendapat konfirmasi mengenai alasan penolakan tersebut.
“Kalau ada buktinya tangkap saja saya, lapor polisi. Buktinya mana, tolong jangan katanya, katanya, kan tak elegan,” ucap Tengku.
Tengku belum berencana melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.Meskipun begitu, dia belum memastikan ada tidaknya upaya hukum yang akan dilakukan kemudian. “Saya pribadi tak lapor, tapi belum tahu kalau institusi (MUI), karena saya datang bawa nama MUI juga. Kan saya wasekjen.”
Ustad yang mengaku sudah berdakwah selama lebih dari 15 tahun ini berujar akan menunggu keputusan rapat MUI, mengenai tindak lanjut aksi penolakan itu.
YOHANES PASKALIS
https://metro.tempo.co/read/news/201...i-sintang-lagi
BDitunggu Fatwa Penistaan Ulama oleh dayak



0
2.8K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan