- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Agan 'Parto', guru gamelan asal Inggris yang selalu rindu Solo


TS
jacknicholso
Mengenal Agan 'Parto', guru gamelan asal Inggris yang selalu rindu Solo
Quote:
Selamat datang di trit ane gan

Quote:
Kalau orang Indonesia belajar bahasa Inggris sudah biasa ya gan.
Kalau orang bule ngomong bahasa Indonesia, apalagi bahasa Jawa kelihatan keren.
Nah Agan 'Parto' ini nggak sekedar bisa ngomong bahasa Jawa, tapi juga jadi guru gamelan
Kalau orang bule ngomong bahasa Indonesia, apalagi bahasa Jawa kelihatan keren.
Nah Agan 'Parto' ini nggak sekedar bisa ngomong bahasa Jawa, tapi juga jadi guru gamelan
Quote:
Guru gamelan di Inggris Peter Smith, yang mengklaim memiliki nama Jawa 'Parto', mengatakan ia selalu rindu dengan Solo, tempat dia belajar gamelan.
Setiap kali mengingat Solo, Parto mengatakan yang terbayang adalah suasana kekeluargaan yang sangat menyenangkan dan selalu dirindukannya.
Guru gamelan yang tinggal di Oxford ini mulai belajar gamelan lebih dari 30 tahun lalu, dan mengatakan selalu menyempatkan diri kembali ke Solo.
"Rencananya satu tahun (tinggal di Solo untuk belajar gamelan), tapi saya tinggal di Solo sampai tiga tahun. Sampai sekarang kangen banget...saya bolak balik (ke Solo) setahun bisa sampai dua kali," kata Peter kepada wartawan BBC, Endang Nurdin, setelah mengajar di Southbank Centre, London, satu malam Desember lalu.
"Tinggal di Solo seperti suasana di desa saat saya kecil. Di jalan, ketemu teman dan ngobrol. Saat saya kecil, ke toko dengan ibu tak bisa sebentar. Perjalanan lima menit, bisa setengah jam. Ketemu pak itu, bu itu, ngobrol-ngobrol. Solo ya seperti itu," tambah Peter dalam bahasa Jawa.
Setiap pekan pada hari Kamis sore Peter mengajar gamelan, mulai kelas pemula sampai yang sudah lanjut, di Southbank Centre, pusat kebudayaan terbesar di Inggris.

Sekitar 30 murid - sebagian besar orang Inggris- ikut kelas gamelan ini.
Sebagian membawa biskuit dan ada juga yang membawa kudapan Indonesia seperti tempe goreng dan dadar gulung untuk dinikmati saat istirahat.
"Dengan makanan seperti ini, suasana Indonesia terasa," kata salah seorang murid Peter.
Gamelan di Southbank Centre telah ada sejak awal tahun 1980-an dengan satu ruangan khusus untuk latihan gamelan. Di seluruh Inggris sendiri saat ini terdapat lebih dari 150 kelompok gamelan.
"Sampai di rumah (Oxford) jam satu pagi," kata Peter setelah selesai mengajar, satu jam menjelang tengah malam saat berjalan pulang menuju stasiun kereta di London.
Mengapa suka dengan gamelan?
Peter pertama kali belajar gamelan di Unversitas York, tempatnya kuliah sekitar 30 tahun lalu.

"Saya dulu main piano. Saat di Universitas York, ada profesor... yang membeli gamelan dan membawanya ke universitas. Ada ukiran naga, kembang, daun. Seninya indah sekali. Saya langsung senang."

"Kalau piano main sendiri, tapi gamelan ada suasana bersama, ada rasa berkumpul. Kalau piano harus baca not balok, sementara dalam gamelan penting untuk menghafal," cerita Peter.
"Gamelan memabukkan, seolah mengisi ruangan, dengan suasana indah," tambahnya.
Setelah belajar gamelan beberapa tahun, Peter memperdalam instrumen musik Jawa ini di Solo pada 1993 melalui beasiswa Darmasiswa yang disediakan pemerintah Indonesia.
Rumah dengan suasana kampung

Setiap kali mengingat Solo, Parto mengatakan yang terbayang adalah suasana kekeluargaan yang sangat menyenangkan dan selalu dirindukannya.
Guru gamelan yang tinggal di Oxford ini mulai belajar gamelan lebih dari 30 tahun lalu, dan mengatakan selalu menyempatkan diri kembali ke Solo.
"Rencananya satu tahun (tinggal di Solo untuk belajar gamelan), tapi saya tinggal di Solo sampai tiga tahun. Sampai sekarang kangen banget...saya bolak balik (ke Solo) setahun bisa sampai dua kali," kata Peter kepada wartawan BBC, Endang Nurdin, setelah mengajar di Southbank Centre, London, satu malam Desember lalu.
"Tinggal di Solo seperti suasana di desa saat saya kecil. Di jalan, ketemu teman dan ngobrol. Saat saya kecil, ke toko dengan ibu tak bisa sebentar. Perjalanan lima menit, bisa setengah jam. Ketemu pak itu, bu itu, ngobrol-ngobrol. Solo ya seperti itu," tambah Peter dalam bahasa Jawa.
Setiap pekan pada hari Kamis sore Peter mengajar gamelan, mulai kelas pemula sampai yang sudah lanjut, di Southbank Centre, pusat kebudayaan terbesar di Inggris.

Sekitar 30 murid - sebagian besar orang Inggris- ikut kelas gamelan ini.
Sebagian membawa biskuit dan ada juga yang membawa kudapan Indonesia seperti tempe goreng dan dadar gulung untuk dinikmati saat istirahat.
"Dengan makanan seperti ini, suasana Indonesia terasa," kata salah seorang murid Peter.
Gamelan di Southbank Centre telah ada sejak awal tahun 1980-an dengan satu ruangan khusus untuk latihan gamelan. Di seluruh Inggris sendiri saat ini terdapat lebih dari 150 kelompok gamelan.
"Sampai di rumah (Oxford) jam satu pagi," kata Peter setelah selesai mengajar, satu jam menjelang tengah malam saat berjalan pulang menuju stasiun kereta di London.
Mengapa suka dengan gamelan?
Peter pertama kali belajar gamelan di Unversitas York, tempatnya kuliah sekitar 30 tahun lalu.

"Saya dulu main piano. Saat di Universitas York, ada profesor... yang membeli gamelan dan membawanya ke universitas. Ada ukiran naga, kembang, daun. Seninya indah sekali. Saya langsung senang."

"Kalau piano main sendiri, tapi gamelan ada suasana bersama, ada rasa berkumpul. Kalau piano harus baca not balok, sementara dalam gamelan penting untuk menghafal," cerita Peter.
"Gamelan memabukkan, seolah mengisi ruangan, dengan suasana indah," tambahnya.
Setelah belajar gamelan beberapa tahun, Peter memperdalam instrumen musik Jawa ini di Solo pada 1993 melalui beasiswa Darmasiswa yang disediakan pemerintah Indonesia.
Rumah dengan suasana kampung

Melalui segmen #KabarDariInggris di Facebook BBC Indonesia, Peter menjawab sejumlah pertanyaan Anda.
Inilah di antaranya, dan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa.
Devadatta Sarasvatti: Panjenengan dalemipun tng Enggris sisih pundi nggih pak? (Di mana rumahnya di Inggris pak?)
Peter Smith: Di Jericho, Oxford. Daerah ini suasananya seperti kampung, seperti layaknya Kauman di Solo. Kalau di Solo, saya tinggal di Ngasinan, Jebres.
Sunu Priyongko: Sampun ngunjuk kopi mas? (Sudah minum kopi mas?)
Peter Smith: Teh pak. Kulinane nggen kula yen nembe bangun ana wedang teh. (Kalau bangun minum teh) Ngopi yen ndalu (Kopi kalau malam).
Ku Ling Ling: Hehe, kang Parto, silahkan datang lagi ke solo
Peter Smith: Lha pingin - nyelengi arto riyen nggih (Ingin - nabung dulu ya)
Setya Wardani Eko: Kulo remen tembang megatruh mas (saya senang megatruh mas)
Peter Smith: Kula nggih remen Megatruh, sami Pangkur. (Saya suka Megatruh dan Pangkur)
Aspin Mamora: Titip doa saja biar Indonesia tetap damai sejahtera
Peter Smith: Amin
Inilah di antaranya, dan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa.
Devadatta Sarasvatti: Panjenengan dalemipun tng Enggris sisih pundi nggih pak? (Di mana rumahnya di Inggris pak?)
Peter Smith: Di Jericho, Oxford. Daerah ini suasananya seperti kampung, seperti layaknya Kauman di Solo. Kalau di Solo, saya tinggal di Ngasinan, Jebres.
Sunu Priyongko: Sampun ngunjuk kopi mas? (Sudah minum kopi mas?)
Peter Smith: Teh pak. Kulinane nggen kula yen nembe bangun ana wedang teh. (Kalau bangun minum teh) Ngopi yen ndalu (Kopi kalau malam).
Ku Ling Ling: Hehe, kang Parto, silahkan datang lagi ke solo
Peter Smith: Lha pingin - nyelengi arto riyen nggih (Ingin - nabung dulu ya)
Setya Wardani Eko: Kulo remen tembang megatruh mas (saya senang megatruh mas)
Peter Smith: Kula nggih remen Megatruh, sami Pangkur. (Saya suka Megatruh dan Pangkur)
Aspin Mamora: Titip doa saja biar Indonesia tetap damai sejahtera
Peter Smith: Amin

Quote:
Sumur
Diubah oleh jacknicholso 06-01-2017 14:43
0
22K
Kutip
194
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan