Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

revelineAvatar border
TS
reveline
Berbagi Insight Kisah Pengalaman di Bisnis Properti


Saya ingin sharing sedikit pengalaman Saya selama berbisnis atau berjualan properti.

Saya akan lebih bercerita ke pengalaman, dibandingkan dengan proses- proses teknis.

Saat itu 2013. Ketika saya belajar dan terjun ke Bisnis properti sebenarnya adalah suatu kebetulan.


“Permulaan”


Karena sebelumnya Saya menjalankan bisnis aksesoris handphone sambil kuliah saat itu. Dan suatu ketika di sebuah pertemuan dengan teman yang memulai bisnis agency di properti. Dan Saya cukup tergiur dengan keuntungan besar dengan menjual 1 obyek rumah harga ratusan juta

Ketika bergabung, saya sudah punya sedikit pengalaman berjualan aksesoris hape dan M.L.M sebelumnya, maka Saya pun cukup memiliki percaya diri untuk terjun di Bisnis Properti, walaupun untuk pengetahuan dari Bisnis properti terbilang tidak punya sama sekali.
Dan Saya berhasil menjual rumah pertama kurang dari sebulan ketika memulai.


Namun itu adalah awal dari sebuah cerita.

Saat itu Saya menjual sebuah rumah proyek perumahan yang cukup baru dikembangkan oleh developer dengan ukuran 36 luas 72.. Saat itu Saya cukup bingung dan gagap juga terutama disebabkan minimnya penguasaan product knowledge dan kurang pahamnya step – step atau langkah dalam menuntun pembeli kearah transaksi.

Karena saat itu saya kurang menguasai apalagi metode pembayaran KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Saya masih belum paham sama sekali, apa itu KPR dan bagaimana prosesnya.

Jadi sebenernya termasuk keberuntungan pemula juga, Karena memang dibantu project manajer saat itu menjelaskan kepada klien pertama Saya mengenai spesifikasi produk rumah.

Namun ternyata setelah beberapa lama, ketika proses berlanjut dan waku kesepakatan. Komisi atau Fee yang seharusnya menjadi bagian Saya, tidak keluar.

Dan setelah itu

Selama beberapa bulan setelahnya, Saya tidak mendapatkan penjualan sama sekali.
Hanya rasa lelah yang Saya dapat.

Dan kesibukan Saya di properti tidak seperti sebelumnya, Mungkin Karena tersibukkan oleh kegiatan kuliah juga yang cukup menyita waktu.


Spoiler for Foto Ketika Kuliah dan Belajar Bisnis Properti:





Namun Saya tetap berusaha sebaik mungkin, saat ada waktu luang. Saya sempatkan untuk belajar dan memasarkan properti ,

Saat itu, Terkadang waktu mengantar calon pembeli ke lokasi, mereka sering kaget.
“Loh ternyata masih muda ya? Masih kuliah”

Dikira sudah memang bekerja atau malah dianggap berkeluarga.

Saya jelaskan bahwa Saya sedang kuliah saat itu dan sekaligus menjalankan bisnis properti untuk menambah penghasilan sekaligus mempraktekkan ilmu properti secara langsung.

Dan juga saat ketemu pihak perbankan untuk mengurus KPR dan ketemu notaris ketika mengawal transaksi, awalnya terkejut kalau ternyata Saya masih cukup muda apalagi untuk kategori Bisnis Properti.

Disitulah skill komunikasi dan negosiasi Saya diuji secara praktek. Bagaimana menghadapi orang lain, menyikapi orang lain dengan baik dan benar. menangani keberatan. dan sebagainya.

Terkadang memang tidak mudah untuk menjual properti Karena memang alur-nya yang cukup runtut dimana tidak seperti berjualan barang baju atau makanan.

Dimana bisa pesan antar. kalau oke, ya tinggal angkut.

Tidak seperti itu...

Sedangkan rumah atau properti adalah obyek tetap. Serta memerlukan proses yang bertahap. Apalagi dengan harga yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan obyek kebutuhan manusia yang lain.

Dan rumah adalah salah satu obyek yang menurut Saya cukup emosional bagi manusia.

kenapa?

Karena mereka menempati sebuah rumah dalam jangka waktu yang tidak sedikit.
Sehingga pelayanan (service) dan kepercayaan (trust ) adalah sebuah sumber yang utama dalam menjalankan bisnis properti.

Sedangkan sering Kita mendengar pada saat itu bahwa yang muda itu tidak dipercaya. Namun Saya berusaha untuk mematahkan jargon itu dan selalu berusaha melakukan yang terbaik.

Terutama disaat sekarang, ketika pemikiran anak muda sudah jauh lebih terbuka, terutama mengenai bisnis.
Oia, Saya juga punya pengalaman buruk dengan kontraktor, dimana Saya mengalami kerugian puluhan juta dan hampir membuat image Saya tercoreng.

Namun Saya tetap bersyukur bisa mengambil pelajaran dan bersyukur cuma puluhan juta.
Bukan sampai ratusan juta bahkan milyaran yang terkadang di alami oleh teman-teman pebisnis properti dan developer lainnya.
Dimana pelajaran yang bisa diambil adalah tidak lupa untuk selalu memeriksa latar belakang dan karakter seseorang ketika kita bekerja sama atau ber-partner.

Karena karakter itu timbul Karena kebiasaan dan kebiasaan di sebabkan oleh tindakan yang dilakukan terus- menerus. Karakter akan menciptakan sebuah brand atau image, Persepsi orang.

Kita bisa melihat karakter seseorang dari tindakan keseharian dan perkataannya, dalam menepati janji dan komitmen. Karakter akan menentukan integritas seseorang.

Di bisnis properti, tentu ada berbagai macam event seperti pertemuan dan seminar. Saya juga datang ke beberapa seminar atau gathering pengusaha properti dan developer.

Hampir sebagian besar tujuan Saya untuk memperluas koneksi, memperoleh wawasan baru, dan Belajar dari yang lebih berpengalaman.
Kebanyakan yang datang di event sudah berumur. Dan Saya termasuk yang cukup terbilang muda saat itu.
(Banyak sekali yang bilang Saya muda... Syukurlah punya resep awet muda... emoticon-Big Grin)

Disinilah skill networking Saya juga diasah, tidak hanya ketika berbicara dengan calon pembeli, namun dengan para senior di bidang properti.
Ilmu yang tidak dipelajari di kuliah.

Namun yang tidak Saya sangka, ternyata banyak yang memberi apresiasi positif walaupun Saya termasuk cukup muda dalam memulai bisnis properti.

Banyak developer dan pengusaha yg rata-rata sudah berumur dan berpengalaman ternyata sangat ramah dan tidak segan berbagi ilmu di dalam gathering tersebut.

Saya cukup senang hehehe.

Banyak senior yang cukup antusias membantu orang lain. Termasuk anak muda yang awam seperti Saya dalam bidang properti.
Seiring berjalan waktu, semakin sering juga yang menghubungi.

Mungkin disebabkan personal brand yang cukup diiringi perkembangan waktu dan semakin lama, Saya bisa menjual beberapa obyek properti dengan lebih mudah.

Saya juga setelah bertemu dengan banyak orang, skill komunikasi dan negosiasi terasah.

Pelajaran yang bisa diambil?

“You don’t need to have great network to start a businesst, but rather to start your business and build a great network.”

Memulai bisnis tidak perlu menunggu networking yang tepat, namun Mulailah membangun bisnis dan buatlah networking-mu sendiri.

Ketika pertemuan/event, Beberapa pengusaha properti dan developer senior mengira saya berbisnis properti sebab melanjutkan bisnis orang tua dan mendapatkan desakan untuk belajar dan meneruskan.

karena saat itu, memang jarang sekali anak muda yang mau belajar serius bisnis properti.
Namun saya jelaskan bahwa hal itu memang atas kemauan Saya sendiri.

“Do what others won't today, so you can do what others can't tomorrow”


Jika Agan ingin mendapatkan sesuatu yang tidak pernah Agan punyai, lakukanlah sesuatu yang berbeda dari yang pernah Agan lakukan biasanya

Hindari meremehkan orang lain. Karena jika Kita meremehkan orang lain, siapa pun itu. Suatu saat, kejadian itu akan berbalik kepada Kita.

Saya selalu berusaha memberi perlakukan yang terbaik. kepada siapapun, entah orang tersebut jadi membeli sebuah obyek atau tidak. Karena tugas Saya bukanlah menjual obyek properti namun lebih menuju dan selalu menekankan bahwa Saya berusaha untuk memecahkan permasalahan orang lain yang dalam hal ini, mereka butuh rumah yang terbaik sesuai kemampuan dan kebutuhan untuk tempat tinggal, maka saya berikan pilihan yang terbaik

Atau jika seseorang ingin berinvestasi pada obyek yang memang sesuai. Saya sarankan obyek apa yang cocok. Itu juga yang sebaiknya Kita lakukan dalam bisnis apapun.

Sebagai problem solver

Dan orang lain terutama para senior, calon pembeli lebih menghargai niat dan kesungguhan Kita dalam membantu mereka. Tidak memAganng Kita sebagai siapa,

asalkan Kita bisa memberi manfaat dan menolong memecahkan permasalahan mereka,
Itu adalah modal yang utama. Karena skill dan hal- hal teknis bisa dipelajari seiring dengan berjalannya waktu .

Konsistensi

Selanjutnya, konsistensi adalah hal yang sangat penting.

Karena ada begitu banyak orang yang memulai bisnis, apapun itu, termasuk bisnis properti atau bisnis online sekalipun dan ketika ada kendala, mereka berhenti.

Saya juga sering membaca kisah inspiratif dari orang- orang yang sudah sukses, mereka juga mengalami begitu banyak kendala dalam mengejar cita-cita, namun mereka yakin bahwa kegagalan adalah sesuatu yang tidak bertahan dalam jangka waktu lama.

“Failure is not durable”

Perlu di tekankan, Saya juga tidak menyarankan orang untuk langsung meninggalkan pekerjaan utama atau kegiatan utama dan langsung banting setir secara penuh ke bisnis,

jika memang masih menyukai pekerjaan utama dan masih banyak bergantung pada kegiatan utama terutama dalam mendapatkan penghasilan.

Tentu saja. semakin fokus, semakin bagus dan semakin cepat berhasil.
Yang penting adalah bagaimana untuk tetap konsisten dan terus menerus.

Lebih baik dimulai sedikit demi sedikit namun rutin daripada langsung banyak – banyak tapi hanya sebentar kemudian berhenti.

Tips tambahan?

Bekerja lah lebih rajin untuk mendapatkan pemasukan yang lebih besar lagi sehingga terdapat pendapatan lebih atau dana tambahan yang nantinya bisa digunakan untuk investasi.

Syukur-syukur bisa beli rumah atau tanah pakai uang cash

Cara lain?

Tundalah kesenangan dulu. Usahakan tidak membeli barang yang belum pasti kegunaannya. Dan meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak lagi mengenai pengetahuan bisnis. Terkadang Saya juga menyisihkan uang untuk menggunakan Paid-ads atau iklan berbayar.
Teringat Dulu, Saya Sempat mau menyerah juga.

Cuman saya berpikir kembali, kalau Saya saja sudah pernah menjual rumah satu kali dalam keadaan antara paham dan paham caranya,
kalau Saya belajar lebih tekun dan berusaha lebih serius apalagi dengan memahami produk atau obyek serta proses dan teknis dari bisnis properti,

Maka Saya hadapi rintangan itu.
Saya kerahkan segala daya upaya.

Saya yakin bisa menjual juga bahkan mungkin tidak hanya 1 buah, namun lebih dari itu.

Jika Saya bisa menjual 1 buah obyek, maka Saya bisa menjual 10.

Jika Saya menjual 10 , maka Saya juga bisa menjual 100 buah.

Dan Agan pun juga sama.

Terimakasih Sudah mengunjungi thread ini dan membaca sampe habis

Semoga bermanfaat buat agan- agan emoticon-Salam Kenal

Sampai jumpa di thread berikutnya



Sumber: My true experience story




Jangan lupa tinggalin comment dan rate ya gan.

emoticon-Rate 5 Star emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Rate 5 Star




Bantuin jadi thread ini jadi HT gan, supaya kita bisa membuktikan bahwa gak harus tua buat sukses

anak muda juga bisa terutama dengan bisnis properti yang sarat dengan modal gede

Pilih disini ==>> https://docs.google.com/forms/d/e/1F...48856046092704
Diubah oleh reveline 05-01-2017 13:42
0
16.1K
78
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan