- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kalau di Arab, Ormas Tengil Macam FPI pasti Dihabisi


TS
metz..
Kalau di Arab, Ormas Tengil Macam FPI pasti Dihabisi
Quote:
TERASBINTANG.com – Dosen Antropologi Budaya pada di King Fahd University of Petroleum & Minerals Sumanto Al Qurtubi memastikan bahwa ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI), HTI, Forum Umat Islam (FUI), serta ormas lainnya yang sering melakukan kekerasan komunal dan tindakan intoleransi di masyarakat, tidak akan berumur panjang bila muncul di negara-negara Arab Timur Tengah.
“Justru sebaliknya, jika di Arab Teluk khususnya, ormas-ormas semacam ini sudah dibubarkan, dibekukan. Sementara para pelaku dan“cheerleader”-nya “direhabilitasi”,” kata Sumanto.
Dari aspek sistem politik-pemerintahan, kata Sumanto, negara-negara di Arab Teluk mengikuti berbagai macam model. Ada yang monarkhi konstitusional seperti Kuwait (resminya “Negara Kuwait”, ada yang monarkhi absolut berbentuk kerajaan seperti Saudi dan Bahrain, monarkhi absolut berbentuk kesultanan seperti Oman, ada yang “abu-abu”, antara monarkhi absolut dan monarkhi konstitusional seperti Qatar, ada pula yang berbentuk “monarkhi federal” seperti Uni Emirat Arab.
“Meskipun menganut sistem politik-pemerintahan yang agak berlainan, tetapi mereka memiliki kesamaan, yakni mengutamakan pembangunan ekonomi, kemajuan negara, supremasi teknologi, keamanan nasional, dan ketertiban rakyat. Keamanan nasional (national security) dan ketertiban rakyat dipandang sebagai kunci dan jalan utama menuju pembangunan ekonomi dan kemajuan bangsa tadi.”
Untuk mewujudkan visi-misi dan cita-cita ini, kata Sumanto, maka negara-negara ini tidak mengtolerir sejengkalpun adanya gerakan pembentukan ormas-ormas atau kelompok-kelompok sosial serta aksi-aksi publik-komunal dalam bentuk demonstrasi massa, apalagi aksi-aksi kolektif-kekerasan seperti umumnya di Indonesia.
“Karena semua itu dipandang dapat mengganggu keamanan nasional dan berpotensi mengakibatkan kekacauan sosial yang pada tahap berikutnya dipandang bisa menghambat pembangunan ekonomi dan kemajuan negara,” katanya.
Intinya: “rakyat tidak boleh berisik.” Kalau “berisik” ya langsung “dievakuasi”. Karena itu di kawasan Arab Teluk tidak ada “ormas-ormas rewel”. Semua baik-baik dan “duduk manis” sejahtera.
Fenomena ini sebetulnya bukan hanya terjadi di Arab Teluk saja, tetapi sudah menjadi praktek umum di negara-negara yang tidak menganut sistem demokrasi liberal, termasuk beberapa negara tetangga Indonesia.
“Jadi, sekali lagi, sungguh aneh bin ajaib, melihat tingkah-polah para ormas genit dan unyu-unyu di Indonesia yang tidak mengsyukuri nikmat berbangsa dan bernegara di dalam wadah NKRI dan Pancasila yang aduhai nikmatnya. Allahu Akbar,” pungkasnya.
SUMBER
“Justru sebaliknya, jika di Arab Teluk khususnya, ormas-ormas semacam ini sudah dibubarkan, dibekukan. Sementara para pelaku dan“cheerleader”-nya “direhabilitasi”,” kata Sumanto.
Dari aspek sistem politik-pemerintahan, kata Sumanto, negara-negara di Arab Teluk mengikuti berbagai macam model. Ada yang monarkhi konstitusional seperti Kuwait (resminya “Negara Kuwait”, ada yang monarkhi absolut berbentuk kerajaan seperti Saudi dan Bahrain, monarkhi absolut berbentuk kesultanan seperti Oman, ada yang “abu-abu”, antara monarkhi absolut dan monarkhi konstitusional seperti Qatar, ada pula yang berbentuk “monarkhi federal” seperti Uni Emirat Arab.
“Meskipun menganut sistem politik-pemerintahan yang agak berlainan, tetapi mereka memiliki kesamaan, yakni mengutamakan pembangunan ekonomi, kemajuan negara, supremasi teknologi, keamanan nasional, dan ketertiban rakyat. Keamanan nasional (national security) dan ketertiban rakyat dipandang sebagai kunci dan jalan utama menuju pembangunan ekonomi dan kemajuan bangsa tadi.”
Untuk mewujudkan visi-misi dan cita-cita ini, kata Sumanto, maka negara-negara ini tidak mengtolerir sejengkalpun adanya gerakan pembentukan ormas-ormas atau kelompok-kelompok sosial serta aksi-aksi publik-komunal dalam bentuk demonstrasi massa, apalagi aksi-aksi kolektif-kekerasan seperti umumnya di Indonesia.
“Karena semua itu dipandang dapat mengganggu keamanan nasional dan berpotensi mengakibatkan kekacauan sosial yang pada tahap berikutnya dipandang bisa menghambat pembangunan ekonomi dan kemajuan negara,” katanya.
Intinya: “rakyat tidak boleh berisik.” Kalau “berisik” ya langsung “dievakuasi”. Karena itu di kawasan Arab Teluk tidak ada “ormas-ormas rewel”. Semua baik-baik dan “duduk manis” sejahtera.
Fenomena ini sebetulnya bukan hanya terjadi di Arab Teluk saja, tetapi sudah menjadi praktek umum di negara-negara yang tidak menganut sistem demokrasi liberal, termasuk beberapa negara tetangga Indonesia.
“Jadi, sekali lagi, sungguh aneh bin ajaib, melihat tingkah-polah para ormas genit dan unyu-unyu di Indonesia yang tidak mengsyukuri nikmat berbangsa dan bernegara di dalam wadah NKRI dan Pancasila yang aduhai nikmatnya. Allahu Akbar,” pungkasnya.
SUMBER
Bllaa blaa blaa....
yadda yadda yaddaa...

Coba Baca yg gw BOLD


Diubah oleh metz.. 29-12-2016 21:05


tien212700 memberi reputasi
1
13K
Kutip
150
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan