Alkisah pada suatu masa terdpat sebuah kampung antah berantah. Kampung tersebut terletak di pinggir hutan. Selama ini warga kampung hidup dengan damai, tidak ada hewan buas dari hutan yang menganggu kehidupan warga, mereka hidup dengan harmonis. Di kampung trsebut hiduplah seorang anak kecil bernama Pucung, ia bukanlah anak orang berada, ia tak bersekolah seperti anak seumuran dia yang lain, hari-harinya dihabiskan dengan membantu orang tuanya di ladang, rumahnya reot hampir rubuh, saat hujan tiba, air masuk menembus genteng rumahnya yang bocor, hawa dingin masuk melalui celah-celah dinging bambu yang usang.

gambar hanya ilustrasi


Suatu ketika, salah seorang warga mengeluh bahwa telur ayamnya hialang entah diambil siapa. Ia mengira ada orang yang mencurinya, namun lama kelamaan, tidak hanya telur ayam miliknya yang hilang. Warga yang lain pun juga mengeluhkan hal yang sama. Akhirnya merka melaporkan kejadian tersebut kepada ketua kampung. Sang ketua memutuskan untuk melakukan pengintaian, siapa sebenarnya yang mencuri telur-telur warga. Namun tidak membuahkan hasil.
Waktu demi waktu berlalu, kali ini bukan telur yang hilang, anak-anak ayam warga hilang. Mereka lapor lagi ke ketua, pengintaian dilakukan kembali namuan tak membuahkan hasil. Seiring berjalannya waktu, kini ayam warga yang hilang tiada bekas. Pengintaian dilakukan lagi, namun tak membuahkan hasil.

gambar hanya ilustrasi

Warga mulai resah dengan kejadian yang ada, mulai dari telur, kemudian anak ayam, dan ayam mereka hilang tampa bekas. Mereka bertanya-taanya siapa yang mencurinya? Rasa penasaran menghantui warga, namun tak satupun jawaban diperoleh.
Semakin lama-semakin lama kini anak kambing mereka yang hilang, kemudian kambing mereka juga hiang. Disini keresahan warga mencapai puncaknya.

gambar hanya ilustrasi

Ketua kampung mengundang seluruh warga untuk rapat dirumahnya. Mereka bersepakat untuk melakukan patrol setiap malam untuk menjaga ternak mereka agar tidak hilang dan mencari tahu siapa pencurinya.
Pada suatu malam, saat beberapa orang berpatroli ke kandang-kandang ternak, mereka melihat seekor ular sanca sebesar pohon kelapa sedang melahap salah satu kambing warga. Sontak mereka kaget dan ketakutan. Mereka lari sambil berteriak “ada ular raksasa.., ada ular raksasa”. Kentongan dibunyikan untuk membangunkan warga yang lain. Warga berkumpul dan mencoba meengecek kembali apakah benar ada ular raksasa. Dan saat diperikas ternyata memang benar ada seekor ular raksasa yang sedang memakan seekor kambing warga.
Tak satupun warga berani mendekat, mereka ketakutan bukan main. Akirnya mereka memutuskan untuk menungu ular kembali kesarangnya dan mengikutinya untuk mengetahui dimana sarang ular tersebut. Setelah diikuti, ternyata ular tersebut bersarang di sebuah pohon besar nan tinggi di dekat hutan.
Karena tiada satupun warga yang berani menghadapi ular tersebut, maka ketua kampung pergi ke kota untuk meminta bantuan kepada tentara.

gambar hanya ilustrasi

Singkat cerita datanglah tentara dengan membawa senapan. mereka datang ke pohon dimana ular tersebut bersarang, kemudian menembaknya. Dorrr., Dorrr., Dorrr., tembakan bemi tembakan di arahkan dan mengenai badan dari ular tersebut, namuan yang terjadi ulanr tersebut hanya bergerak sedikit., tiada luka yang berarti ditubuhnya.

gambar hanya ilustrasi

Setelah tidak membauhkan hasil, kahirnya para tentara kehabisan akal dan menyerah. Meraka kembali untuk meminta bala bantuan. Saat para tentara kembali tidak ada satupun warga yang berani mendekat ke sarang ular.
Meliht kepanikan warga, si Pucung, mencari ide untuk mengalahkan ular tersebut. Namun idenya ditolak oleh warga maupun orang tuanya. Mereka khawatir akan keselamatan si Pucung.

Akhirnya si Pucung bersama teman-temannya nekat untuk membunuh ular tersebut. Ia hanya bermodalkan kelapa, pisau, dan kentongan. Ia membelah kelapa menjadi dua dan menjadikannya seperti helm, diatasnya dinacapkan pisau-pisau yang tajam. Ia datang kesarang ular tersebut tepat tengah hadi, dimana ia dapat melihat bayangan ular tersebut di dekatnya.


gambar hanya lisutrasi

Pucung berdiri di bawah pohon besar tersebut, sedangkan teman-temannya memukul kentongan sambil berteriak-teriak untuk membangunkan ular raksasa tersebut. Sang ular bangun dan meliahat ada mangsa di bawah pohon yang tidak lain adalah si Pucung. Pucung dapat melihat pergerakan ular yang makin mendekat melalui banyangan di tanah. Badanyya gemetara melihat bayangan ular yang semakin mendekat.
Kini ular tepat berada diatas kepalanya, ia melihat bagaimana ular tersebut membuka rahangnya untuk menelan kepala Pucung. Saat sang ular membuka mulutnya, Pucung siap-siap untuk jongkok. Dan, Haaaapp ular pun memakan kepla pucung, dengan seketika pucung jongkok, sang ular memakan kelapa yang sudah penuh dengan tancapan pisau. Pisau menancap menembus rahang dan kepala ular hingga darah bercucuran membasahi Pucung, badannya roboh ke tanah. Teman-temannya lari sambil berteriak “Pucung dimakan ular.., Pucung dimakan Ular”, mereka mengira pucung sudah mati. Warga pun geger dan dengan segera menuju lokasi. Tak disangka tak diduga, pucung hanya pingsan melihat darah bercucuran membasahi tubuhnya. Sang ular mati memakan pisau.

gambar hanya ilustrasi

Warga kemudian membawa pucung pulang, memandikan dan mengganti pakaiannya. Saat pucung bangun, ia melihat keramaian dirumahnya. Warga mengucapkan selamat dan terimakasih kepada pucung dan teman-teman. Sebagai bentuk ucapan terimakasih, warga memberikan berkarung-karung beras untuk keluarganya, merenovasi rumah pucung, dan ia dapat beasiswa untuk besekolah seperti teman-teman yang lain.

gambar hanya ilustrasi

TAMAT