- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Uniknya Perayaan Natal di Indonesia


TS
User telah dihapus
Uniknya Perayaan Natal di Indonesia

Quote:
Tekan Shift + Xuntuk membuka konten (PC/Laptop only)
Spoiler for opening quotes:
”Sila pertama bukan mewajibkan warga negara beragama, tapi warga menerjemahkan sifat Tuhan YME yang adil, mengasihi, dan damai dalam bernegara.” - @iwanpranoto
Spoiler for info:
Hampir semua isi konten disini adalah hasil pemikiran lazu14. Gambar bersumber dari sini
Selamat pagi, siang, dan malam, para kaskuser
Assalamualaikum Wr.Wb
Assalamualaikum Wr.Wb
Spoiler for opening:
Intermeso

Dikutip dari Wikipedia, natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember, tak terkecuali di Indonesia. Hari Natal pun diakui di Indonesia. Sebagai bukti, pemerintah menetapkan 25 Desember (dan 13 tanggal lainnya) sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1953.. Itu artinya, perayaan natal yang pada dasarnya berada pada lingkup agama diakui oleh negara.
Ada beberapa hal yang sering dikaitkan pada saat natal. Pertama adalah pohon natal, yang menurut sejarah pertama kali berkembang di Jerman pada abad 18. Berikutnya adalah saling mengirim ucapan selamat natal, yang biasa dilakukan via surat maupun aplikasi chatting. Lalu, ada sinterklas, yang selalu ditunggu oleh anak-anak karena sinterklas akan membawakan mereka hadiah. Natal pun dimanfaatkan oleh mayoritas toko belanja untuk meningkatkan animo belanja masyarakat. Diskon spesial Natal dan berbagai barang edisi Natal diperjualkan secara khusus. Beberapa kota juga merayakan Natal secara resmi dan meluas, seperti mengadakan festival natal.
Tak terkecuali di Indonesia, natal pun dirayakan secara terorganisir maupun individu. Di Manado, diadakan Christmas Festival 2016, yang sayangnya tidak bisa dimeriahkan oleh Air Supply. Beberapa hotel mengadakan pesta natal yang dikombinasikan dengan pesta tahun baru. Mall pun sudah disulap sedemikian hingga penuh dengan aksesoris natal. Namun, ada beberapa hal yang membedakan perayaan natal di Indonesia dengan di negara lainnya. Penasaran? Check it out!
Spoiler for 1:
Natal di Indonesia diawali dengan fatwa MUI

Hampir setiap tahun, MUI yang merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia ini selalu mengeluarkan fatwa yang berurusan dengan Natal. Hampir setiap isi dari fatwa yang berurusan dengan natal berbunyi, “dilarang untuk mengucapkan selamat natal”. Untuk tahun ini, dikeluarkan fatwa yang berbunyi, “dilarang menggunakan atribut non muslim”. Alasan klasiknya, “takut merusak akidah”.
Keberadaan fatwa ini secara tidak langsung meragukan “keislaman” dari umat muslim di Indonesia. Apakah iman umat muslim di Indonesia sangat lemah, sampai MUI perlu mengeluarkan fatwa? Ane yakin, iman dari umat muslim di Indonesia ini sangat kuat. Mengucapkan selamat natal ataupun menggunakan atribut natal tidak akan menganggu keyakinan mereka terhadap Islam.
Bahkan, di timur tengah sendiri, toleransi antar umat muslim dan kristiani sangat kental. Mereka tidak peduli dengan perbedaan agamanya. Umat muslim mengucapkan selamat natal, dan dibalas dengan pelukan hangat umat kristiani. Perbedaan agama tidak lantas membuat umat muslim disana merasa khawatir dengan keberadaan natal ataupun perayaan agama lainnya.
Spoiler for 2:
Fatwa MUI diaplikasikan oleh berbagai organisasi masyarakat

Setelah MUI merilis fatwa, hal berikut yang sudah pasti terjadi adalah sweepingyang dilakukan oleh berbagai ormas. Beberapa ormas sudah menunjukkan aksinya, dimana mereka secara sembarangan menghentikan paksa beberapa acara yang berkaitan dengan rangkaian natal. Mereka menggunakan berbagai macam dalil untuk melegalkan aksinya.
Pertanyaannya, apakah ormas mempunyai hak untuk sweeping? Andaipun punya hak, apakah mereka merasa terganggu dengan keberadaan mereka? Jika iya, bayangkan berapa orang yang merasa dampak macet ketika mereka mengadakan “Aksi 411 dan 212”. Yang merasakan macetnya bukan hanya umat non muslim saja.
Sweeping ormas ini menunjukkan betapa takutnya mereka terhadap segala sesuatu yang berada diluar koridor “agama” mereka. Mereka berpikir, karena mereka mayoritas maka mereka bisa berbuat seenaknya, padahal TIDAK!
Spoiler for 3:
Media sosial penuh dengan perdebatan natal

Beranda Twitterdan Facebook mendadak berisi perdebatan tentang natal. Perdebatan tidak penting itu mencangkup haram tidaknya mengucapkan selamat natal, yang kemudian dikaitkan dengan tafsiran versi mereka mengenai ayat suci Al-Qur’an. Beberapa orang “sok pintar” dengan penuh percaya diri mengkafirkan umat muslim yang mengucapkan selamat natal.
Masalahnya, mereka menafsir ayat suci Al-Qur’an hanya dengan satu sudut pandang. Jika ayat suci tersebut dikaitkan dengan jaman sekarang, konteksnya berbeda. Perbedaan konteks ini yang membuat fenomena “auto-murtad” dan “auto-kafir” menjadi viral. Mereka, yang hanya bermodalkan internet, dengan yakin mengkafirkan ulama yang sudah berpuluh tahun mempelajari Al-Qur’an dan isinya.
Kenapa mereka bisa sembarangan mengkafirkan orang, jika perbuatannya saja belum tentu diganjar surga?
Spoiler for Last:
Meningkatnya kewaspadaan terhadap teror

Entah mengapa, keberadaan natal selalu diikuti dengan ancaman teror. Kita tidak bisa melupakan kejadian di tahun 2000 dimana seseorang berhati mulia yang bernama Riyanto mengorbankan nyawanya untuk melindungi umat kristiani dengan cara mendekap bom yang akhirnya meledak. Beberapa teror bom natal juga menghantui setelah itu.
Yang terbaru, beberapa hari yang lalu Densus 88 berhasil membongkar perencaan bom natal di Tanggerang Selatan. Hal ini merupakan sebuah prestasi, mengingar Densus 88 berhasil mencegah aksi teror di tahun ini. Sayangnya, sebagian pihak tidak mentolerir aksi ini dengan sebuah pernyataan “pengalihan isu penista agama”.
Sebenarnya, apakah mereka yang tidak mentolerir aksi Densus 88 ini mengapresiasi aksi teror bom natal?
Spoiler for closing:
Penutup

Indonesia seharusnya menjadi negara yang aman untuk melakukan perayaan agama, agama apapun, karena Indonesia bukan negara Islam. Indonesia negara hukum, dan hukum di Indonesia mengakui keberadaan agama lain diluar Islam.
Bayangkan, bagaimana indahnya jika toleransi ditegakkan dengan maksimal? Tidak ada lagi perdebatan gak jelas, tidak ada aksi sweepingyang meresahkan, munculnya fatwa gak jelas. Yang ada hanya perdamaian yang indah dan menyejukkan hati.
Ane sebagai pemilik tunggal akun lazu14 mengucapkan selamat natal bagi yang merayakan. Semoga damai selalu menyertai, dan ane tidak dianggap auto-kafir.

Akhir kata, terima kasih

Wasalamualaikum Wr. Wb
#Champer4United
#Champer4United
*****
KOMENTAR KASKUSER
Spoiler for komentar:
Diubah oleh User telah dihapus 25-12-2016 18:52
0
1.8K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan