- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
AJI: Fenomena Fake News Makin Memprihatinkan


TS
berita378
AJI: Fenomena Fake News Makin Memprihatinkan
TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surwajono mengatakan fenomena fake news atau berita palsu di Indonesia semakin memprihatinkan. Ia mengatakan sekarang ini masyarakat lebih mempercayai berita-berita yang muncul di media sosial.
”Fenomena fake news luar biasa. Masyarakat lebih percaya berita yang muncul di BBM, WhatsApp, dan sebagainya,” kata Surwajono kepada wartawan di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Desember 2016.
Sekarang ini, kata Surwajono, masyarakat cenderung mencari pembenaran atas apa yang diyakininya benar, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi informasi yang cocok dengan kenginannya meski informasi tersebut menjerumuskan.
”Generasi baru kita, atau disebut digital native, tidak lagi mengkonsumsi berita dari media yang terpercaya atau mainstream ,” kata Surwajono.
“Mereka mengkonsumsi berita dari link yang muncul di handphone-nya, tanpa melihat medianya.”
Surwajono mengatakan fenomena tersebut adalah persoalan serius. “Masyarakat perlu diberikan literasi agar mengerti berita mana yang layak dan yang tidak,” tuturnya.
Surwajono menambahkan, saat ini tengah muncul gerakan anti-berita hoax yang nantinya akan dibuat dalam bentuk aplikasi.
Ia mengatakan fenomena fake news tidak bisa dilawan hanya dengan gerakan literasi, tetapi juga harus dilawan dengan teknologi.
Menurut dia, harus ada alat yang dapat mengecek suatu berita hoax atau tidak.
“Kalau tidak ada alatnya, orang akan menganggap semua informasi di HP mereka adalah berita,” katanya.

SOURCE
”Fenomena fake news luar biasa. Masyarakat lebih percaya berita yang muncul di BBM, WhatsApp, dan sebagainya,” kata Surwajono kepada wartawan di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Desember 2016.
Sekarang ini, kata Surwajono, masyarakat cenderung mencari pembenaran atas apa yang diyakininya benar, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi informasi yang cocok dengan kenginannya meski informasi tersebut menjerumuskan.
”Generasi baru kita, atau disebut digital native, tidak lagi mengkonsumsi berita dari media yang terpercaya atau mainstream ,” kata Surwajono.
“Mereka mengkonsumsi berita dari link yang muncul di handphone-nya, tanpa melihat medianya.”
Surwajono mengatakan fenomena tersebut adalah persoalan serius. “Masyarakat perlu diberikan literasi agar mengerti berita mana yang layak dan yang tidak,” tuturnya.
Surwajono menambahkan, saat ini tengah muncul gerakan anti-berita hoax yang nantinya akan dibuat dalam bentuk aplikasi.
Ia mengatakan fenomena fake news tidak bisa dilawan hanya dengan gerakan literasi, tetapi juga harus dilawan dengan teknologi.
Menurut dia, harus ada alat yang dapat mengecek suatu berita hoax atau tidak.
“Kalau tidak ada alatnya, orang akan menganggap semua informasi di HP mereka adalah berita,” katanya.

SOURCE
Diubah oleh berita378 25-12-2016 03:26
0
2.3K
41


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan