Sampai hari ini, Om Telolet Om masih menghiasi media sosial. Tak hanya di wilayah Indonesia tapi juga sampai tingkat dunia. Beberapa pesohor, klub bola, pemusik hingga orang biasa mengunggah kata yang sama; Om Telolet Om.

Klub bola macam FC Real Madrid, Totenham Hotspur, pebalap Marc Marquez mengunggah soal Om Telolet Om di akun media sosial mereka. Sontak para fans mereka turut mengunggah atau mempertanyakan apa itu 'Om Telolet Om'.

Bagi sebagian orang Indonesia, Om Telolet Om adalah ajang para pemburu suara klakson bus pariwisata atau bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Fenomena Om Telolet Om sudah ada kira-kira enam tahun lalu. Menurut Patra, salah satu sopir bus para pemburu suara klakson itu dimulai di daerah Jawa Timur, seperti dikutip Kompas.com (13/5/2016).

Demam telolet berawal dari anak-anak di pinggir jalan di Indonesia yang haus hiburan. Tapi demam ini juga menjalar pada kalangan dewasa. Bahkan, suara klakson ini dilombakan tahun ini dalam ajang Festival Klakson Telolet di Madiun, Jawa Timur.



Lalu gimana bisa hobi lokal ini bisa mengglobal?

Di ranah maya, unggahan Om Tolelot Om mulai melonjak sejak sekitar pukul 08.00 WIB. Dalam pantauan Trends24.in saat itu Om Tolelot Om sudah masuk dalam 10 besar trending topic global. Sekitar pukul 12.00 Om Tolelot Om memuncaki Twitter dan bertahan hingga enam jam.





Masuknya konten Om Telolet Om dalam trending topic, tak lepas dari pada pemusik Disc Jockey (DJ). Mereka adalah Yellow Claw, Zedd, Snake, Hardwell, Ummet Ozcan, dan Martin Garrix. Dengan pengikut jutaan orang, tak heran apa yang mereka unggah di dalam akunnya menjadi perbincangan netizen.











Karya Ozcan ini diikuti oleh Marshmello, DJ lainnya.

Tapi, dari mana mereka tahu tentang suara klakson ini?


Besar kemungkinan karena mereka pada 9-10 Desember lalu ke Jakarta dalam acara Djakarta Warehouse Project. DJ Yellow Claw, Zedd, Snake, Hardwell, Ummet Ozcan, dan Martin Garrix turut mengisi acara musik itu.

Di tangan mereka, suatu tren bisa mewabah jika didengungkan di media sosial. Ini seturut dengan pemikiran Malcolm Gladwell tentang Tipping Point. Para DJ itu adalah influencer, yang bisa mempengaruhi sebuah tren menyebar dengan cepat seperti penyakit yang mewabah.