- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ketika sebuah Lagu menjadi sebuah Cerita - Catatan Gadis yang selalu sendirian


TS
orehime
Ketika sebuah Lagu menjadi sebuah Cerita - Catatan Gadis yang selalu sendirian
Berawal dari hobi menulis saya yang sering kali buntu ditengah jalan, akhirnya punya keberanian buat post cerita saya disini xixixi
Latar belakang penulis banyak mempengaruhi tulisan Ts *tsaa
dan akan diupdate 2 malam sekali dan tanpa embel embel kentang karena saya sukanya kol bukan kentang
Kalau untuk tulisan pertama, diambil dari lagu One More Time One More Chancenya Masayoshi Yamazaki, enaknya dibaca sambil didengerin lagunya biar feelnya lebih hidup
Latar belakang penulis banyak mempengaruhi tulisan Ts *tsaa


Kalau untuk tulisan pertama, diambil dari lagu One More Time One More Chancenya Masayoshi Yamazaki, enaknya dibaca sambil didengerin lagunya biar feelnya lebih hidup
One More Time One More Chance - A song by Masayoshi Yamazaki
Quote:
“Gabriel, kamu belum pulang?” Tanya Inneke rekan kerja yang satu ruangan denganku
“Sebentar, ada yang mau kukerjakan. Duluanlah hati hatilah dijalan”
“Terima kasih nasihatnya, aku pulang duluan”
“Ya hati hatilah”
***
Jika ingin menghilangkan kesepian, Sembarang orang seharusnya sudah cukup
Aku menarik nafas panjang saat Inneke mulai menghilang dari pandanganku seiring dia menutup pintu, tak ada yang bisa meringankan beban ini selain berusaha menarik nafas panjang. Setiap kali melihat perempuan lain selain Karin istriku, rasanya aku ingin selalu menangis, aku kesepian tanpanya meskipun sudah 2 tahun ia meninggal akibat kecelakaan lalu lintas saat ingin mengantarkan makan siangku yang ketinggalan. Karin yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran seharusnya tak bisa bepergian jauh tanpa ada yang menemaninya, tapi saat itu ia nekat pergi ketempat kerjaku karena takut aku tak makan siang jika tak membawa makanan yang ia buat.
Sejak Karin meninggal, tak terhitung berkali kali aku ditawarkan bahkan didekati perempuan lain dengan maksud menggantikan posisi Karin, tapi aku tidak pernah bisa, sedekat apapun aku dengan lawan jenis aku tak sanggup melepaskan bayangan Karin dalam kehidupanku. Aku mengakui aku kesepian, hanya saja aku selalu merasa, tak ada yang bisa mengisinya selain Karin, Istriku.
Karena pada malam bintang seakan akan jatuh aku tak bisa membohongi diriku
Aku memutuskan untuk pulang setelah mematikan Personal Computer dimejaku. Aku mentap langit malam yang menghitam, aku melihat bintang bertaburan membedaki langit. Langit yang meski gelap pun membutuhkan bintang agar ia terlihat indah saat gelap, beda dengan hatiku yang menghitam dan tampak mati bagi sebagian orang. Aku memutar kenop pintu dan berjalan kearah luar ruanganku. Aku bisa melihat jelas lalu lalang orang orang yang sama sama baru saja selesai mencari rezeki mereka hari ini. Aku kemudian berjalan keluar kearah menuju stasiun yang akan mengantarku pulang kerumahku.Aku memutuskan menikmati saja sedikit ritme keramaian dan tanpa sengaja saat aku berjalan, aku mendadak terpaku pada bintang yang seolah olah akan terjatuh, dan mulutku tanpa sadar mengucapkan keinginanku, Aku ingin Karin kembali ucapku seraya menatap bintang itu, dan sayangnya lagi lagi aku sadar, bintang itu tak akan jatuh, ia hanya mengintimidasiku agar aku tak lagi mampu, membohongi diriku.
One more time, Oh musim jangan memudar
Aku memutuskan mengaibakan jebakan bintang malam itu, fikiranku berganti fokus seiring angin musim hujan yang menusuk kedalam tulangku. Tanpa kusadari saat aku memasukkan lengan jaket menuju tanganku aku tanpa sengaja mengingatmu lagi Karin, saat itu kau memakaikan ku jaket dan berkata “Hari ini ramalan cuaca akan hujan, pakailah biar tidak kedinginan” ucapnya sembari tersenyum. Tanpa sadar, saat itu aku berharap jika musim hujan janganlah pernah berhenti karena aku memiliki Karin sebagai matahariku.
Aku menarik nafas, kenangan itu muncul seiring angin musim hujan ini, aku yang mati matian berjalan berusaha menahan air mata yang akan mengalir akhirnya menyerah. Aku menepi dan menyandarkan kepalaku ke sebuah tembok pertokoan dan membiarkan air mataku mengambil alih hingga membuatku teresedak karena tangisanku. Oh musim hujan, jangan memudar aku memiliki Karin, Hujan, kau tak akan sanggup membuatku kedinginan.
One more chance, ketika kita saling mengacaukan dalam pertengkaran
Setelah membiarkan air mata sedikit mengambil kewarasanku, aku lagi lagi memutuskan berjalan kearah stasiun yang entah kenapa rasanya menjadi berkali kali lipat jauhnya dibanding biasanya. Aku mungkin terlalu banyak terisap dalam kenangan lirihku dalam hati. Aku yang berjalan perlahan menangkap pemandangan yang aneh disudut sebuah pertokoan, aku melihat laki laki dan perempuan sedang adu mulut. Aku berusaha tak peduli dengan berjalan melewati mereka, hanya saja tanpa sengaja aku teringat kembali pertengkaran kami yang pertama.
Saat itu, kami baru saja pindah rumah, ia ingin berjalan jalan sendirian guna mengenali daerah sekitar rumah kami, aku yang takut dia akan tersesat mati matian melarangnya hingga tanpa sengaja aku membentaknya, aku bisa melihat saat itu ia menangis tapi anehnya, dia justru tersenyum dalam tangisannya entah kenapa. Tak terhitung sejak saat itu, aku dan dia sering kali bertengkar hingga kadang aku membentaknya tapi ia selalu saja tersenyum. Dalam hembusan nafasku, aku hanya berucap dengan lirih “Jika saja kamu masih ada, aku ingin sekali kita bertengkar lagi, sekali lagi dan lagi sampai aku mampu melihat senyummu lagi”
Aku akan selalu mencari,dirimu untuk muncul disuatu tempat
Aku berjalan kearah stasiun, aku menoleh kekiri dan kenan sekali kali dalam satu sampai tiga menit. Aku masih ingat saat aku membawanya berjalan jalan, sepanjang perjalanan ia terus saja tersenyum seolah olah menikmati jalanan dan suasananya. Saat itu ia memintaku mengajaknya berjalan- jalan karena ia merasa bosan dirumah. Aku membawanya ke pusat pertokoan dan membelikannya es Krim untuk dimakan disepanjang perjalanan. Ia menggamit lenganku dengan erat, seolah percaya aku akan menuntunnya ketempat yang menyenangkan baginya.
Saat ia meninggal, aku yang selalu melewati pusat petokoan ini sering kali memutuskan berhenti hanya untuk sekedar membiarkan mataku mencari dirimu yang tertinggal disini, Aku akan selalu mencari dirimu untuk mengenapi rinduku yang terlanjur menghitam dan pekat ini.
Di persimpangan jalan atau ditengah mimpi, Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu.
Aku berdiri menunggu aba aba lampu lintas untuk mengizinkan pejalan kaki melintas, Aku memamandang lalu lalang kendaraan dan kerumunan orang disana. Sering kali aku terdiam cukup lama membayangkan keberadaan Karin yang kadang menungguku di perempatan stasiun kereta dekat tempat tinggal kami. Setiap perempatan jalan yang kulalui, aku selalu berharap kau menungguku disana, menungguku dengan payung atau plastik belanja yang berisi bahan makan malam kami walau kutahu sebesar apapun harapanku, aku tak akan menemukanmu lagi disana.
Bahkan dalam tidurku, aku selalu menengok kearah kanan, arah favoritmu saat terlelap. Aku terkadang membayangkan jika aku tidur menghadap kekanan aku akan menemukanmu dalam mimpiku, aku ingin tahu keberadaanmu di Surga, aku ingin tahu apa kau menunggu dan sayangnya, aku tahu aku tak akan pernah menemukanmu lagi dialam mimpi sekalipun
Jika keajaiban terjadi disini, aku akan menunjukkan saat ini juga. Pagi yang baru, dimana aku akan memulai kata kata yang tak pernah terucap "Aku cinta kamu"
Jika saja aku mampu menemukanmu ditempat dimana kita menghabiskan waktu bersama, jujur saja aku ingin sekali memelukmu untuk melampiaskan rindu yang sedemikian lama mengering. Terkadang saat pagi yang memaksaku untuk terbangun aku selalu berdoa bahwa kau telah meninggalkanku itu sebuah kesalahan, kau masih ada menemaniku dan terus menemaniku hingga kita pergi bersama sama.
Terkadang aku berharap setiap pagi adalah keajaiban, dimana aku akan menemukanmu disetiap sudut kehidupanku, memelukmu dan mengatakan bahwa “Aku cinta kamu” hingga kau bosan mendengarnya., aku tak peduli akan hal itu karena aku benar benar mencintaimu.
[I][B]Ingatan musim kemarau yang berputar, Denyutan yang tiba tiba menghilang[I][B]
Aku ingat hari itu matahari bersinar amat terik hingga rasanya kau ingin menggantung air conditioner diatas kepalamu. Saat itu adalah puncak musim kemarau dan siang hari terasa sangat lama hingga terkadang dimalam haripun matahari masih bersedia menemanimu bagaikan pegawai lembur. Aku yang saat itu bangun terlambat dan mengejar kereta yang berangkat paling pagi berlari keluar rumah dengan mulut yang tersumpal roti bakar buatan Karin yang tak sempat lagi kunikmati di meja makan.
Beruntung saat itu aku tak terlambat masuk kerja, hingga saat jam makan siang aku baru menyadari bahwa aku lupa mengambil makan siang yang disiapkan Karin untukku. Baru saja terfikir niatku untuk membeli makan siang dikantin, atasanku memanggilku kearahnya
“Gabriel kemari sebentar”
‘Iya pak”
“Tadi saya ditelpon kantor polisi, istrimu tertabrak motor saat ia akan menyebrang jalan diperempatan stasiun”
“Kenapa tak bilang dari tadi” teriakku
Aku kemudian berlari, tak peduli lagi cuaca panas yang membuat diriku terasa terbakar, yang ada dalam fikiran ku hanya satu yaitu keadaan Karin. Seingatku ia bukan orang ceroboh yang akan pergi sembarangan karena ia tahu penglihatan dan pendengarannya tak terlalu baik. Semakin aku berlari, entah kenapa rasa panas dan ketakutan semakin menghisapku. Aku merasa panas dan ketakutanku akan merenggut semua yang menjadi milikku.
Aku tiba di satu satunya rumah sakit disini, aku berlari bahkan melupakan lagi untuk bertanya pada orang orang disekitarku, aku yang bagai kesurupan menerobos setiap ruangan gawat darurat mencari Karin dan menemukannya dikelilingi dokter dan wajahnya itu di selimuti kain putih
“Dokter saya suaminya” teriakku memecah keheningan “Bagaimana keadaanya” cecarku tanpa peduli lagi pada keadaan sekelilingku. Aku bisa melihat mereka hanya mengeleng gelengkan kepala dan akhirnya aku memaksa menerobos mereka. Aku melihat wajahnya yang pucat, “Tidak” jeritku.Aku kemudian menggengam tangannya, mencari denyutan nadinya sembari berharap bahwa ia akan baik baik saja. Denyutannya menghilang, hilang bersama bergantinya cuaca panas menjadi awan mendung yang kuduga turut menanggung duka ku.
[I][B]Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul disuatu tempat, Di kota saat senja, meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu[I][B]
Pertama kali saat tahu kau tak lagi ada menemaniku didunia ini, aku menghabiskan waktuku dengan duduk ditaman kecil dekat perumahan kita, aku duduk berjam jam hingga matahari terbenam berganti malam yang pekat. Aku masih ingat saat pertama kali kami membeli rumah disekitar sini, Karin yang mahir membuat kue sering kali setiap sore membawa kue dan membagi bagikannya pada anak anak disini.
Pernah sekali aku memergokinya membagikan biskuit yang ia buat, Aku yang pulang kerja lebih cepat dari biasanya ingin memberikan kejutan padanya. Saat melewati taman, aku mendengar suarah riuh anak anak yang tertawa bahagia, aku berjalan mendekat dan menemukan sumber tawa riuh anak anak itu karena Karin membagi bagikan kue yang ia buat kepada anak anak itu,
Karena alasan itu, aku selalu mencari dia disekitar sini saat dia tak ada dirumah, terkadang aku menemukannya dia bermain bersama anak anak atau sekedar duduk dibangku taman dan memandangi anak anak itu sembari tertawa. Saat kini ia tak lagi ada disisiku, sering kali aku membunuh waktuku disini, duduk menatap anak anak sembari berharap menemukan Karin ada disini, berbagi keceriaan dan kue pada anak anak ini dan sayangnya aku tahu, harapan itu tak akan lagi jadi nyata.
[I][B]Jika keinginanku menjadi nyata, aku akan ada disisimu saat ini juga. Tidak ada sesuatu yang bisa kulakukan, aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat[I][B]
Jika saja semua keinginanku menemukanmu disemua tempat yang kita singgahi menjadi nyata, tak peduli jika aku harus menyerahkan semua yang kumiliki, tak peduli bahkan jika aku kehilangan nyawaku sekalipun. Kehilanganmu membuatku tak mampu menjalani hidupku seperti dulu, banyak orang yang mengatakan bahwa jika terus mengenang orang yang kita cintai maka mereka terus ada hidup bersama kita.
Sungguh kesalahan besar kalian yang beranggapan begitu, kalian tahu apa yang paling menyiksa didunia ini, penjara yang paling menyiksa didunia ini adalah kenangan yang semuanya berisi tentang orang yang kau cintai. Saat kau bertemu dengan semua tempat yang berisi kenanganmu maka secara otomatis kau akan terseret lagi lagi dan lagi kearah kenangan itu.
Jika sekali saja salah satu keinginanku menjadi nyata, kau akan kupeluk erat dan akan kuberikan semua yang kumiliki, ah jika saja semua keinginan ku itu terkabul, jika saja.
[I][B]Aku akan selalu mencarimu, aku selalu mencari pecahan dirimu disuatu tempat. Ditoko selama perjalananku dan disudut berita koran, meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu[I][B]
Aku akhirnya tiba di stasiun kereta yang akan mengantarku kerumah. Aku yang melewati pusat pertokoan dengan susah payah karena mencari keberadaan Karin orang yang paling aku sayangi seumur hidupku. Aku duduk di peron menghadap kejendela, menyerahkan pandangaku yang merapuh pada kilasan pemandangan sepanjang rel kereta api yang kunaiki.
Aku membuka koran yang selalu kubeli dan kubaca dikereta sebagai obat bosan, ternyata hari ini hari Jumat seingatku koran ini punya halaman yang dikhusukan untuk menampung gambar yang akan diwarnai anak anak. Aku dengan cepat membuka halaman demi halaman mencari gambar itu dan ketika aku menemukannya dan ketika menemukannya, yang ada disana bukan lagi karyamu tapi karya orang lain.
Aku menangis, menangisi bahwa di koran sekalipun aku tak mampu lagi menemukanmu. Kamu yang selalu mengisi halaman khusus anak anak dengan gambar-gambarmu yang sederhana kini tak lagi ada. Aku merasa bahwa kini kau menghilang, benar benar menghilang dariku.
[I][B]Jika hidup kita bisa diulang, aku akan berada di sisimu setiap waktu, aku tak akan meminta apapun. Tak ada yang berarti kecuali dirimu[I][B]
Jika saja semuanya bisa diulang, aku akan kembali mengambil bekal makananku hingga tak perlu lagi kau harus nekat kekantorku. Aku tak pelu lagi kehilanganmu, aku tak perlu lagi merasa sendirian, aku tak perlu lagi mencarimu dimana pun karena kau akan selalu ada didepan pintu tersenyum menungguku pulang.
Aku berjanji akan selalu didekatmu, aku berjanji menjadi penglihatan dan pendengaranmu aku tak akan meminta apapun darimu karena aku tahu, tak ada yang berarti dari semua yang kumiliki selain kehadiranmu.
Aku masih ingat saat pertama kali bertemu denganmu, bagaimana pertama kali aku menjadi penglihatan dan pendengaranmu saat kamu mencoba menyebrang jalan. Penglihatanmu memang tak terlalu sempurna, tapi kau mampu melihat apa yang orang lain tak mampu lihat. Manusia berpenglihatan normal sering kali hanya melihat orang lain yang kesulitan tapi kamu dengan segala keterbatsanmu tak pernah mengabaikan orang lain. Kamu yang tak mampu mendengar dengan baik, tapi telingamu tak pernah tuli saat mendengar permintaan orang lain.
Karin, jika keajaiban terjadi, aku akan menunjukkan saat ini juga, yaitu pagi yang baru dimana aku akan memulai kata yang tidak pernah kuucapkan, aku cinta kamu.
***
Kerumunan orang orang memenuhi stasiun kereta dimalam yang dingin itu, mereka mengerumuni mayat seorang pria yang mereka duga sengaja menabrakkan diri di rel kereta api. Mereka menutupi mayat itu dengan berlembar lembar koran yang mereka temukan disekitar mereka hingga akhirnya polisi dan tim medis mengevakuasi mayat itu. Saat mayat pria itu diangkat, mereka menemukan pria itu memeluk kotak makanan dan menciuminya. Tak ada yang mampu mereka katakan setelah melihat pemandangan itu, mereka merasa diam adalah wujud tanda duka cita, duka cita yang sunyi tanpa kata.
“Sebentar, ada yang mau kukerjakan. Duluanlah hati hatilah dijalan”
“Terima kasih nasihatnya, aku pulang duluan”
“Ya hati hatilah”
***
Jika ingin menghilangkan kesepian, Sembarang orang seharusnya sudah cukup
Aku menarik nafas panjang saat Inneke mulai menghilang dari pandanganku seiring dia menutup pintu, tak ada yang bisa meringankan beban ini selain berusaha menarik nafas panjang. Setiap kali melihat perempuan lain selain Karin istriku, rasanya aku ingin selalu menangis, aku kesepian tanpanya meskipun sudah 2 tahun ia meninggal akibat kecelakaan lalu lintas saat ingin mengantarkan makan siangku yang ketinggalan. Karin yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran seharusnya tak bisa bepergian jauh tanpa ada yang menemaninya, tapi saat itu ia nekat pergi ketempat kerjaku karena takut aku tak makan siang jika tak membawa makanan yang ia buat.
Sejak Karin meninggal, tak terhitung berkali kali aku ditawarkan bahkan didekati perempuan lain dengan maksud menggantikan posisi Karin, tapi aku tidak pernah bisa, sedekat apapun aku dengan lawan jenis aku tak sanggup melepaskan bayangan Karin dalam kehidupanku. Aku mengakui aku kesepian, hanya saja aku selalu merasa, tak ada yang bisa mengisinya selain Karin, Istriku.
Karena pada malam bintang seakan akan jatuh aku tak bisa membohongi diriku
Aku memutuskan untuk pulang setelah mematikan Personal Computer dimejaku. Aku mentap langit malam yang menghitam, aku melihat bintang bertaburan membedaki langit. Langit yang meski gelap pun membutuhkan bintang agar ia terlihat indah saat gelap, beda dengan hatiku yang menghitam dan tampak mati bagi sebagian orang. Aku memutar kenop pintu dan berjalan kearah luar ruanganku. Aku bisa melihat jelas lalu lalang orang orang yang sama sama baru saja selesai mencari rezeki mereka hari ini. Aku kemudian berjalan keluar kearah menuju stasiun yang akan mengantarku pulang kerumahku.Aku memutuskan menikmati saja sedikit ritme keramaian dan tanpa sengaja saat aku berjalan, aku mendadak terpaku pada bintang yang seolah olah akan terjatuh, dan mulutku tanpa sadar mengucapkan keinginanku, Aku ingin Karin kembali ucapku seraya menatap bintang itu, dan sayangnya lagi lagi aku sadar, bintang itu tak akan jatuh, ia hanya mengintimidasiku agar aku tak lagi mampu, membohongi diriku.
One more time, Oh musim jangan memudar
Aku memutuskan mengaibakan jebakan bintang malam itu, fikiranku berganti fokus seiring angin musim hujan yang menusuk kedalam tulangku. Tanpa kusadari saat aku memasukkan lengan jaket menuju tanganku aku tanpa sengaja mengingatmu lagi Karin, saat itu kau memakaikan ku jaket dan berkata “Hari ini ramalan cuaca akan hujan, pakailah biar tidak kedinginan” ucapnya sembari tersenyum. Tanpa sadar, saat itu aku berharap jika musim hujan janganlah pernah berhenti karena aku memiliki Karin sebagai matahariku.
Aku menarik nafas, kenangan itu muncul seiring angin musim hujan ini, aku yang mati matian berjalan berusaha menahan air mata yang akan mengalir akhirnya menyerah. Aku menepi dan menyandarkan kepalaku ke sebuah tembok pertokoan dan membiarkan air mataku mengambil alih hingga membuatku teresedak karena tangisanku. Oh musim hujan, jangan memudar aku memiliki Karin, Hujan, kau tak akan sanggup membuatku kedinginan.
One more chance, ketika kita saling mengacaukan dalam pertengkaran
Setelah membiarkan air mata sedikit mengambil kewarasanku, aku lagi lagi memutuskan berjalan kearah stasiun yang entah kenapa rasanya menjadi berkali kali lipat jauhnya dibanding biasanya. Aku mungkin terlalu banyak terisap dalam kenangan lirihku dalam hati. Aku yang berjalan perlahan menangkap pemandangan yang aneh disudut sebuah pertokoan, aku melihat laki laki dan perempuan sedang adu mulut. Aku berusaha tak peduli dengan berjalan melewati mereka, hanya saja tanpa sengaja aku teringat kembali pertengkaran kami yang pertama.
Saat itu, kami baru saja pindah rumah, ia ingin berjalan jalan sendirian guna mengenali daerah sekitar rumah kami, aku yang takut dia akan tersesat mati matian melarangnya hingga tanpa sengaja aku membentaknya, aku bisa melihat saat itu ia menangis tapi anehnya, dia justru tersenyum dalam tangisannya entah kenapa. Tak terhitung sejak saat itu, aku dan dia sering kali bertengkar hingga kadang aku membentaknya tapi ia selalu saja tersenyum. Dalam hembusan nafasku, aku hanya berucap dengan lirih “Jika saja kamu masih ada, aku ingin sekali kita bertengkar lagi, sekali lagi dan lagi sampai aku mampu melihat senyummu lagi”
Aku akan selalu mencari,dirimu untuk muncul disuatu tempat
Aku berjalan kearah stasiun, aku menoleh kekiri dan kenan sekali kali dalam satu sampai tiga menit. Aku masih ingat saat aku membawanya berjalan jalan, sepanjang perjalanan ia terus saja tersenyum seolah olah menikmati jalanan dan suasananya. Saat itu ia memintaku mengajaknya berjalan- jalan karena ia merasa bosan dirumah. Aku membawanya ke pusat pertokoan dan membelikannya es Krim untuk dimakan disepanjang perjalanan. Ia menggamit lenganku dengan erat, seolah percaya aku akan menuntunnya ketempat yang menyenangkan baginya.
Saat ia meninggal, aku yang selalu melewati pusat petokoan ini sering kali memutuskan berhenti hanya untuk sekedar membiarkan mataku mencari dirimu yang tertinggal disini, Aku akan selalu mencari dirimu untuk mengenapi rinduku yang terlanjur menghitam dan pekat ini.
Di persimpangan jalan atau ditengah mimpi, Meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu.
Aku berdiri menunggu aba aba lampu lintas untuk mengizinkan pejalan kaki melintas, Aku memamandang lalu lalang kendaraan dan kerumunan orang disana. Sering kali aku terdiam cukup lama membayangkan keberadaan Karin yang kadang menungguku di perempatan stasiun kereta dekat tempat tinggal kami. Setiap perempatan jalan yang kulalui, aku selalu berharap kau menungguku disana, menungguku dengan payung atau plastik belanja yang berisi bahan makan malam kami walau kutahu sebesar apapun harapanku, aku tak akan menemukanmu lagi disana.
Bahkan dalam tidurku, aku selalu menengok kearah kanan, arah favoritmu saat terlelap. Aku terkadang membayangkan jika aku tidur menghadap kekanan aku akan menemukanmu dalam mimpiku, aku ingin tahu keberadaanmu di Surga, aku ingin tahu apa kau menunggu dan sayangnya, aku tahu aku tak akan pernah menemukanmu lagi dialam mimpi sekalipun
Jika keajaiban terjadi disini, aku akan menunjukkan saat ini juga. Pagi yang baru, dimana aku akan memulai kata kata yang tak pernah terucap "Aku cinta kamu"
Jika saja aku mampu menemukanmu ditempat dimana kita menghabiskan waktu bersama, jujur saja aku ingin sekali memelukmu untuk melampiaskan rindu yang sedemikian lama mengering. Terkadang saat pagi yang memaksaku untuk terbangun aku selalu berdoa bahwa kau telah meninggalkanku itu sebuah kesalahan, kau masih ada menemaniku dan terus menemaniku hingga kita pergi bersama sama.
Terkadang aku berharap setiap pagi adalah keajaiban, dimana aku akan menemukanmu disetiap sudut kehidupanku, memelukmu dan mengatakan bahwa “Aku cinta kamu” hingga kau bosan mendengarnya., aku tak peduli akan hal itu karena aku benar benar mencintaimu.
[I][B]Ingatan musim kemarau yang berputar, Denyutan yang tiba tiba menghilang[I][B]
Aku ingat hari itu matahari bersinar amat terik hingga rasanya kau ingin menggantung air conditioner diatas kepalamu. Saat itu adalah puncak musim kemarau dan siang hari terasa sangat lama hingga terkadang dimalam haripun matahari masih bersedia menemanimu bagaikan pegawai lembur. Aku yang saat itu bangun terlambat dan mengejar kereta yang berangkat paling pagi berlari keluar rumah dengan mulut yang tersumpal roti bakar buatan Karin yang tak sempat lagi kunikmati di meja makan.
Beruntung saat itu aku tak terlambat masuk kerja, hingga saat jam makan siang aku baru menyadari bahwa aku lupa mengambil makan siang yang disiapkan Karin untukku. Baru saja terfikir niatku untuk membeli makan siang dikantin, atasanku memanggilku kearahnya
“Gabriel kemari sebentar”
‘Iya pak”
“Tadi saya ditelpon kantor polisi, istrimu tertabrak motor saat ia akan menyebrang jalan diperempatan stasiun”
“Kenapa tak bilang dari tadi” teriakku
Aku kemudian berlari, tak peduli lagi cuaca panas yang membuat diriku terasa terbakar, yang ada dalam fikiran ku hanya satu yaitu keadaan Karin. Seingatku ia bukan orang ceroboh yang akan pergi sembarangan karena ia tahu penglihatan dan pendengarannya tak terlalu baik. Semakin aku berlari, entah kenapa rasa panas dan ketakutan semakin menghisapku. Aku merasa panas dan ketakutanku akan merenggut semua yang menjadi milikku.
Aku tiba di satu satunya rumah sakit disini, aku berlari bahkan melupakan lagi untuk bertanya pada orang orang disekitarku, aku yang bagai kesurupan menerobos setiap ruangan gawat darurat mencari Karin dan menemukannya dikelilingi dokter dan wajahnya itu di selimuti kain putih
“Dokter saya suaminya” teriakku memecah keheningan “Bagaimana keadaanya” cecarku tanpa peduli lagi pada keadaan sekelilingku. Aku bisa melihat mereka hanya mengeleng gelengkan kepala dan akhirnya aku memaksa menerobos mereka. Aku melihat wajahnya yang pucat, “Tidak” jeritku.Aku kemudian menggengam tangannya, mencari denyutan nadinya sembari berharap bahwa ia akan baik baik saja. Denyutannya menghilang, hilang bersama bergantinya cuaca panas menjadi awan mendung yang kuduga turut menanggung duka ku.
[I][B]Aku akan selalu mencari dirimu untuk muncul disuatu tempat, Di kota saat senja, meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu[I][B]
Pertama kali saat tahu kau tak lagi ada menemaniku didunia ini, aku menghabiskan waktuku dengan duduk ditaman kecil dekat perumahan kita, aku duduk berjam jam hingga matahari terbenam berganti malam yang pekat. Aku masih ingat saat pertama kali kami membeli rumah disekitar sini, Karin yang mahir membuat kue sering kali setiap sore membawa kue dan membagi bagikannya pada anak anak disini.
Pernah sekali aku memergokinya membagikan biskuit yang ia buat, Aku yang pulang kerja lebih cepat dari biasanya ingin memberikan kejutan padanya. Saat melewati taman, aku mendengar suarah riuh anak anak yang tertawa bahagia, aku berjalan mendekat dan menemukan sumber tawa riuh anak anak itu karena Karin membagi bagikan kue yang ia buat kepada anak anak itu,
Karena alasan itu, aku selalu mencari dia disekitar sini saat dia tak ada dirumah, terkadang aku menemukannya dia bermain bersama anak anak atau sekedar duduk dibangku taman dan memandangi anak anak itu sembari tertawa. Saat kini ia tak lagi ada disisiku, sering kali aku membunuh waktuku disini, duduk menatap anak anak sembari berharap menemukan Karin ada disini, berbagi keceriaan dan kue pada anak anak ini dan sayangnya aku tahu, harapan itu tak akan lagi jadi nyata.
[I][B]Jika keinginanku menjadi nyata, aku akan ada disisimu saat ini juga. Tidak ada sesuatu yang bisa kulakukan, aku akan menempatkan semua pada tempatnya dan kau kupeluk erat[I][B]
Jika saja semua keinginanku menemukanmu disemua tempat yang kita singgahi menjadi nyata, tak peduli jika aku harus menyerahkan semua yang kumiliki, tak peduli bahkan jika aku kehilangan nyawaku sekalipun. Kehilanganmu membuatku tak mampu menjalani hidupku seperti dulu, banyak orang yang mengatakan bahwa jika terus mengenang orang yang kita cintai maka mereka terus ada hidup bersama kita.
Sungguh kesalahan besar kalian yang beranggapan begitu, kalian tahu apa yang paling menyiksa didunia ini, penjara yang paling menyiksa didunia ini adalah kenangan yang semuanya berisi tentang orang yang kau cintai. Saat kau bertemu dengan semua tempat yang berisi kenanganmu maka secara otomatis kau akan terseret lagi lagi dan lagi kearah kenangan itu.
Jika sekali saja salah satu keinginanku menjadi nyata, kau akan kupeluk erat dan akan kuberikan semua yang kumiliki, ah jika saja semua keinginan ku itu terkabul, jika saja.
[I][B]Aku akan selalu mencarimu, aku selalu mencari pecahan dirimu disuatu tempat. Ditoko selama perjalananku dan disudut berita koran, meskipun aku tahu engkau tidak mungkin ada ditempat seperti itu[I][B]
Aku akhirnya tiba di stasiun kereta yang akan mengantarku kerumah. Aku yang melewati pusat pertokoan dengan susah payah karena mencari keberadaan Karin orang yang paling aku sayangi seumur hidupku. Aku duduk di peron menghadap kejendela, menyerahkan pandangaku yang merapuh pada kilasan pemandangan sepanjang rel kereta api yang kunaiki.
Aku membuka koran yang selalu kubeli dan kubaca dikereta sebagai obat bosan, ternyata hari ini hari Jumat seingatku koran ini punya halaman yang dikhusukan untuk menampung gambar yang akan diwarnai anak anak. Aku dengan cepat membuka halaman demi halaman mencari gambar itu dan ketika aku menemukannya dan ketika menemukannya, yang ada disana bukan lagi karyamu tapi karya orang lain.
Aku menangis, menangisi bahwa di koran sekalipun aku tak mampu lagi menemukanmu. Kamu yang selalu mengisi halaman khusus anak anak dengan gambar-gambarmu yang sederhana kini tak lagi ada. Aku merasa bahwa kini kau menghilang, benar benar menghilang dariku.
[I][B]Jika hidup kita bisa diulang, aku akan berada di sisimu setiap waktu, aku tak akan meminta apapun. Tak ada yang berarti kecuali dirimu[I][B]
Jika saja semuanya bisa diulang, aku akan kembali mengambil bekal makananku hingga tak perlu lagi kau harus nekat kekantorku. Aku tak pelu lagi kehilanganmu, aku tak perlu lagi merasa sendirian, aku tak perlu lagi mencarimu dimana pun karena kau akan selalu ada didepan pintu tersenyum menungguku pulang.
Aku berjanji akan selalu didekatmu, aku berjanji menjadi penglihatan dan pendengaranmu aku tak akan meminta apapun darimu karena aku tahu, tak ada yang berarti dari semua yang kumiliki selain kehadiranmu.
Aku masih ingat saat pertama kali bertemu denganmu, bagaimana pertama kali aku menjadi penglihatan dan pendengaranmu saat kamu mencoba menyebrang jalan. Penglihatanmu memang tak terlalu sempurna, tapi kau mampu melihat apa yang orang lain tak mampu lihat. Manusia berpenglihatan normal sering kali hanya melihat orang lain yang kesulitan tapi kamu dengan segala keterbatsanmu tak pernah mengabaikan orang lain. Kamu yang tak mampu mendengar dengan baik, tapi telingamu tak pernah tuli saat mendengar permintaan orang lain.
Karin, jika keajaiban terjadi, aku akan menunjukkan saat ini juga, yaitu pagi yang baru dimana aku akan memulai kata yang tidak pernah kuucapkan, aku cinta kamu.
***
Kerumunan orang orang memenuhi stasiun kereta dimalam yang dingin itu, mereka mengerumuni mayat seorang pria yang mereka duga sengaja menabrakkan diri di rel kereta api. Mereka menutupi mayat itu dengan berlembar lembar koran yang mereka temukan disekitar mereka hingga akhirnya polisi dan tim medis mengevakuasi mayat itu. Saat mayat pria itu diangkat, mereka menemukan pria itu memeluk kotak makanan dan menciuminya. Tak ada yang mampu mereka katakan setelah melihat pemandangan itu, mereka merasa diam adalah wujud tanda duka cita, duka cita yang sunyi tanpa kata.
Fin


anasabila memberi reputasi
1
1.7K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan