blitar.bergetarAvatar border
TS
blitar.bergetar
Tim-Nas Indonesia Melaju Ke Final AFF 2016: Suatu Konpirasi Pengalihan Isu
Rintik-rintik hujan yang turun pada petang 14 desember kemarin tidak membasahi tubuh saya. Walau tidak memakai jas hujan atau mantel juga payung, saya tidak kebasahan. Saya bukan pawang hujan, apalagi punya ilmu anti air. Bukan. Tetapi saya sedang berada di kamar. Hanya sesekali saja saya menengok keluar kamar melalui jendela besar di samping televisi berukuran sedang buatan Aseng. Oya, saya di surabaya. Dan mungkin tidak semua wilayah surabaya hujan rintik-rintik. Bahkan Mungkin ada sebagian wilayah surabaya yang hujannya deras.

Petang itu saya sedang menunggu Tim-Nas kita berlaga dalam laga final putaran pertama piala AFF melawan Thailand di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor. Sedari pulang kerja pukul 17.34 tv sudah saya nyalakan. Takut takut kalau kelewatan. Ternyata tidak. Kick off baru dimulai sekitaran pukul 19.00.





Saya mengikuti perjalanan Tim-Nas pada gelaran piala AFF kali ini. Mulai kalah 2-4 dari Thailand. Imbang 2-2 melawan Filipina. Dan terakhir menang 2-1 atas Singapura. Indonesia lolos ke semifinal sebagai runner up grup A, dengan Thailand sebagai juara grup.

Tak disangka. Dan memang siapa yang menyangka Indonesia bisa lolos ke semifinal di tengah keadaan persepakbolaan kita yang sedang carut marut begini. Tak ada kompetisi resmi dan rutin, sempat disanksi FIFA, ketum PSSI yang korupsi, dan sederet masalah lainnya, seakan membuat lengkap penderitaan yang dialami dunia sepak bola tanah air. Itulah akibatnya kalau sepak bola dipegang oleh politikus, orang partai. Hancurkan jadinya.

Tetapi sudahlah. Kita tidak sedang membahas mereka itu. Semoga di tangan seorang jendral, persepakbolaan kita menjadi maju. Yang ditandai dengan menangnya Indonesia atas Thailand kemarin petang.

Lolos dengan terseok-seok dari fase grup seolah menjadi berkah bagi Indonesia di tengah persoalan intoleransi yang sedang dihadapi negri ini. Kemenangan Ini ibarat penghipur lara.

Semifinal: Indonesia vs Vietnam

Pelatih Tim-Nas, Alfred the Dragon Riedl, eh maksud saya, Alfred Riedl, sempat pesimis. Ia realistis karena yang dihadapi Indonesia adalah salah satu tim favorit juara. Tim kedua terbaik di turnamen yang diadakan 2 tahun sekali ini. Saya sama dengan Alfred. Sama-sama pesimis.

Terbukti. Indonesia kocar-kacir diserang Vietnam. Tetapi puji Tuhan. Tuhan memihak Indonesia. Indonesia bisa menang 2-1 atas vietnam. Itu leg pertama.

Di leg kedua, indonesia tetap kocar-kacir dihajar Vietnam. Bahkan Indonesia diserang 7 hari 7 malam oleh vietnam. Serangan yang mungkin artinya diserang tiada henti. Skor diwaktu normal 1-2 untuk kemenangan Vietnam. Itu berarti agregat 3-3. Game dilanjutkan ke babak tambahan waktu. Skor berubah menjadi imbang 2-2. Walau hasil imbang, Indonesia berhak melaju ke partai final karena di kandang indonesia, vietnam berhasil dicukur 2-1.

Final: Indonesia Vs Thailand

Laga dipetang kemarin 14 desember, kira-kira pukul 19.00 WIB berjalan normal. Kedua tim saling jualan serangan. Walau Tim-Nas Indonesia tidak mau membeli serangan Thailand, Thailand tetap maksa menjual. Hasil jualan paksa serangan itu berbuah gol. Tandukan Teerasil Dangda memaksa Kurnia Mega memungut bola dari dalam gawang yang dijaganya pada menit ke 33. Thailand memimpin 1-0 atas Indonesia.

Tuhan seakan memihak Thailand ketika Andik mengalami cidera. Cidera yang mengawali gol pembuka dari Thailand ke gawang indonesia. Oh, Tuhan, datanglahhh… Babak pertama yang sulit. Indonesia babak belur dihajar Thailand. Meski begitu skor tetap 1-0 sampai turun minum.

Dibabak kedua Indonesia mulai panas. Zulham Malik Zamrun yang pada babak pertama terlihat sedang demam malaria, mengigil, seperti sudah sembuh. Ia menjadi fight melawan para pemain Thailand. Semua pemain Indonesia terlihat lebih fight dan terus membombardir pertahanan Thailand. Suka atau tidak suka, Thailand harus suka.

Peluang emas bertahtakan intan permata berlapiskan berlian hadir pada menit ke 65. Gol Rizky Pora menyamakan skor menjadi 1-1 untuk kedua tim. Peluang emas itu hadir lagi lewat kepala Hansamu Yama pada menit ke 70. Kiper Thailand, kimpoi, hahh,,kimpoi? ya elah, bukan kimpoi k huruf kecil, tapi kimpoi K huruf besar, namanya emang kimpoi, kimpoi Thamsatchanan, dipaksa kembali memungut bola dari dalam gawangnya, yang kemudian merubah skor menjadi 2-1. Selama sisa waktu pertandingan, jantung saya dan seluruh masyarakat Indonesia dibuat dag dig dug derrrr…oleh serangan-serangan Thailand. Dannn…peluit panjang ditupkan, skor akhir tetap 2-1 untuk kemenangan Indonesia atas Thailand.


Tim-Nas Indonesia Menang: Konspirasi Pengalihan Isu





Semua ulasan di atas bukan point dari tulisan ini. Ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca. Jadi perhatikan baik-baik.

Ingat teror bom yang berhasil digagalkan oleh Polri beberapa waktu lalu? Bom yang kita syukuri karena gagal diledakan. Teror bom itu dianggap hanya pengalihan Isu kasus Ahok. Seorang Eko Patrio juga bilang teros bom ini hanya pengalihan isu.

Statemen yang sangat tidak menghargai kinerja baik pihak kepolisian dan BNPT. Teror bom yang digagalkan ini tentu saja menyelamatkan nyawa manusia. Bagaimana jika bom itu diledakan di rumah Eko Patrio, apakah dia masih akan bilang kalau teror ini hanya pengalihan isu? Apakah dia akan bilang begitu sembari memeluk tubuh keluarganya yang tak lagi bernyawa? Jadi orang kok gak punya hati nurani. Jangan di tiru ya, jangan.

Bom Samarinda kemarin juga dikatakan sebagai pengalihan isu. Yang ngomong begitu benar-benar tidak berkeprimanusiaan. Apakah masuk akal nyawa ditukar sama isu? Kan titik titik…

Disemifinal leg pertama Indonesia menang 2-1 melawan Vietnam. Pertandingan itu disaksikan langsung oleh pak Presiden. Kemudian pada leg kedua di Vietnam, Vietnam menang 2-1 atas indonesia. Walau skor akhir 2-2 untuk kedua tim. Indonesia lolos ke final.

Tetapi apakah anda perhatikan bahwa ada yang tidak biasa di sini? Yups, angka selalu 2-1 dan itu muncul 2 kali. Di indonesia dan di Vietnam.

Kemudian untuk memperkuat angka yang muncul 2-1 yang muncul 2 kali itu, petang kemarin skor Indonesia melawan Thailang juga 2-1. Anehkan? Kenapa nggak angka lainnya, semisal 3-1 atau 3-2. Kenapa harus angka 2-1. Ini patut diwaspadai. Coba tanya Eko Patrio, pengalihan isu bukan ini.

Ini tentu bukan sembarang angka. Apakah kebetulan angka 2-1 ini muncul berkali-kali? Saya yakin ini bukanlah suatu kebetulan. Kita harus mencurigai hal ini sebagai upaya pengalihan isu.

Apakah AFF ini sudah dibeli cukong-cukong aseng yang dekat sama Ahok, sehingga skor bisa disetting dan diotak-atik? Maklum, merekakan aseng dan asongan. Ini pasti pengalihan isu. Tidak salah lagi. Kerja keras seluruh Tim-Nas dan doa dari masyarakat Indonesia dihianati oleh pengalihan isu kasus Ahok. Parahkan ini. Mari kita boikot Tim-Nas Indonesia.

Kemenangan Tim-Nas Indonesia ini hanyalah pengalihan isu saja agar masyarakat Indonesia lupa sama kasus Ahok. Kemenangan yang aneh dengan skor selalu 2-1. Nampak sekali kalau ini kemenangan rekayasa. Emang cinta saja yang bisa direkayasa. Kemenangan juga bisa. Pak Prabowo Subianto pernah jadi korban rekayasa kemenangan tahun 2014 lalu. Jadi kalau ini bukan konsapirasi pengalihan isu, lalu apa namanya?!

Angka 2-1 ini settingan dari para mafia cukong. Settingan yang dipaskan dengan no urut Ahok pada pilkada DKI. Ini benar-benar menyinggung perasaan. Harus ada yang melaporkan hal ini ke kepolisian. Ayo laporkan dan boikot Tim-nas!


Spoiler for TKP:


0
12.4K
135
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan