Ikan-ikan indah mengelilingi lautan asmaraku. Semesta memeluk dengan penuh eratnya seakan tak mau lepas dari hangatnya asmara yang tercipta. Detik-detik asmara yang kujalani seakan tumbuh bak pohon jati yang kokoh di tengah lebatnya hutan. Asmara berjalan dengan penuh anggunya. Pernahkah kau bermain lego? Ya, seperti itulah kisah asmaraku dengannya, berbeda dari berbagai aspek tetapi tetap menyatu membentuk suatu bangunan kokoh dan indah yaitu, istana cinta.

Asmara yang kita berdua jalani tidak sepenuhnya berjalan mulus, berbagai masalah yang menerjang kita berdua, seperti badai topan yang menerjang kehidupan, seolah hanya sebongkah batu kerikil yang terbiaskan oleh asmaraku dan dia. Kekuatan cinta membentengi asmara kita berdua dari segala masalah tersebut. Damai dan tentram terasa olehku, ketika kita berdua merajut romansa di tengah asmara yang membara.

Purnama mengalah benderangnya dengan cahaya romansa yang kita ciptakan. Bintang-bintang tertunduk malu atas terangnya rona romansa yang kita ciptakan. Ah, nuansa romansa seperti ini membuat kita menyelam ke dasar samudera asmara dan terkekang dalam api asmara yang membara. Indah, tentram, dan damai yang dibuat olehnya.

Ayam berkokok dengan penuh merdunya ketika diriku masih terlelap oleh nuansa romansa yang terjalin. Pagi itu entah kenapa, terasa olehku mentari seakan tersenyum dengan penuh ramahnya dengan diriku. Udara sejuk menyibak kedua mataku yang masih terkantuk dan pikiranku yang masih dibayang-bayangi nuansa romansa itu. Sulit rasanya untuk melepaskan belenggu asmara yang membelit jiwaku.

Amboi memang, asmara tidak memandang waktu sebagai tumpuannya. Siang dan malam selalu terasa asmara tersebut, membuat aku dan dia yang terkungkung olehnya seakan memperoleh kebahagiaan duniawi yang suci, jujur, dan murni. Dan kembali, semesta memeluk aku dan dia dengan penuh eratnya seakan ingin bergabung dengan hangatnya jalinan asmara yang tercipta.