- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Outdoor Adventure & Nature Clubs
Euphoria Pendaki Kekinian


TS
seigadslamina
Euphoria Pendaki Kekinian
Euphoria Pendaki Kekinian

Quote:
“PENDAKI GUNUNG“ Penampilan yang kumuh, gondrong, lusuh, compang camping itu sebagian yang telah ada dalam pandangan orang pada umumnya (jaman dahulu). Tapi banyak tidak orang ketahui tentang jiwa sosial mereka, kemandirian mereka, rasa peduli terhadap sekitar dan masih banyak lagi. Berbeda saat dulu dengan saat ini, hampir tiga tahun mengamati semakin banyak peminat yang menggemari kegiatan mendaki gunung. Kegiatan mendaki gunung saat ini seakan menjadi gaya hidup tersendiri dengan banyak tujuan dari setiap personal. Menulis jurnal maupun cerita perjalanan, pembuktian sebagai eksistensi dapat sampai dipuncak, mencoba keluar dari zona aman yang menurutnya itu hal yang baru, berburu foto bagi penggemar fotografi, atau sekedar keluar dari rutinitas sehari-hari mengisi liburan, ada juga yang menganggapnya itu adalh sebagian dari perjalanan spiritual. Itulah sedikit banyak dari tujuan peminat kegitan mendaki gunung, memang setiap orang mempunyai hak untuk meminati tapi apakah karena hak untuk menikmati itu sebagian banyak melupakan keterampilan maupun etika saat menikmatinya…?.
Keterampilan dalam kegiatan mendaki gunung, pastilah itu sangat dibutuhkan. Gunung bukan tempat bermain layaknya taman bermain, sudah banyak korban yang meninggal saat melakukan pendakian. Banyak diantara mereka pendaki-pendaki yang tidak dibekali dengan keterampilan pendakian gunung, tak hanya itu pendaki-pendaki yang sudah punya keterampilan pun juga ada yang meninggal di gunung. Dalam hal ini keterampilan dalam mendaki gunung bukan yang disebut harus ikut Organisasi atau Komunitas Pecinta Alam, semua orang dapat belajar jika tidak ingin terikat dalam sebuah oraganisasi maupun komunitas. Banyak blog maupun web yang menulis tentang keterampilan mendaki gunung yang dapat dibaca oleh setiap orang dan bahkan juga banyak pendaki yang mau dengan sukarela untuk sharing. Etika Pendakian gunung hal fatal yang sangat sering tidak pendaki perhatikan. Tidak memperhatikan adat setempat, tidak menghargai pendaki lain, berisik saat di camp, bahkan sampai nyampah disembarang tempat dan lebih parahnya lagi buang air besar sembarangan tidak di timbun dalam tanah seperti ranjau yang siap terinjak oleh pendaki lain.
Spoiler for pic1:

(Foto diambil saat di puncak Merapi 2 April 2015)
Quote:
Ada yang sangat parah saat pendakian Gunung Merbabu tanggal 24 September 2014, saat sampai di Sabana Gunung Merbabu Jalur Selo Boyolali. Tiba-tiba datang sekelompok pendaki yang baru turun dari puncak saat sampai di Sabana mengeluarkan Bendera Merah Putih yang sudah di corat-coret sedemikian rupa untuk properti berfoto. Tidak habis pikir apa maksud mereka, ingin menegur sedikit malas juga nanti dibilang cerewet atau ikut campur urusan orang lain atau sok sokan lah. Akhirnya sudahlah potret saja terang-terangan biar nanti bisa berguna untuk pembelajaran orang lain. Hari selanjut saat naik kepuncak Triangulasi Merbabu baru sampai dipuncak disuguhi lagi aksi vandalisme seorang pendaki mencorat-coret batu dipuncak. Sangat heran tak kurang-kurangnya banyak pendaki-pendaki yang posting maupun ngeshare foto serta tulisan tentang kelakuan-kelakuan perusakan, banyak juga yang memberi contoh tentang etika ataupun keterampilan mendaki gunung tetap saja tidak manfaatnya. Masih tetap ada pendaki yang tidak bertanggungjawab dengan aksi-aksinya yang merusak, hargailah mereka pendaki-pendaki yang berusaha agar gunung tidak rusak dan hargailah juga gunung “dia bukan benda mati melainkan benda hidup yang sewaktu-waktu dapat memberontak, manusialah yang benda mati”.
Spoiler for pic2:

(Foto diambil saat di Sabana Merbabu 24 September 2014)
Quote:
Hanya puncak yang menjadi obsesi banyak pendaki saat ini tanpa memperhatikan hal-hal yang lain. Seperti pendakian kemarin tanggal 2 April 2015 saat sampai dipuncak gunung suasana tidak seperti dahulu mereka hanya sibuk dengan kertasnya masing-masing. Mulai tidak menemukan semua dapat membaur, basa basi mengobrol, serta bercengkrama dengan akrab. Seperti biasa sampai dipuncak memotret, ngopi, dan merokok syukur kalau ada yang bisa diajak ngobrol untuk bersosial karena manusia adalah makluk sosial. Lalu datang seorang dari beberapa kerumunan yang menghampiri bertanya “mas punya spidol…?”. Sambil bengong sedikit mikir “besok-besok lg boleh ini di puncak gunung jualan kertas hvs sama spidol”, lalu saya jawab “maaf nggak punya spidol…!!!”. Dan saat ini hanya bisa menyimpulkan pencapaian akhir mendaki gunung hanya sebatas berfoto dengan memegang tulisan.
Spoiler for pic3:

(Foto diambil saat di Puncak Merbabu 25 September 2014)
Quote:
Mungkin bagi teman2 yang punya pengalaman serupa bolehlah dishare disini.




nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
34.4K
Kutip
127
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan