kukang1848Avatar border
TS
kukang1848
Dialog Singkat
Azan Magrib berkumandang di sekitaran rumahku. Toa-toa masjid saling beradu menunjukkan kedigdayaannya. Memecah keseriusan dan kenyamananku dalam berfantasi ria.

“ Dur, mari berjalan ke masjid bersama ayah, solat berjamaah dengan warga yang lain”. Ajak ayah dengan penuh kehangatan.
“ Ya, ayah, Durma ingin mengambil wudhu dulu”.

Ayahku adalah seorang yang pandai dalam agama dan murid dari salah satu Kiai tradisional modernis di daerah Kujidar. Ayah sudah menunggu di depan pagar ketika Durma selesai wudhu. Berjalanlah mereka beriringan. Dengan merangkul tangan kiri Durma, ayah berjalan dengan begitu semangatnya ke masjid.

“ Dur, waktu seperti inilah yang ayah ingin dapatkan, bisa berjalan bersama ke masjid dan menunaikan kewajiban kita sebagai muslim umumnya dan pria khususnya”. Ujar ayah dengan penuh kesenyuman.

Di saat mereka sampai di pelataran masjid, solat telah dimulai. Teriakan amin dari dalam masjid, membuat langkah ayah dan Durma semakin cepat. Selama lebih dari 20 menit, ayah dan Durma menyelesaikan solat berjamaahnya.

“ Dur, ayah lihat tadi setelah kamu solat, kamu tidak berdoa ya??, kamu tahu gak Dur, intisari dari kegiatan ibadah kita adalah doa. Doa membantu kita mempercayai segala sesuatu pasti akan terwujud oleh kehendak Yang Maha Kuasa. Dari mulai belajar sampai bekerja adalah suatu bentuk manifestasi dari doa yang kita panjatkan. Belajar dan bekerja juga merupakan suatu elemen yang mewujudkan suatu doa itu agar dapat menghasilkan dampak positif bagi manusia itu sendiri”. Ucap ayah sembari menepuk pundak kananku.
“ Ya, ayah. Durma tahu semua itu. Dan Durma pun paham segala apa yang ayah ucapkan. Durma merasa bahwa ayah adalah manusia yang paling bijak yang pernah Durma temui. Petuah-petuah yang ayah berikan seolah bukan suatu paksaan bagi Durma dalam melaksanakan segala sesuatu. Petuah ayah tidak pernah membuat orang lain tersinggung dan marah akan hal itu. Durma sangat bangga punya ayah seperti ini”. Jawab Durma dengan penuh suka cita.
“ Ya, Dur. kita sebagai kaum muslim, kaum yang beragama islam. Di tuntut untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, rahmat bagi seluruh manusia, entah itu berbeda agama atau berbeda pandangan. Kita harus memandang mereka sebagai ciptaan Tuhan yang sama dengan kita. Jangan pernah mendikotomikan segala sesuatu karena itu dapat memecah belah kita semua. Dan yang terakhir Dur, jika kamu ingin merubah pendirian manusia, jangan pernaha memaksa, memarahi, dan menjustifikasinya. Jadilah sebagai insan manusia yang ramah bukan marah, yang toleran bukan kafiran, dan yang terbuka bukan tertutup”.

Percakapan tersebut menemani mereka berdua berjalan kembali ke rumah dengan penuh rasa gembira dan suka cita. Dan dengan rasa ajaran-ajaran dari ayah yang sangat bijak terhadap kemanusiaan. Ya, memang, kita di dunia ini, tercipta berbeda-beda dan beragam. Bukan satu tetapi dua, tiga, empat, bahkan 5. Sebagai individu manusia, sudah sepatutnya dan sepantasnya kita bersatu bukan menjadi satu. Hargailah berbagai perbedaan yang tercipta, hargailah hak-hak manusia dalam berbeda pandangan. Dunia ini terlalu sempit untuk hal-hal yang dapat merusak perdamaian antar sesama manusia. Dunia ini terlalu bersih untuk terpolarisasi kepada berbagai pandangan-pandangan ekstrem yang merusak tatanan kemanusiaan. Saya sebagai seorang muslim dan islam, sangatlah senang dengan pola pikir ayah. Sebegitu plural pikiran ayah terhadap agama dan sebegitu terbukanya terhadap hak-hak kemanusiaan. Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi saat ini. Bagaimana agama sudah menjadi suatu komoditas politik untuk sebagian kelompok. Untuk menjustifikasi bahwa ialah yang paling benar sementara pihak lain salah. Terlalu dangkal berpikir seperti itu dan yang pasti tidak akan pernah menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang terjadi.

Lantunan ayat Al Quran yang dilantunkan ayah menggelegar memecah kesunyian rumahku. Tiada ibu disini, sangatlah sunyi suasana rumah. Tetapi dengan mendengar lantunan ayat suci Quran yang dibacakan oleh ayah reduplah sunyi itu.

“ Aku dengar lantunan ayat Quran tadi sangatlah merdu dan indah. Dan juga aku dengar juga ayah membaca terjemahan dari ayat Quran tersebut. Haruskah itu dibaca juga yah?” Tanya Durma dengan muka polosnya.
“ Dengan hati dan niat tulus segalanya terasa indah Dur. dan mengenai terjemahan, ayah tidak mau terkungkung oleh kebodohan akan hal literal dalam kitab suci. Ayah tidak mau menjadi pembaca Quran yang setengah-setengah dalam menimba ilmu yang sangat lengkap di dalamnya. Alangkah ruginya, jika kita hanya membaca teks arab dari Quran tanpa adanya rasa mengerti dan paham maksud dan tujuan dari ayat tersebut. Saat ini, banyak manusia yang membaca Quran tetapi tidak pernah paham dan mengerti maksud dan tujuannya, visi dan misinya. Akan tetapi, banyak juga manusia yang sangat paham akan maksud dan tujuan daripada ayat tersebut, tetapi menjadikannya berada dalam kesesatan. Menjadikan adu domba bagi ummat dan menjadi pedang yang dapat membelah tubuh dari ummat itu sendiri. Tiada yang sepenuhnya benar di dunia ini dan tiada yang sepenuhnya salah di dunia ini Dur. Benar atau salah tiada ditentukkan oleh kita Dur, tetapi oleh Tuhan. Kita hanya bisa memilih apakah yang kita lakukan itu tepat atau tidak Dur “. Kepulan asap rokok keluar dari mulutnya dan memenuhi ruang percakapan aku dan ayah.

Kalimat terahir yang diucapkan ayah sangat melekat dalam hati ku. Dan beragam petuah-petuah yang diberikan ayah telah merasuki jiwa ku. Walaupun aku bukan seorang muslim yang taat, bahkan aku seorang yang sangat skeptic terhadap agama, tetapi dengan petuah-petuah ayah, aku memandang bahwa masih ada dimensi kemanusiaan dalam hal menjalankan agama di dunia ini. Dan, membuatku berpikir bahwa agama bukanlah candu bagi manusia tetapi obat stimulus bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya.

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
814
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan