- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ketika Ibu Perangkat Desa Nganggur “Perangkatnya"


TS
unomz
Ketika Ibu Perangkat Desa Nganggur “Perangkatnya"
Quote:
Jadi perangkat desa itu jabatan terhormat di kampung. Tapi Ny. Sarweni, 35, dari Batang (Jateng) ini justru tak bisa menjaga kehormatannya. Di kala nganggur “perangkat”-nya karena suami lama di luar kota, eh mau dipacari tetangga sebelah. Giliran hamil, Sarweni dan PIL bingung sendiri mengantisipasinya.
Perangkat desa atau biasa disebut pamong, itu jabatan bergengsi di tingkat kampung. Jaman sebelum Orde Baru, mereka ditunjuk oleh Pak Kades terpilih, biasanya dari famili dekat. Setelah era Orde Baru dan era reformasi, pamong desa juga harus mengikuti seleksi, fit and proper test, di kecamatan bukan di DPR. Mereka yang terpilih akan menerima gaji berupa bengkok sawah. Khusus untuk Sekretaris Desa atau Pak Carik, akan menerima gaji PNS.
Ny. Sarweni yang tinggal di desa daerah Kecamatan Subah Kabupaten Batang, di kampungnya sangat dihormati, karena dipercaya Pak Kades menjadi perangkat desa. Itu berarti peningkatan karier dan rejeki. Tambah-tambah suaminya juga jadi PNS yang bermasa depan. Buktinya mendapat tugas ke luar negeri hingga tahunan. Dengan demikian secara ekonomi keduanya bisa disebut: kayane ngumpul (ungnya banyak).
Secara materil Ny. Sarweni memang berkecukupan. Tapi secara onderdil, ini yang bikin dia sangat menderita. Berbulan-bulan, bahkan tahunan, jauh dari suami. Walhasil, meski Ny. Sarweni ini perangkat desa, tapi “perangkat”-nya sendiri nganggur. Setiap malam dia kedinginan, rindu akan kehangatan. Tapi di rumah adanya hanyalah kompor tanpa makna.
Rupanya kegelisahan dan kegundahan jiwa Sarweni terbaca oleh tetangganya, Bun Yani, 43. Orangnya lumayan ganteng, hanya rambutnya mulai nyambel wijen (banyak uban). Dia sepertinya tahu persis apa yang bergejolak dalam jiwa dan sanubarinya. Padahal Bu Pamong Desa ini lumayan cakep, sehingga sebagai lelaki normal Bun Yani sempat menggumam, “Saya juga mau memberi solusi, mengurai masalah tanpa jadi masalah.”
Sebagai tetangga dekat, Bun Yani yang ke mana-mana suka bawa tas punggung itu punya akses lebih mudah kepada Ny. Sarweni. Di kala rumah lagi sepi, dia main ke rumahnya, ngobrol ngalor ngidul atas nama pergaulan antar tetangga. Padahal batinnya selalu mengatur strategi bagaimana bisa menggauli. Dan karena rasa sepi Sarweni yang berkepanjangan itu, Bun Yani optimis, hanya satu putaran sudah kena.
Ternyata prediksinya tidaklah meleset. Sekali dua kali ngobrol bersama tanpa jamuan makan ala Presiden Jokowi-Ketum Parpol, Sarweni – Bun Yani sudah nampak akrab. Buktinya diajak jalan bareng sudah bersedia, bahkan belanja ini itu ke pertokoan, juga tak keberatan. Lalu akhirnya, Sarweni pun dibawa ke hotel. Sebab Bun Yani memang punya logika, jika sudah mau berkoalisi pasti siap juga “dieksekusi”.
Sejak itu, asal ada peluang Bu Pamong dan Bun Yani menuntaskan birahi. Sarweni sepertinya sudah lupa akan suaminya di luar negeri. Sampai kemudian terjadilah “tragedi” dalam perut Sarweni. Tahu-tahu dia hamil 4 bulan, hasil kerjasama nirlaba bersama Bun Yani lelaki tetangga. Bingunglah keduanya. Mau dinikah, di samping Sarweni masih istri orang, Bun Yani punya istri sendiri. Jalan praktisnya kemudian, janin itu digugurkan paksa.
Lagi-lagi sial, janin hasil pengguguran itu dibuang sembarangan, seperti buang bangkai kucing saja. Tetanggapun kaget dan menyelidiki, hasilnya mengarah ke Bu Pamong Desa. Akhirnya dia ditangkap bersama Bun Yani sang “penyetrom”. Dalam pemeriksaan keduanya mengakui apa adanya. “Saya malu, bagaimana harus bertanggungjawab pada suamiku,” kata Sarweni.
Jawab saja: Bun Yani ini Plt suami yang sedang cuti luar negeri. (TBJ/Gunarso TS)
sumurPerangkat desa atau biasa disebut pamong, itu jabatan bergengsi di tingkat kampung. Jaman sebelum Orde Baru, mereka ditunjuk oleh Pak Kades terpilih, biasanya dari famili dekat. Setelah era Orde Baru dan era reformasi, pamong desa juga harus mengikuti seleksi, fit and proper test, di kecamatan bukan di DPR. Mereka yang terpilih akan menerima gaji berupa bengkok sawah. Khusus untuk Sekretaris Desa atau Pak Carik, akan menerima gaji PNS.
Ny. Sarweni yang tinggal di desa daerah Kecamatan Subah Kabupaten Batang, di kampungnya sangat dihormati, karena dipercaya Pak Kades menjadi perangkat desa. Itu berarti peningkatan karier dan rejeki. Tambah-tambah suaminya juga jadi PNS yang bermasa depan. Buktinya mendapat tugas ke luar negeri hingga tahunan. Dengan demikian secara ekonomi keduanya bisa disebut: kayane ngumpul (ungnya banyak).
Secara materil Ny. Sarweni memang berkecukupan. Tapi secara onderdil, ini yang bikin dia sangat menderita. Berbulan-bulan, bahkan tahunan, jauh dari suami. Walhasil, meski Ny. Sarweni ini perangkat desa, tapi “perangkat”-nya sendiri nganggur. Setiap malam dia kedinginan, rindu akan kehangatan. Tapi di rumah adanya hanyalah kompor tanpa makna.
Rupanya kegelisahan dan kegundahan jiwa Sarweni terbaca oleh tetangganya, Bun Yani, 43. Orangnya lumayan ganteng, hanya rambutnya mulai nyambel wijen (banyak uban). Dia sepertinya tahu persis apa yang bergejolak dalam jiwa dan sanubarinya. Padahal Bu Pamong Desa ini lumayan cakep, sehingga sebagai lelaki normal Bun Yani sempat menggumam, “Saya juga mau memberi solusi, mengurai masalah tanpa jadi masalah.”
Sebagai tetangga dekat, Bun Yani yang ke mana-mana suka bawa tas punggung itu punya akses lebih mudah kepada Ny. Sarweni. Di kala rumah lagi sepi, dia main ke rumahnya, ngobrol ngalor ngidul atas nama pergaulan antar tetangga. Padahal batinnya selalu mengatur strategi bagaimana bisa menggauli. Dan karena rasa sepi Sarweni yang berkepanjangan itu, Bun Yani optimis, hanya satu putaran sudah kena.
Ternyata prediksinya tidaklah meleset. Sekali dua kali ngobrol bersama tanpa jamuan makan ala Presiden Jokowi-Ketum Parpol, Sarweni – Bun Yani sudah nampak akrab. Buktinya diajak jalan bareng sudah bersedia, bahkan belanja ini itu ke pertokoan, juga tak keberatan. Lalu akhirnya, Sarweni pun dibawa ke hotel. Sebab Bun Yani memang punya logika, jika sudah mau berkoalisi pasti siap juga “dieksekusi”.
Sejak itu, asal ada peluang Bu Pamong dan Bun Yani menuntaskan birahi. Sarweni sepertinya sudah lupa akan suaminya di luar negeri. Sampai kemudian terjadilah “tragedi” dalam perut Sarweni. Tahu-tahu dia hamil 4 bulan, hasil kerjasama nirlaba bersama Bun Yani lelaki tetangga. Bingunglah keduanya. Mau dinikah, di samping Sarweni masih istri orang, Bun Yani punya istri sendiri. Jalan praktisnya kemudian, janin itu digugurkan paksa.
Lagi-lagi sial, janin hasil pengguguran itu dibuang sembarangan, seperti buang bangkai kucing saja. Tetanggapun kaget dan menyelidiki, hasilnya mengarah ke Bu Pamong Desa. Akhirnya dia ditangkap bersama Bun Yani sang “penyetrom”. Dalam pemeriksaan keduanya mengakui apa adanya. “Saya malu, bagaimana harus bertanggungjawab pada suamiku,” kata Sarweni.
Jawab saja: Bun Yani ini Plt suami yang sedang cuti luar negeri. (TBJ/Gunarso TS)
Diubah oleh unomz 11-12-2016 07:55
0
6.4K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan