Mendengar terjadi Gempa di Pidie Jaya Aceh, saya yang lagi berada di Jepang mencoba mengumpulkan referensi tentang penanganan gempa. Bersyukurnya sehari setelah gempa, tanggal 08 Desember 2016 saya diundang oleh Geological Survey of Japan. Lembaga riset dalam melakukan survei dan analisa teknis masalah Geologi.
Langsung aja Agan saya sampaikan cerita-cerita beserta foto biar agan semua ada gambaran.

kantor GSJ

memasuki ruang museum langsung disambut peta Jepang di langit-langit. Bola lampu warna-warni yang menggantung pada peta Jepang adalah lokasi pusat gempa. Jarak tali yang menggantung adalah jarak sumber gempa dari permukaan bumi ke arah pusat bumi.Semakin pendek tali, berarti sumber gempa semakin dekat dengan permukaan.

Relief peta Jepang dengan kontur ketinggian pegunungan dan kedalaman laut proporsional, dengan skala 1:13.300. Lbih mudah dalam mengenali topografi suatu daerah.

Posisi gunung Fuji tergambar jelas dalam peta relief.

Data-data tentang potensi sumber daya alam Indonesiapun, tak luput dari peta dunia di ruang museum.

Penanganan terhadap kemungkinan erupsi gunung-gunung yang masih aktif juga dipelajari dalam GSJ.

Struktur pergerakan tanah dan lapisan-lapisan kerak bumi juga menjadi referensi terhadap analisa pergerakan tanah, yang menyebabkan Gempa.

Peta diatas menunjukkan kenapa Jepang memiliki rata-rata jumlah gempa pertahun yang tinggi, sekitar 400 kali pertahun. Karena Posisi Kepulauan Jepang merupakan pertemuan Lempengan Pasifik-Lempengan Laut Pilipina-Eurasian Plate-Lempengan Amerika Utara.

Posisi Indonesia juga berada dalam daerah yang rawan gempa, warna hijau pada relief peta diatas adalah daerah lempengan bumi yang berpotensi gempa. Samudera Hindia dari sisi barat Pulau Sumatera sampai sisi selatan Pulau jawa.
Selain itu Pulau Sulawesi dan Pulau Papua memiliki potensi gempa yang sama. Hanya Pulau Kalimantan yang dirasa aman dari Gempa dan Gunung Berapi. Melihat kondisi seperti ini sebaiknya ada kebijakan dalam mengantisipasi datangnya gempa dan tsunami.
Jepang merupakan negara dengan tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap tanggap bencana. Saya menyebutnya kerjasama ABG,Akademisi, Bisnis dan Goverment. Ketika terjadi bencana di suatu daerah maka ketiganya sudah jelas dalam pembagian tugasnya. Saya berkesempatan berkunjung ke Tohoku University dan berjumpa dengan Profesor yang masih sangat muda. dan beliau bercerita tentang totalitas pemerintah dan korporasi mendukung penelitiannya tentang gempa dan tsunami. Produk kampus benar-benar di aplikasikan dalam penanganan gempa. Bagaimana fihak kampus mendesain tata kota yang baru dengan mengevakuasi satu kawasan untuk dipindahkan ke daerah yang lebih aman dari bencana. Fihak pemerintah dan korporasi pun mendukung. Pemerintah menyiapkan lahannya sedang koprorasi menyiapkan perumahannya.

Saya berkunjung juga di Kota Onagawa tempat lokasi bencana gempa dan tsunami yang besar beberapa tahun lalu di Jepang. Yang sempat merusak Pembangkit Nuklir. Sekarang pembangunan begitu massive di Onagawa dan sekitarnya. Untuk membangkitkan motivasi masyarakatnya yang sempat hancur karena beberapa dari mereka kehilangan keluarganya. Bahkan ada yang tinggal sebatang kara. Hebatnya masyarakat Jepang menemukan momentum ketika seorang anak kecil menuliskan kata-kata yang membangkitkan. Sekarang kalimat itu seperti menjadi cover wajib setiap buku di kota itu.

dan selalu ada sudut menarik dari instansi di Jepang. Menciptakan suasana nyaman bagi pengunjung, tidak heran jika di sudut kantor akan dijumpai pajangan seperti diatas. Menarik bagi anak-anak yang datang.

setiap instansi di Jepang selalu ikonik. Resepsionis selalu punya ikon-ikon dengan boneka lucu, disudut kanan meja. Kantor pemerintahpun jauh dari kesan angker.

thanks brother, semoga bermanfaat