

TS
sudutseku2
Karma Lembaga Survei
Karena Menerka-nerka Tak Selalu Benar..



Akhir-akhir ini banyak lembaga survei yang merilis hasil prediksinya untuk Pilkada DKI Jakarta 2017. Hampir semua survey menunjukan menurunya tingkat dukungan kepada pasangan Ahok-Djarot. Pasangan petahana hanya berhasil menduduki posisi kedua dengan elektabilitas mencapai 22 persen, berdasarkan survei versi Politracking.
Hasil yang sama juga ditunjukan oleh hasil survei yang dirilis oleh Charta Politika Indonesia. Berdasarkan hasil survei ini pasangan Ahok-Djarot berada di posisi kedua Sylvi. Pasangan Ahok-Djarot, tingkat elektabilitasnya mencapai angka 28,9 persen.Hasil yang sama juga ditunjukan oleh hasil survei yang dirilis oleh Charta Politika Indonesia. Berdasarkan hasil survei ini pasangan Ahok-Djarot berada di posisi kedua Sylvi. Pasangan Ahok-Djarot, tingkat elektabilitasnya mencapai angka 28,9 persen.
Memasuki masa kampanye seperti saat ini, hasil survei menjadi penting sebagai indikator kerja masing-masing timses. Semakin rendah hasil yang diraih biasanya timses masing-masing Cagub-Cawagub akan merancang strategi khusus untuk untuk membuat tingkat elektabilitas pasangan yang didukungnya naik.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa besar pengaruh survei elektabilitas terhadap probalilitas seseorang dapat memenangkan pemilihan?. Berikut merupakan beberapa contoh kasus yang berhubungan dengan survey tingkat elektabilitas :
- Hilarry Clinton vs Donald Trump
Pada pilpres Amerika Serikat tahun 2016, Hillary Clinton hampir selalu menang dalam survei. Berdasarkan survei CNN yang dirilis pada Agustus 2016, tingkat elektabilitas Hillary mencapai angka 52 persen sedangkan Trump hanya mengantongi 43 persen.
Tak tanggung-tanggung Hillary bahkan dimenangkan oleh lima lembaga surveisekaligus. Lembaga-lembaga tersebut antara lain, FiveThirtyEight mengunggulkan Hillary dengan peluang 70,9 persen, Reuters/Ipsos mengunggulkan Hillary 90 persen, New York Times mengunggulkan Hillary dengan 46 persen, jajak pendapat BBC memperkirakan Hillary Clinton menang dengan 48 persen, dan Real Clear Politics.
Akan tetapi pada akhir cerita publik dikejutkan dengan kemenangan mutlak Donald Trump, yang terjadi hampir diseluruh Negara bagian.
- Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli vs Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama
Pertarungan antara Fauzi Bowo dan Jokowi pada Pilgub tahun 2012 juga tak luput dari pantauan lembaga survei. Beberapa lembaga survei seperti memenangkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Salah satunya LSI, menurut lembaga ini pasangan Fauzi-Nachrowimendapatkan elektabilitas sebesar 49,1 persen.
Sementara itu pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama, menduduki posisi kedua pada pada survei tersebut, dengan tingkat elektabilias hanya 14,4 persen. Diposisi berikutnya Faisal Basri-Biem Benjamin (5,8 persen), Alex Noerdin-Nono Sampono (3,9 persen) dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria yang hanya mendapat 1,2 persen.
Lagi-lagi hasil suvei yang dirilis oleh mayoritas lembaga suvei meleset. Pilkada yang berjalan dua putaran tersebut berhasil dimenangkan pasangan Jokowi-Ahok dengan mengantongi total suara 1.847.157 (42,6 persen) suara. Sementara pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi hanya mengantongi 1.476.648 (34,05 persen) suara.
Berdasarkan kedua contoh tersebut, survei tidak menjadi patokan kemangan dalam pemilihan kepala daerah maupun kepala Negara. Hal yang sama saat ini terjadi pada pasangan Ahok-Djarot. Djarot mengungkapkan bahwa dirinya tak akan terpengaruh terhadap hasil survei. Dia juga berharap apa yang terjadi pada Donal Trump juga bisa terjadi pada dirinya.
"Terima kasih, survei gratis. Semakin melucut kita untuk turun ke bawah (blusukan). Nanti kita buktikan. Penduduk Jakarta ada 10,1 juta. Pemilih 7 juta. Sampel responden kalau tidak salah 1.200 responden. Enggak apa-apa. Ada kaidahnya untuk pengetahuan kita semua," ujar mantan Wali Kota Blitar itu.


anasabila memberi reputasi
1
3.2K
23
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan