- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Burnesha, Ketika Tradisi Memaksa Perempuan Berubah Menjadi Lelaki


TS
tersenyumlah.
Burnesha, Ketika Tradisi Memaksa Perempuan Berubah Menjadi Lelaki



Quote:
Selamat datang. Salam hangat untuk agan dan sista semua. Thread pertama saya di Forum Sejarah & Xenology jadi mohon maaf jika ada kesalahan. Maklum masih amatir di bidang Sejarah. Kita sama-sama belajar membahas budaya unik yang ada di Albania. Selamat membaca dan jangan lupa @tersenyumlah.


Quote:
Quote:

Potret burneshadi masa tua.
Hampir di semua peradaban dunia pernah muncul fenomena terkait isu emansipasi yang melekat pada kaum Hawa dalam menuntut penyetaraan hak sosial politik, status, dan derajat terhadap lingkungannya. Dunia internasional mencatat nama Bunda Theresa sebagai pejuang emansipasi, sementara di dalam negeri mengenal salah satu tokoh nasional Raden Ajeng Kartini. Lewat curhat yang dia kirimkan kepada Abendanon di Belanda, kumpulan surat-suratnya diterbitkan menjadi buku berjudul Door Duisternis Tot Licht yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Peta wilayah Semenanjung Balkan, Eropa Selatan.
Pada hakikatnya hasil manis akan direngkuh bagi perempuan yang sukses memperjuangkan emansipasi. Tapi tidak untuk perempuan di Semenanjung Balkan, tepatnya di negara Albania beberapa abad silam. Albania yang menjadi wilayah strategis di Eropa Selatan, silih berganti ditaklukkan imperium besar, seperti Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bizantium, dan Kesultanan Turki Utsmaniyah. Asimilasi budaya selama berabad-abad telah menciptakan sebuah hukum tradisional tak tertulis yang disebut Kanun.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Potret salah satu burnesha.
Kanun
Kanun yang dikembangkan dari Kanuni i vjeter(Kanun klasik) terus dimodifikasi sesuai zaman, keadaan sosial politik, dan lokasi. Beberapa variasi Kanun bermunculan, seperti (berurutan) Kanuni i Leke Dukagjinit, Kanuni i Çermenikës, Kanuni i Papa Zhulit, Kanuni i Labërisë, dan Kanuni i Skenderbeut. Dari semua yang ada, Kanuni i Leke Dukagjinit dan Kanuni i Skenderbeut adalah yang paling mirip dan dikenang masyarakat. Kanun berpedoman pada empat aspek: nderi (kehormatan), mikpritja (hubungan bermasyarakat), sjellja (perilaku), dan fis (loyalitas klan). Salah satu keunikan Kanun adalah bersifat independen dan tidak berpihak pada agama manapun.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Potret salah satu burnesha.
Kanuni i Leke Dukagjinit dan Mimpi Emansipasi
Pada abad ke-15, berlaku Kanuni i Leke Dukagjinityang dipelopori oleh Leke Dukagjini, seorang bangsawan Albania yang memimpin komunitas Gheg (suku-suku utara Albania). Kanuni i Leke Dukagjinit mampu menghimpun kontrol hukum di wilayah utara Albania dan sekitarnya. Dalam penerapannya, Kanuni i Leke Dukagjinit berkonsep patriarki yang menjunjung tinggi superioritas lelaki sehingga menekan hak asasi dan merendahkan derajat perempuan.
Banyak butir-butir peraturan tidak logis yang diterapkan untuk perempuan, beberapa di antaranya:
1. Larangan kerja di beberapa instansi.
2. Larangan membeli tanah.
3. Larangan berbincang di tempat umum dengan lelaki.
4. Larangan membawa senjata.
5. Larangan merokok.
6. Larangan berada di tempat tertentu.
7. Larangan bermusik.
8. Larangan menggunakan aksesoris, dll.
Pada saat itu tidak banyak yang bisa dilakukan para perempuan di Albania. Dengan terpaksa mereka pasrah atas sistem zalim dan hanya mampu bermimpi emansipasi.
Burnesha
Hukum adat yang mencerminkan ketidakadilan pada perempuan malah memunculkan fenomena baru di tatanan masyarakat. Efek domino dari Kanuni i Leke Dukagjinit secara tidak langsung memberikan kesulitan pada keluarga-keluarga yang tidak memiliki anak lelaki. Anak perempuan yang dianggap tidak berguna pada akhirnya terpaksa berubah menjadi lelaki lewat ritual sumpah suci/perawan yang disebut burnesha atau virgjinesha.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Potret salah satu burnesha.
Ritual Burnesha
Perempuan yang memilih menjadi burneshamelakukan ritual sumpah suci/perawan di hadapan kepala desa dengan syarat disaksikan perwakilan dari 12 desa tetangga. Selanjutnya burnesha wajib mengenakan pakaian lelaki dan secara simbolis melakukan salah satu larangan untuk tanda resmi bahwa dia siap dilepas ke masyarakat patriarki dengan identitas baru.
Kehidupan Burnesha
Jalan hidup sebagai burnesha biasanya diambil oleh anak perempuan tunggal atau sulung tanpa melihat klasifikasi usia. Para pengamat yang menilik fenomena ini selama bertahun-tahun menyatakan, banyak alasan dan motivasi mengapa para perempuan itu mau mengabdikan diri hidup melajang demi keluarga. Sebagian besar alasan adalah tidak ingin menjadi beban bagi keluarga karena ketidakmampuan perempuan untuk bekerja dan bersosialiasi.
Beberapa kasus pada anak perempuan tunggal mencatat para burnesha ingin berbakti dan menjaga keluarga mereka. Konsep patriarki yang berlaku memang menjadikan perempuan seperti barang. Perempuan yang sudah berkeluarga diwajibkan tinggal di rumah pihak lelaki yang menyebabkan keterlantaran orang tua si perempuan. Tidak jauh beda dengan kasus anak perempuan tunggal, burnesha dari kalangan anak sulung juga bertujuan ingin berbakti dan menjaga keluarga, terutama melindungi adik perempuannya.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Potret salah satu burnesha.
Terlepas dari keterpaksaan yang ada, banyak juga motivasi lain para perempuan memutuskan menjadi burnesha, seperti menolak perjodohan pada lelaki yang tidak disukai, ketidakinginan menikah, bahkan hendak melibatkan diri pada gjakmarrja, konflik balas dendam antarklan. Para burneshaini dianggap setara dengan lelaki, termasuk harga darah dan uang kerahiman yang wajib dibayar penuh jika pelaku tewas dalam misi membela martabat keluarga. Hal ini sangat bertolak belakang dengan perempuan yang harga darah dan uang kerahimannya hanya dihargai setengah dari lelaki atau burnesha.
Sanksi
Dari semua alasan dan motivasi dapat disimpulkan bahwa fenomena burnesha tidak berhubungan dengan orientasi seksual. Itu sebabnya ada beberapa kasus penyesalan burnesha yang ingin kembali menjadi perempuan normal, meskipun sanksi yang harus diterima sangat berat, yakni hukuman mati.
Quote:
Spoiler for Gambar:

Potret salah satu burnesha.
Burnesha Saat Ini
Seiring perkembangan zaman dan era globalisasi yang memperjuangkan kesetaraan gender, praktik burneshaperlahan mulai ditinggalkan. Ketika rezim Komunis berkuasa di Albania, diktator Enver Hoxha melemahkan eksistensi Kanun yang berpengaruh besar pada melunaknya hukum tradisional terhadap perempuan. Dewasa ini, tradisi burnesha telah menghilang total di Kosovo, Montenegro, Dalmatia (Kroasia), Serbia, dan Bosnia-Herzegovina, namun masih dilakukan di utara Albania dan daerah terbelakang di Makedonia. Diperkirakan burnesha yang tersisa di Semenanjung Balkan berjumlah sekitar 40-50 orang.

Quote:
Terima kasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan agan dan sista semua.































Quote:
Spoiler for Referensi:
http://en.wikipedia.org/wiki/Albanian_sworn_virgins
http://en.wikipedia.org/wiki/Kanun_(Albania)

0
13.8K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan