JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Sekitar lima minggu lalu, persisnya 26 Oktober 2016, Racmawati Soekarnoputri menyerang kakak kandungnya Megawati Soekarnoputri. Serangan berupa sindiran itu disampaikan ketika Rachma menggelar acara bedah buku berjudul Revolusi Belum Selesai di Universitas Bung Karno.

Rachma menilai masalah bangsa semakin runyam saat Megawati Soekarnoputri memimpin bangsa ini. Saat itu, banyak terjadi perubahan yang mengubah kiblat bangsa menjadi berhaluan liberal ‎kapitalistik, tegasnya menyindir Megawati.

Tadi pagi Jumat (2/12/2016) pukul 05:00 WIB, Rachmawati dijemput paksa oleh polisi dan kini sedang diinterogasi terkait dugaan aksi melakukan makar atau pendongkelan Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.

Megawati, presiden ke-5 Republik Indonesia, sebegitu jauh belum menyatakan tanggapannya. Tapi mungkin saja Ketua Umum PDI Perjuangan akan berlaku diam. Bagi Megawati aksi diam tidak hanya berarti emas tetapi juga cara berpolitik.

Hal yang juga menarik adalah Megawati, dalam kapasitas sebagai Ketum PDI Perjuangan, kemarin petang (Kamis 1/12/2016) memerintahkan kader-kader partainya untuk bantu menjaga gedung MPR/DPR di Senayan. Perintah itu juga diberitakan oleh Netralnews.com pagi hari ini Jumat (2/12/2016).

Sekitar dua minggu setelah acara bedah buku, Rachmawati juga mengumpulkan 100 tokoh nasional juga di UBK (Universitas Bung Karno). Beberapa dari orang yang ditahan pagi tadi dengan tuduhan makar, juga hadir dalam acara yang disebut-sebut menampilkan 100 tokoh nasional itu.

Apakah hanya Rachmawati yang berada dalam pusaran isu makar? Bicara makar adalah bicara perencanaan, strategi, amunisi termasuk pendanaan, komunikasi dan seterusnya. Kepolisian mungkin masih akan menciduk aktor-aktor lain lagi. Siapakah mereka. Mari kita tunggu dan lihat.

http://www.netralnews.com/news/polit....megawati.diam

Jangan sampai gara2 nila setitik rusak susu sebelana, tau malah nasi sudah menjadi bubur..