

TS
metrotvnews.com
Menteri Hanif: Perlu Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja

Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengajak semua elemen untuk fokus menggenjot percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia. Kompetensi tenaga kerja Indonesia, masih didominasi lulusan SMA ke bawah.
Kementerian Tenaga Kerja saat ini tengah menggenjot skema pelatihan kerja. Skema ini harus menjadi prioritas negara, swasta, masyarakat sipil, dan termasuk serikat pekerja/serikat buruh.
"Pemerintah, dunia usaha, serikat pekerja, dan masyarakat harus investasi lebih banyak untuk pelatihan kerja agar kompetensi tenaga kerja meningkat dan bisa terserap di pasar kerja," cuit Hanif dalam akun Twitter pribadinya, @hanifdhakiri, Selasa (9/2/2016).
Untuk mewujudkan hal tersebut, kuncinya, lanjut Hanif yakni peningkatan akses dan mutu pelatihan kerja, agar semua orang bisa mendapatkan akses pelatihan kerja di mana saja dan dengan mutu pelatihan yang baik. Di semua daerah, Hanif menyarankan agar ada balai pelatihan kerja atau semacamnya yang bermutu baik dan bisa diakses oleh siapapun yang ingin meningkatkan kompetensi.
Balai latihan kerja itu nantinya perlu didampingi tempat uji kompetensi dan lembaga sertifikasi profesi agar tenaga kerja terlatih bisa mendapatkan sertifikasi profesi. Hal ini agar orang yang tidak mengenyam bangku sekolah sekalipun, tapi mempunyai kemampuan tertentu karena faktor pengalaman, harus bisa diproses untuk mendapatkan sertifikasi profesi.
"Tentu setelah standar kompetensinya disesuaikan," lanjut dia.
Selama ini, menurut Hanif, investasi sumber daya manusia dianggap hanya melalui pendidikan formal. Padahal, pelatihan kerja bisa jadi terobosan bagi percepatan investasi SDM.
Pendidikan formal, lanjut politikus PKB itu, memang penting dan wajib. Tapi, hal tersebut lebih ke arah jangka panjang. Pelatihan kerja juga penting dan bisa untuk jangka pendek, menengah, dan juga panjang.
"Jadi, akses dan mutu pendidikan formal harus digenjot. Demikian juga, akses dan mutu pelatihan kerja juga harus digenjot, secepat kita menggenjot pendidikan formal," tuturnya.
Hal tersebut perlu, karena melihat profil angkata kerja yang didominasi lulusan SMA ke bawah. Mereka semua, lanjut dia, sekarang menjadi bukti nyata.
"Anda tidak mungkin sarankan anak muda usia 18 tahun ke atas yang hanya lulus SD/SLTP/SLTA untuk sekolah lagi bukan? Hasrat dan kepentingan mereka sudah berbeda," tuturnya.
Mereka yang disebut Hanif, lebih ingin menikah dan bekerja mencari uang. Sekolah dianggap lagi tidak mungkin, akan tetapi, keinginan untuk bekerja tidak bisa karena tidak punya skill.
Orang-orang dengan usia produktif seperti itu membesar dari tahun ke tahun, seiring dengan bonus demografi yang dialami Indonesia sampai dengan tahun 2035, warga usia produktif meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, harus ditangani dengan terobosan cepat, yakni; peningkatan akses dan mutu pelatihan kerja agar bonus demografi tidak menjadi bencana.
Hanif percaya, terobosan tersebut konkretnya mendorong orang-orang dengan usia produktif untuk masuk skema pelatihan kerja, lalu berporses untuk mendapatkan sertifikasi profesi.
"Dengan begitu mereka bisa terserap ke pasar kerja atau berwirausaha. Itu orientasi dari skema pelatihan kerja yang harus digenjot," cuitnya.
Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...i-tenaga-kerja
---
Kumpulan Berita Terkait KEMENAKER :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
1.2K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan