Hallo agan dan sistaaaaa, selamat datang di thread ane yang paling baru nih.
Semua yang ada pada thread ini murni opini belaka, jika ada kesalahan dan kesamaan nama tokoh mohon maaf sebesar-besarnya



Berfikir positif atau berfikir realistis?, topik kali ini adalah pengalaman pribadi yang saya rasakan di tempat kerja. Pengalaman yang saya dapatkan disini adalah saya selalu diajarkan untuk selalu berfikir positif dengan apa yang diberikan atau diperintah atasan kepada kita. Alasan utama dalam berfikir positif disini adalah agar kita dapat bekerja dengan hati tenang dan selalu mengambil pelajaran dari masalah yang menerpa kita. Dan alasan lain mengapa diajarkan untuk berfikir positif adalah agar kita mampu menjadi pribadi yang tenang dan selalu tersenyum ketika menanggapi masalah.

Sampai disini berfikir positif sangat banyak manfaatnya ya? Hahaha, jangan risau dulu, pembahasan akan menjadi lebih seru saat berfikir positif dihadapkan dengan berfikir secara realistis. Hal ini saya dapatkan ketika saya secara tidak sengaja melihat salah satu member dari department saya sebut saja Mawar, sedang duduk jongkok mengikat tali sepatu atasannya sebut saja Ismed, sedangkan bapak Ismed sendiri sedang duduk santai membaca koran. Wahhhh belum selesai sampai disini, si Mawar ini setiap harinya selalu membuatkan kopi untuk bapak Ismed sekaligus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak seharusnya Mawar kerjakan. Pernah suatu hari Mawar diperintahkan bapak Ismed untuk mengambilkan sebuah spidol papan tulis, setelah Mawar memberikan spidol itu kepada bapak Ismed maka segera beliau masuk kedalam ruang meeting. Tidak lama berselang bapak Ismed keluar dengan muka geram datang kepada Mawar sembari mengatakan "INI SPIDOL TIDAK DAPAT DIPAKE, BECUS NGGAK SIH KERJA?" dan serentak satu ruangan mendengar teriakan beliau, betapa malunya Mawar dengan perlakuan beliau. Pertanyaan dari kasus barusan adalah, apakah harus seperti itu memperlakukan pekerjanya? Dan masih mau berfikir positif?
Setiap pekerja pasti memiliki tugas dan peranannya didalam sebuah perusahaan, mustahil dong perusahaan merekrut orang cuman buat ngikat tali sepatu? Saya pernah membaca salah satu buku biografi dari mendiang bob sadino, kurang lebih begini pernyataan beliau :



Pernyataan diatas sekilas memang terdengar kasar dan meremehkan, tapi kalo kita telaah lagi ada benarnya. Bayangkan saking asiknya kita kerja, saking getolnya mengabdi kepada perusahaan kita sampai tidak bisa membedakan mana dikerjain mana dipekerjakan, kan bodoh ya. Wajarnya orang bekerja memiliki jobdeks atau list pekerjaan yang memang sudah disiapkan sebelum melakukan perekrutan, jobdesk itu sifatnya adalah hak, mengapa? Karena jobdesk adalah pelindung kita dari dikerjain oleh atasan dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak masuk akal dimana secara tidak langsung sudah menginjak-injak harga diri kita. Jobdesk juga memiliki peranan penting terhadap status seseorang didalam perusahaaan, apakah dia “dianggap” atau “tidak dianggap” keberadaannya di perusahaan tersebut.

Setelah saya telisik lebih lanjut pangkat Mawar disini adalah seorang SUPERVISOR. Bayangkan dalam waktu satu bulan Mawar sudah hampir jatuh sakit lebih dari 5 kali, akan tetapi tidak sampai sakit sudah kembali sehat karena dibantu oleh vitamin yang menyokong daya tahan tubuhnya. Sempat salah satu atasan dari Mawar mengatakan “jangan difikir ya kalo sakit itu hak, kalo sampai kalian sakit itu salah kalian tidak bisa menjaga kesehatan”. Jika ditelaah lagi jam kerja Mawa bukan jam kerja yang normal loh, secara UUD pasal 77 ayat (2) yang berlaku di Indonesia jam kerja seorag pegawai itu tidak boleh lebih dari 14 jam dalam waktu 1 minggu yang artinya dalam waktu satu bulan maksimal lembur 56 jam. Sedangkan menurut data yang saya dapatkan, jam kerja lembur mawar adalah 178 jam dalam waktu 1 bulan yang artinya 3.2 kali dari batas wajar yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan menurut bob sadino :



Kira-kira bagaimana mau sehat kalo hati sakitkarena punya atasan kebanyakan tingkah, istirahat nggak cukup karena kerja nggak ada jedanya, jangankan olahraga teratur, mau pulang tepat waktu aja susah.

Kembali ke topic utama, sebenernya kita harus selalu berfikir positif nggak sih? Jawabnya “BIG NO” karena kalau terus-terusan berfikir positif kita nggak akan pernah sadar bahwa sebenernya kita sedang dikerjain atau bahkan sedang berusaha dicelakai. Pola pemikiran yang benar adalah “berfikir realistis”, sehingga kita akan lebih bisa menyesuaikan perlakuan kita terhadap keadaan disekitar, kalo lagi dikerjain ya protes atau bahkan tinggal saja jangan diambil positifnya, jangan sampai kita jadi orang yang kerjain-able. Kalo lagi dimarahin dan kita salah baru berfikir positif dan ambil pelajarannya agar kita bisa lebih baik lagi nantinya. Keuntungan berfikir dengan cara seperti ini adalah kita akan mengalami kehidupan yang tenang tentram dan selalu terhindar dari sifat yang menyusahkan diri.

Dengan berfikir realistis kita akan bisa membedakan mana yang seharusnya dikerjakan mana yang seharusnya ditinggalkan. Mengapa masih banyak orang bekerja dengan gaji tinggi tapi nggak bahagia? Karena mereka hanya berfikir positif, setiap kali mengalami masalah selalu diambil positifnya sedangkan sisi negatifanya dibuang. Padahal kalo kita tinjau lebih dalam lagi, secara otak kita bisa manipulasi agar mengacuhkan hal negative sekali atau dua kali. Akan tetapi jika terlalu sering maka secara tidak kita sadari hati akan mulai risau, pada fase inilah berfikir positif sangat tidak dianjurkan karena jika diteruskan maka kita akan dipandang semakin rendah saja oleh rival kita.

Makasih banyak gan, demiian posting thread ane, semoga bermanfaat. Jika berkenan komen menggunakan bahasa yang menyenangkan dan membangun dan jangan lupa