Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyayufajrinaAvatar border
TS
nyayufajrina
LAKON TAKDIR PART II (Cinta, Agama)
“Dek?” Dia menunduk menatap wajahku lamat-lamat.

Aku masih berdiam diposisiku.

“Dek?” Lagi-lagi dia memanggil.

Aku pun masih berdiam di posisiku.

“Astaghfirullah Dek, mungkin mas saat ini jahat, atau kejam. Tapi percaya Dek, ini demi kebaikan kita.” Dia bersuara dengan nada setengah frustasi. Aku pun frustasi tidak paham dengan semua kalimat yang dia lontarkan.

“Kenapa?” Suaraku terdengar lirih, sangat lirih.

“Mas tidak ingin kita terlalu jauh dek, bukan, bukan seperti yang kamu kira dek.” Dia buru-buru menambahkan setelah aku berani mendongakkan kepalaku ke hadapannya. Lalu apa? Tapi bibirku hanya diam menunggu dia melanjutkan kalimatnya.

“Mas hanya tidak mau goyah dan terjebak dalam ikatan semu, mas hanya mendambakan ikatan yang seharusnya. “ Dia berbicara sambil menghela nafas. Aku makin tak paham apa yang dia katakan. Ikatan? Ikatan apa? Tapi sebelum aku bersuara, dia kembali melanjutkan.

“Kita sama-sama paham perasaan kita satu sama lain selama dua bulan terakhir ini, tanpa harus mas jelaskan perasaan mas selama ini. Mas hanya laki-laki yang masih dipenuhi hawa nafsu, mas masih ingin terus istiqomah di ajaran-Nya dek, Mas tidak mau goyah karena pertemuan kita selama ini dan akhirnya terjebak dalam ikatan pacaran.” Ada jeda setelah dia menjelaskan dengan gamblang penyebab keabsenannya selama ini. “Beri mas waktu dek, sampai mas bisa menata kembali perasaan mas, sampai mas berani dan siap bertemu seperti ini.” Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan kursi di hadapanku yang kembali kehilangan tuannya?

“Terusin puasa senin kamisnya ya dek, jangan putus. Mas percaya kalau kamu lebih dewasa dari kelihatannya.” Dia mengucapkannya sambil tersenyum, senyum khas yang pertama kali dia perlihatkan di awal pertemuan kami. Aku masih terisak, dia pergi meninggalkan bangku di hadapanku, aku masih diam terisak. Aku baru benar-benar menegakkan kepalaku setelah sosoknya benar-benar menghilang di hadapanku. Yaa Rabb sungguh aku bingung, mengapa kami harus dipertemukan jika memang tidak Kau ridhoi? Tanganku masih kaku menggenggam gelas kopi, badanku menggigil meredam isakan tangis. Setengah jam aku masih betah diposisi ini, kuhabiskan kopiku lagi-lagi dalam dua kali teguk. Tapi kali ini bukan panas yang menyambut lidahku, melainkan rasa dingin dan pahit. Aku tertawa, tertawa getir setelah tahu akhir cerita apa yang kami perankan.

Benar, dari awal kami memang seperti air yang mengikuti bentuk wadahnya, dari awal kami hanyalah lakon yang memerankan skenario yang berjudul takdir. Jika memang ini akhir cerita yang ditulis dalam skenario, kami tidak ada hak untuk menuntut apapun, kami hanya dituntut untuk memerankannya sebaik mungkin.

Bersambung..
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
871
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan