- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
RI Masih Bergantung kepada Utang


TS
elvina.s
RI Masih Bergantung kepada Utang

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Robert Pakpahan di Jakarta, Rabu (17/8/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dipastikan akan terus menambah utang pada tahun ini meski total utang sudah mencapai Rp 3.400 triliun. Masih defisitnya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mau tidak mau membuat Indonesia terus bergantung kepada utang.
"Iya, kita masih bergantung sama utang," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Untuk tahun ini, defisit anggaran diperkirakan mencapai Rp 296 triliun atau 2,23 persen dari PDB. Artinya, tambahan utang pada tahun ini sekitar jumlah defisit tersebut.
Menurut Robert, penambahan utang dilakukan untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Hal itu sangat penting di tengah masih melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
"Selama ada defisit mau enggak mau harus nambah utang. Tetapi hal yang lazim sih dan juga untuk memastikan pengeluaran-pengeluaran prioritas itu bisa kita biayai," kata Robert.
"Apalagi ekonomi lagi slowdown, kalau pemerintah pun enggak ngeluarin pengeluaran, makin pertumbuhannya (ekonominya) makin merosot ke bawah," imbuhnya.
Dianggap Gagal
Utang pemerintah pada kuartal II 2016 melonjak 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun kenaikan utang pemerintah dinilai gagal mendongkrak produktifitas ekonomi nasional.
Sebab keseimbangan primer Indonesia justru mengalami defisit. Defisit primer berarti kondisi dimana pengeluaran tanpa beban utang lebih besar dari jumlah penerimaan negara.
"Kalau dilihat secara makro, ketika utang ditambah dan defisit keseimbangan primer ikut bertambah, itu dipastikan utang itu tidak produktif," ujar Direktur Indef Enny Sri Hartati kepada Kompas.com.
Padahal, utang seharusnya bisa menjadi modal tambahan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Tetapi hal itu dinilai tidak terjadi di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri mengakui defisit keseimbangan primer membuat pemerintah harus menarik utang untuk membayar utang sebelumnya.
Dari data dua tahun terkahir, defisit keseimbangan primer Indonesia sebesar Rp 93 triliun pada 2014. Sedangkan pada 2015 defisitnya mencapai Rp 142 triliun.
"Tambahan utang baru tidak bisa membiayai utang yang harus dibayar. Artinya sekalipun pemerintah menambah utang, tidak ada sumber tambahan untuk pembiayaan pembangunan. Itu makanya timbul pertanyaan kenapa keseimbangan primer kita defisit," kata Enny.
Sumber : " http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...g.kepada.Utang "
0
2.7K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan