- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mencari Kebakaran Hutan Di Papua


TS
andykeprett
Mencari Kebakaran Hutan Di Papua
Mencari Kebakaran Hutan Di Papua
Ini Video yang saya abadikan:
Part 2
Perjalanan ke Papua sungguh tak terlupakan. Betapa tidak, negeri paling timur di Indonesia yg dipersepsikan sangat terbelakang, ternyata salah besar. Negeri ini sudah maju dan potensi kedepan akan lebih maju lagi.
Dalam perjalanan ke Papua untuk mencari kebakaran dan dampak kebakaran hutan di Papua (di kisahkan di Part 1), kami transit di Bandara Sentani Jayapura. Bandaranya cukup besar. Mampu mendaratkan Garuda Boing 737 900 atau bahkan pesawat lebih besarpun memungkinkan. Kepadatan penerbangan di Bandara ini juga cukup tinggi. Terlihat kerapihan dan kebersihan di bandara ini. Selain warga biasa, beberapa expatriat terlihat diantara para penumpang pesawat.
Keteraturan sebuah kota biasanya tercermin dari bandaranya. Saya membuktikannya di kota Merauke. Kota kecil tepat berbatasan langsung dengan Papua Nugini, Bandara di Merauke pun cukup besar untuk sebuah kota kabupaten. Rapi dan teratur. Kotanya juga rapi dam ramai. Segala fasilitas di kota ini tersedia. Supermaket, salon bahkan panti pijat .
Tak cukup sampai disini kekaguman saya terhadap negeri Papua ini. Ketika ke kota Asiki yg berjarak hampir 300km dari Kabupaten Merauke, hampir seluruh perjalanan sudah mulus berlapis aspal.
Tentu saja pemandangan ke Kota Asiki sangat asyik. Terkadang melewati rimbunan hutan, sungai yang berkelok, hamparan kebun yang luas, bukit yang sambung menyambung. Intinya mata disajikan dalam panorama eksotis yg sulit terlupakan.
Panjangnya perjalanan ke Kota Asiki tak terlalu mengkuatirkan khususnya soal ketersediaan makanan. Beberapa lokasi di sepanjang perjalanan sudah tersedia. Banyak pedagang makanan yang menyediakan berbagai makanan. Juga tak perlu meragukan kehalalannya khususnya bagi umat muslim. Para pedagang makanan kebanyakan pendatang dari Pulau Jawa yang beragama Islam. Katanya ayamnya potong sendiri secara Islam.
Sesampai di Kota Asiki, selain mencari tau tentang kebakaran hutan yang di gembar-gemborkan sebuah LSM asing, saya penasaran juga dengan kehidupan masyarakatnya.
Secara khusus saya memperhatikan masalah toleransi. Di Asiki di dominasi oleh warga Kristen, walaupun demikian, sangat terasa harmonisnya penduduk di Kota kecil ini. Kebetulan saya berada di kota ini pada hari Jumat. Di Kota Asiki ini ada sebuah masjid yang di bangun oleh Korindo. Lumayan besar Masjid ini. Mampu menampung hingga 1000 jamaah. Masjid ini sangat penuh pada waktu solat Jumat. Tak ada bedanya dengan masjid-masjid di pulau Jawa yg dipadati ketika sholat Jumat. Masjid ini sangat lengkap fasilitasnya, mulai dari halaman yg luas, ada sekolah Paud dan bahkan disini juga dilengkapi madrasah. Disamping Masjid ini, bahkan dibangun taman yang sangat luas dan Indah sebagai tempat bermain anak anak dan warga Asiki. Terasa tak berada di Papua ketika berada di lingkungan ini.
Bagaimana kehidupan ekonominya? Kami sempat mampir di sebuat pasar di Kota Asiki. Kata para ekonom, untuk memastikan bergeliatnya ekonomi sebuah tempat, datangilah pasarnya. Di Kota Asiki ini, pasarnya sangat ramai. Ratusan Pedagang berbagai hasil pertanian menjajakan hasil perkebunannya dan pembelinya juga ramai. Dagangan yg di jajakan terlihat sangat segar. Saya membeli se-tandang pisang. Rasanya asli. Manis. Bukan hanya hasil perkebunan di pasar ini karena ada juga yang menjual tekstil, dan kebutuhan pokok lainnya.
Penduduk di Kota Asiki memang sebagian besar adalah bertani. Baik sebagai petani penggarap ataupun pemilik lahan. Mereka umumnya pekerja keras dan menikmati hidup. Sebagian juga masih berburu. Untuk pekerjaan berburu ini perlahan mulai ditinggalkan, walaupun beberapa warga mengatakan masih melakukannya karena hobby.
Selain bertani, warga di Kota Asiki juga mulai mengembangkan peternakan ayam. Peternakan ayam ini cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan protein. “Ayam banyak dibeli pedangang bakso” ungkap alax yang menjadi peternak ayam pedaging di kota ini.
Bagaimana kebakaran hutan yang dicari? sebagaimana cerita di part 1, kebakaran hutan ternyata tak kutemui. Itu kesimpulanku setelah melihat langsung, wawancara pimpinan daerah, kepala suku, aparat keamanan dan juga pemuka agama. Belum lagi data-data yang kutemui di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Yang kutemui sebaliknya yaitu Papua yang aman damai dan menyenangkan. Saya melihat Papua ini negeri yang sangat potensial. Saya sangat apreciate pada Korindo yang telah membangun masyarakat beradab di Papua. Jejak keberadaan Korindo sangat terasa di Asiki mulai dari pembangunan sarana ibadah, pemberdayaan ekonomi (Pasar, kebunan karet, taman bermain, Balai latihan kerja, Rumah Sakit, dll) Pemerintah membutuhkan mitra seperti ini bukan hanya mengelola bisnis tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Read Moree

Quote:
Part 1
Saya termasuk yang beruntung “diajak melihat” Merauke Papua dari dekat oleh Korindo, sebuah perusahaan swasta nasional yang memiliki lahan perkebunan sawit di Merauke Papua.. Saya menyadari bahwa ajakan ini tentu saja efek “kicauan” LSM Mighty tentang “Burning Paradise”.
Sebetulnya Korindo telah menjelaskan bahwa laporan LSM Asing” Mighty itu tidak benar. Korindo juga menyertakan data yang membantah telah terjadi pembakaran hutan. Tapi penjelasan dinilai tak cukup sehingga kondisi Papua harus dilihat secara langsung.
Dan kini bersama 12 orang wartawan saya berangkat ke Papua untuk melihat keadaan yang sesungguhnya. Ini keberangkatan kali pertama saya ke Papua. Tentu saja saya sangat exciting dan bersemangat. Bayangkan saja. Seharusnya pesawat akan bertolak ke Papua pukul 23.00 Wib, tapi saya telah tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 18.00 Wib atau 5 jam sebelum keberangkatan. Hebat kan? akibatnya saya memiliki cukup waktu untuk menikmati kemegahan terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta. Bandara ini benar-benar megah.
Perjalanan Jakarta-Merauke ditempuh 8 jam. Ini sudah termasuk transit di Jayapura selama 30 menit sebelum melanjutkan ke Merauke dengan pesawat yang sama. Disaat para penumpang lainnya masih terlelap, saya sudah saya termasuk yang beruntung sempat melihat keindahan Papua di pagi hari dari udara. Terlihat hutan yang sangat lebat. Sepanjang mata memandang hampir semuanya menghijau. Sesekali terlihat danau di tengah lebatnya hutan. Terlihat juga sungai yang meliuk membelah hutan. Sungguh luas tanah Papua ini.
Dari atas pesawat saya sempat berguman, dimana yah bekas kebakaran hutan itu. Bisa terlihat kah dari atas pesawat. Cukup lama pesawat melintasi hutan yang sangat lebat sebelum mendarat di Bandara Sentani Jayapura pukul 09.00 Wit.
Penasaran tentang kebakaran hutan itu masih membuncah. Setelah transit dari Jayapura menuju Merauke, saya tetap memandang keluar, berharap-harap menemukan hamparan bekas terbakarnya hutan, namun tak juga menemukan, hingga akhirnya pesawat sudah berada di ketinggian membelah awan.
Jam 9.00 Wit, mendarat di Merauke. Merauke tak seperti yang kubayangkan. Kota paling timur Indonesia ini sangat ramai dan serba lengkap seperti kota-kota lain di Indonesia. Disini ada hotel bintang 3 dan bintang 4, salon, supermaket, restoran, dll.
Agenda pertama di Merauke bertemu Bupati Merauke, sayangnya beliau mendadak sakit sehingga digantikan oleh Bapak Thasoni betaubun, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Merauke. Segala hal dijelaskan kepada media diantaranya masalah ekonomi, sumberdaya manusia, budaya termasuk masalah lingkungan dan issu separatisme, keamanan dan lain-lain.
Secara khusus saya menanyakan tentang kebakaran hutan dan tudingan LSM Asing tentang kebakaran hutan di Papua dan secara khusus di lahan Korindo. Diluar expektasi saya dia mengatakan tudingan LSM asing itu mengada-ada dan tanpa fakta. “ Di Merauke hanya percikan api saja tak mengganggu sama sekali. Tidak seperti yang dibicarakan LSM Asing itu”, ujarnya. Dia menambahkan kebakaran hutan terjadi di tahun 2015 lebih kepada faktor alam. Bukan oleh industri sawit yang digembar-gemborkan oleh LSM asing tersebut. Dia juga menyatakan tahun 2016 bahkan tak ada sama sekali.
Tentu saja saya mempercayainya karena dia mempertaruhkan harga dirinya jika berbicara bohong di depan media. KEpercayaan saya juga utuh karena dia juga penduduk asli dan tentu saja memahami segala konteks dan kejadian di papua.
Cukup sejam berbincang dengan Pak Soni, perjalanan dilanjutkan ke Desa Asiki yang berjarak 270 km dari kota Merauke. Asiki adalah lokasi utama perkebunan Kelapa Sawit Milik Korindo. Hampir 6 jam perjalanan dilalui untuk sampai kesana. Surprise nya, perjalanan ke sana sudah melalui jalan aspal. hanya sebagian kecil jalan yang rusak. Dengan menaiki kendaraan double gardan, jalan rusak tersebut tentu tak menimbulkan kendala karena mudah saja untuk dilalui.
Tiba di Desa Asiki Pukul 22.00 Wit, disambut oleh pimpinan dan karyawan Korindo dengan keramahan dan penuh kehangatan. Tentu saja dengan jamuan makan malam yang sangat lezat. Tak berpanjang lebar, seluruh rombongan menyantap seluruh hidangan yang tersaji.
Hari pertama di Asiki pukul 07.00 19 Oktober 2016, Korindo memberikan informasi panjang lebar dan detil tentang Korindo. Dimulai awal berinvestasi di tahun 1967, misi yang hendak dicapai, program CSR hingga program lingkungan yang dilakukan, pemberdayaan masyarakat. Juga tak lupa dijelaskan mekanisme pembukaan lahan, antisipasi kebakaran hutan dan juga kemitraan bersama masyarakat.
Yang menarik, adalah pernyataan Pak John Way, Kepala BKPM Propinsi Papua yang turut hadir pada acara sosialisasi dengan media dihari pertama tersebut. “Korindo adalah perusahaan yang taat aturan. Korindo memiliki komitmen yang baik untuk Papua sehingga tak mungkin melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri”, ungkapnya. Dia juga mengemukakan bahwa Korindo mendapatkan penghargaan CSR dari pemerintahan propinsi Papua tahun 2015.
Tak cukup dengan penjelasan Korindo yang diperkuat oleh Kepala BKPM Papua, Saya dan 12 jurnalis lainnya diajak berkeliling langsung ke areal kebun sawit. Baik pada perkebunan yang baru dibuka ataupun yang sudah berproses lama. Hampir tak ada jejak api yang terlihat. Untuk membuat para jurnalis semakin yakin, dibawa nya pula awak media sebanyak 2 kali melihat dari menara pandang yang tingginya 28 meter.
Dari menara pandang, kami mampu melihat seluruh hamparan kebun sawit dan juga melihat gerakan-gerakan yang ada termasuk potensi kebakaran dan lain-lain. Berjam-jam kami berkeliling melintasi perkebunan sawit. Hal ini tentu dimaksudkan agar media bisa melihat langsung keadaan disana. Bahkan dengan petani penggarap pun, awak media dapat berinteraksi langsung dan bertanya dengan sebebas-bebasnya.
Tak cukup sampai disitu, Korindo memperlihatkan simulasi pemadam kebakaran hutan dengan melibatkan unsur Kepolisian, TNI, Pemerintah Daerah, Palang Merah Indonesia dan juga pengamanan Internal perusahaan. Hampir 300 personal dilibatkan dengan melakukan simulasi seolah-olah terjadi kebakaran hutan dan segera dilakukan penanganan.
Kapolres yang memimpin langsung simulasi pemadaman kebakaran tak luput juga dari konfirmasi wartawan tentang kejadian kebakaran di tahun-tahun sebelumnya. KONFORM… dia mengatakan tak ada kebakaran di Papua yang memakan areal yang luas. “Tahun lalu ada kebakaran tapi sangat sedikit. Itupun karena kondisi alam. Kami mampu mengantisipasi dengan mudah dan cepat”, jelasnya di hadapan wartawan.
Tiga orang narasumber non Korindo (Staf Ahli Ekonomi Pemda Papua, Kepala BKPMD Papua dan Kapolres Boven Digoel) telah mengkonfirmasi dan juga melihat langsung ke lokasi dengan berkeliling dan juga melalui menara pandang tenkonfirmasi bahwa tak ada kebakaran hutan yang massif untuk program pembukaan lahan hutan.
Kini saya jadi bertanya-tanya…Data LSM asing itu darimana dan di wilayah mana yang terbakar? Patut diduga informasi mereka tidak valid dan mengada-ada.
Saya termasuk yang beruntung “diajak melihat” Merauke Papua dari dekat oleh Korindo, sebuah perusahaan swasta nasional yang memiliki lahan perkebunan sawit di Merauke Papua.. Saya menyadari bahwa ajakan ini tentu saja efek “kicauan” LSM Mighty tentang “Burning Paradise”.
Sebetulnya Korindo telah menjelaskan bahwa laporan LSM Asing” Mighty itu tidak benar. Korindo juga menyertakan data yang membantah telah terjadi pembakaran hutan. Tapi penjelasan dinilai tak cukup sehingga kondisi Papua harus dilihat secara langsung.
Dan kini bersama 12 orang wartawan saya berangkat ke Papua untuk melihat keadaan yang sesungguhnya. Ini keberangkatan kali pertama saya ke Papua. Tentu saja saya sangat exciting dan bersemangat. Bayangkan saja. Seharusnya pesawat akan bertolak ke Papua pukul 23.00 Wib, tapi saya telah tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 18.00 Wib atau 5 jam sebelum keberangkatan. Hebat kan? akibatnya saya memiliki cukup waktu untuk menikmati kemegahan terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta. Bandara ini benar-benar megah.
Perjalanan Jakarta-Merauke ditempuh 8 jam. Ini sudah termasuk transit di Jayapura selama 30 menit sebelum melanjutkan ke Merauke dengan pesawat yang sama. Disaat para penumpang lainnya masih terlelap, saya sudah saya termasuk yang beruntung sempat melihat keindahan Papua di pagi hari dari udara. Terlihat hutan yang sangat lebat. Sepanjang mata memandang hampir semuanya menghijau. Sesekali terlihat danau di tengah lebatnya hutan. Terlihat juga sungai yang meliuk membelah hutan. Sungguh luas tanah Papua ini.
Dari atas pesawat saya sempat berguman, dimana yah bekas kebakaran hutan itu. Bisa terlihat kah dari atas pesawat. Cukup lama pesawat melintasi hutan yang sangat lebat sebelum mendarat di Bandara Sentani Jayapura pukul 09.00 Wit.
Penasaran tentang kebakaran hutan itu masih membuncah. Setelah transit dari Jayapura menuju Merauke, saya tetap memandang keluar, berharap-harap menemukan hamparan bekas terbakarnya hutan, namun tak juga menemukan, hingga akhirnya pesawat sudah berada di ketinggian membelah awan.
Jam 9.00 Wit, mendarat di Merauke. Merauke tak seperti yang kubayangkan. Kota paling timur Indonesia ini sangat ramai dan serba lengkap seperti kota-kota lain di Indonesia. Disini ada hotel bintang 3 dan bintang 4, salon, supermaket, restoran, dll.
Agenda pertama di Merauke bertemu Bupati Merauke, sayangnya beliau mendadak sakit sehingga digantikan oleh Bapak Thasoni betaubun, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Kabupaten Merauke. Segala hal dijelaskan kepada media diantaranya masalah ekonomi, sumberdaya manusia, budaya termasuk masalah lingkungan dan issu separatisme, keamanan dan lain-lain.
Secara khusus saya menanyakan tentang kebakaran hutan dan tudingan LSM Asing tentang kebakaran hutan di Papua dan secara khusus di lahan Korindo. Diluar expektasi saya dia mengatakan tudingan LSM asing itu mengada-ada dan tanpa fakta. “ Di Merauke hanya percikan api saja tak mengganggu sama sekali. Tidak seperti yang dibicarakan LSM Asing itu”, ujarnya. Dia menambahkan kebakaran hutan terjadi di tahun 2015 lebih kepada faktor alam. Bukan oleh industri sawit yang digembar-gemborkan oleh LSM asing tersebut. Dia juga menyatakan tahun 2016 bahkan tak ada sama sekali.
Tentu saja saya mempercayainya karena dia mempertaruhkan harga dirinya jika berbicara bohong di depan media. KEpercayaan saya juga utuh karena dia juga penduduk asli dan tentu saja memahami segala konteks dan kejadian di papua.
Cukup sejam berbincang dengan Pak Soni, perjalanan dilanjutkan ke Desa Asiki yang berjarak 270 km dari kota Merauke. Asiki adalah lokasi utama perkebunan Kelapa Sawit Milik Korindo. Hampir 6 jam perjalanan dilalui untuk sampai kesana. Surprise nya, perjalanan ke sana sudah melalui jalan aspal. hanya sebagian kecil jalan yang rusak. Dengan menaiki kendaraan double gardan, jalan rusak tersebut tentu tak menimbulkan kendala karena mudah saja untuk dilalui.
Tiba di Desa Asiki Pukul 22.00 Wit, disambut oleh pimpinan dan karyawan Korindo dengan keramahan dan penuh kehangatan. Tentu saja dengan jamuan makan malam yang sangat lezat. Tak berpanjang lebar, seluruh rombongan menyantap seluruh hidangan yang tersaji.
Hari pertama di Asiki pukul 07.00 19 Oktober 2016, Korindo memberikan informasi panjang lebar dan detil tentang Korindo. Dimulai awal berinvestasi di tahun 1967, misi yang hendak dicapai, program CSR hingga program lingkungan yang dilakukan, pemberdayaan masyarakat. Juga tak lupa dijelaskan mekanisme pembukaan lahan, antisipasi kebakaran hutan dan juga kemitraan bersama masyarakat.
Yang menarik, adalah pernyataan Pak John Way, Kepala BKPM Propinsi Papua yang turut hadir pada acara sosialisasi dengan media dihari pertama tersebut. “Korindo adalah perusahaan yang taat aturan. Korindo memiliki komitmen yang baik untuk Papua sehingga tak mungkin melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri”, ungkapnya. Dia juga mengemukakan bahwa Korindo mendapatkan penghargaan CSR dari pemerintahan propinsi Papua tahun 2015.
Tak cukup dengan penjelasan Korindo yang diperkuat oleh Kepala BKPM Papua, Saya dan 12 jurnalis lainnya diajak berkeliling langsung ke areal kebun sawit. Baik pada perkebunan yang baru dibuka ataupun yang sudah berproses lama. Hampir tak ada jejak api yang terlihat. Untuk membuat para jurnalis semakin yakin, dibawa nya pula awak media sebanyak 2 kali melihat dari menara pandang yang tingginya 28 meter.
Dari menara pandang, kami mampu melihat seluruh hamparan kebun sawit dan juga melihat gerakan-gerakan yang ada termasuk potensi kebakaran dan lain-lain. Berjam-jam kami berkeliling melintasi perkebunan sawit. Hal ini tentu dimaksudkan agar media bisa melihat langsung keadaan disana. Bahkan dengan petani penggarap pun, awak media dapat berinteraksi langsung dan bertanya dengan sebebas-bebasnya.
Tak cukup sampai disitu, Korindo memperlihatkan simulasi pemadam kebakaran hutan dengan melibatkan unsur Kepolisian, TNI, Pemerintah Daerah, Palang Merah Indonesia dan juga pengamanan Internal perusahaan. Hampir 300 personal dilibatkan dengan melakukan simulasi seolah-olah terjadi kebakaran hutan dan segera dilakukan penanganan.
Kapolres yang memimpin langsung simulasi pemadaman kebakaran tak luput juga dari konfirmasi wartawan tentang kejadian kebakaran di tahun-tahun sebelumnya. KONFORM… dia mengatakan tak ada kebakaran di Papua yang memakan areal yang luas. “Tahun lalu ada kebakaran tapi sangat sedikit. Itupun karena kondisi alam. Kami mampu mengantisipasi dengan mudah dan cepat”, jelasnya di hadapan wartawan.
Tiga orang narasumber non Korindo (Staf Ahli Ekonomi Pemda Papua, Kepala BKPMD Papua dan Kapolres Boven Digoel) telah mengkonfirmasi dan juga melihat langsung ke lokasi dengan berkeliling dan juga melalui menara pandang tenkonfirmasi bahwa tak ada kebakaran hutan yang massif untuk program pembukaan lahan hutan.
Kini saya jadi bertanya-tanya…Data LSM asing itu darimana dan di wilayah mana yang terbakar? Patut diduga informasi mereka tidak valid dan mengada-ada.
Ini Video yang saya abadikan:

Quote:
Part 2
Perjalanan ke Papua sungguh tak terlupakan. Betapa tidak, negeri paling timur di Indonesia yg dipersepsikan sangat terbelakang, ternyata salah besar. Negeri ini sudah maju dan potensi kedepan akan lebih maju lagi.
Dalam perjalanan ke Papua untuk mencari kebakaran dan dampak kebakaran hutan di Papua (di kisahkan di Part 1), kami transit di Bandara Sentani Jayapura. Bandaranya cukup besar. Mampu mendaratkan Garuda Boing 737 900 atau bahkan pesawat lebih besarpun memungkinkan. Kepadatan penerbangan di Bandara ini juga cukup tinggi. Terlihat kerapihan dan kebersihan di bandara ini. Selain warga biasa, beberapa expatriat terlihat diantara para penumpang pesawat.
Keteraturan sebuah kota biasanya tercermin dari bandaranya. Saya membuktikannya di kota Merauke. Kota kecil tepat berbatasan langsung dengan Papua Nugini, Bandara di Merauke pun cukup besar untuk sebuah kota kabupaten. Rapi dan teratur. Kotanya juga rapi dam ramai. Segala fasilitas di kota ini tersedia. Supermaket, salon bahkan panti pijat .
Tak cukup sampai disini kekaguman saya terhadap negeri Papua ini. Ketika ke kota Asiki yg berjarak hampir 300km dari Kabupaten Merauke, hampir seluruh perjalanan sudah mulus berlapis aspal.
Tentu saja pemandangan ke Kota Asiki sangat asyik. Terkadang melewati rimbunan hutan, sungai yang berkelok, hamparan kebun yang luas, bukit yang sambung menyambung. Intinya mata disajikan dalam panorama eksotis yg sulit terlupakan.
Panjangnya perjalanan ke Kota Asiki tak terlalu mengkuatirkan khususnya soal ketersediaan makanan. Beberapa lokasi di sepanjang perjalanan sudah tersedia. Banyak pedagang makanan yang menyediakan berbagai makanan. Juga tak perlu meragukan kehalalannya khususnya bagi umat muslim. Para pedagang makanan kebanyakan pendatang dari Pulau Jawa yang beragama Islam. Katanya ayamnya potong sendiri secara Islam.
Sesampai di Kota Asiki, selain mencari tau tentang kebakaran hutan yang di gembar-gemborkan sebuah LSM asing, saya penasaran juga dengan kehidupan masyarakatnya.
Secara khusus saya memperhatikan masalah toleransi. Di Asiki di dominasi oleh warga Kristen, walaupun demikian, sangat terasa harmonisnya penduduk di Kota kecil ini. Kebetulan saya berada di kota ini pada hari Jumat. Di Kota Asiki ini ada sebuah masjid yang di bangun oleh Korindo. Lumayan besar Masjid ini. Mampu menampung hingga 1000 jamaah. Masjid ini sangat penuh pada waktu solat Jumat. Tak ada bedanya dengan masjid-masjid di pulau Jawa yg dipadati ketika sholat Jumat. Masjid ini sangat lengkap fasilitasnya, mulai dari halaman yg luas, ada sekolah Paud dan bahkan disini juga dilengkapi madrasah. Disamping Masjid ini, bahkan dibangun taman yang sangat luas dan Indah sebagai tempat bermain anak anak dan warga Asiki. Terasa tak berada di Papua ketika berada di lingkungan ini.
Bagaimana kehidupan ekonominya? Kami sempat mampir di sebuat pasar di Kota Asiki. Kata para ekonom, untuk memastikan bergeliatnya ekonomi sebuah tempat, datangilah pasarnya. Di Kota Asiki ini, pasarnya sangat ramai. Ratusan Pedagang berbagai hasil pertanian menjajakan hasil perkebunannya dan pembelinya juga ramai. Dagangan yg di jajakan terlihat sangat segar. Saya membeli se-tandang pisang. Rasanya asli. Manis. Bukan hanya hasil perkebunan di pasar ini karena ada juga yang menjual tekstil, dan kebutuhan pokok lainnya.
Penduduk di Kota Asiki memang sebagian besar adalah bertani. Baik sebagai petani penggarap ataupun pemilik lahan. Mereka umumnya pekerja keras dan menikmati hidup. Sebagian juga masih berburu. Untuk pekerjaan berburu ini perlahan mulai ditinggalkan, walaupun beberapa warga mengatakan masih melakukannya karena hobby.
Selain bertani, warga di Kota Asiki juga mulai mengembangkan peternakan ayam. Peternakan ayam ini cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan protein. “Ayam banyak dibeli pedangang bakso” ungkap alax yang menjadi peternak ayam pedaging di kota ini.
Bagaimana kebakaran hutan yang dicari? sebagaimana cerita di part 1, kebakaran hutan ternyata tak kutemui. Itu kesimpulanku setelah melihat langsung, wawancara pimpinan daerah, kepala suku, aparat keamanan dan juga pemuka agama. Belum lagi data-data yang kutemui di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Yang kutemui sebaliknya yaitu Papua yang aman damai dan menyenangkan. Saya melihat Papua ini negeri yang sangat potensial. Saya sangat apreciate pada Korindo yang telah membangun masyarakat beradab di Papua. Jejak keberadaan Korindo sangat terasa di Asiki mulai dari pembangunan sarana ibadah, pemberdayaan ekonomi (Pasar, kebunan karet, taman bermain, Balai latihan kerja, Rumah Sakit, dll) Pemerintah membutuhkan mitra seperti ini bukan hanya mengelola bisnis tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Read Moree
Diubah oleh andykeprett 20-12-2016 12:00
0
2.9K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan