Seorang pemilih memberikan suara pada Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat 2016 pada 8 November.
Mantan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Hijau, Jill Stein, diwartakan mengajukan permintaan ulang suara di Wisconsin.

Tuntutan itu muncul setelah seorang ilmuwan komputer terkemuka meminta surat dan mesin suara diperiksa. Menurut sang ilmuwan, pemeriksaan perlu agar hasil Pemilu terbukti tidak terjamah tangan para peretas.

"Kita menginginkan sistem pengambilan suara yang akurat, aman, dan dapat dipertangungjawabkan. Ini adalah sedikit komitmen untuk memungkinkan reformasi pemilihan umum yang telah lama mendapatkan dukungan dari tim kampanye kami maupun Partai Hijau," ujar Stein dikutip The Hill (25/11).

Komisi Pemilihan Umum Negara Bagian Wisconsin menyatakan telah menerima permintaan Stein pada Jumat siang. Komisi tersebut pun telah siap untuk mengadakan penghitungan ulang dengan dana dari masyarakat yang digalang tim Stein.

Menurut Komisi dimaksud, penghitungan ulang mesti selesai pada 13 Desember demi memenuhi tenggat yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dalam berita yang ditulis BBC, tim kampanye Stein pun agaknya bakal mengajukan penghitungan ulang di Michigan dan Pennsylvania.

Di ketiga negara bagian tersebut, Donald Trump hanya menang tipis dari calon Presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Namun, jika hasil proses yang diminta Stein di Wisconsin ternyata berpihak pada Hillary, kemenangan Trump masih tetap tak tergoyahkan. Pasalnya, Wisconsin hanya menyumbang 10 suara elektoral yang lantas membuka ruang kemenangan bagi Trump pada Pemilu 8 November.

Perbedaan besar bisa menyembul jika hasil penghitungan ulang di Michigan (16 suara elektoral) dan Pennsylvania (20 suara elektoral) juga terbukti memihak Hillary.

Jika Hillary mencatatkan keunggulan elektoral di tiga negara bagian itu, ia akan mendapatkan 274 suara elektoral yang cukup untuk mendudukkannya sebagai presiden terpilih.

Hingga pekan ini, Trump telah berhasil menangguk 306 suara elektoral, dan Hillary menjaring 232. Angka elektoral yang diraih Trump ketika Komisi Pemilu Michigan mengumumkan bahwa sang taipan menang di negara bagian itu dengan 10.704 suara adalah 290.

Hillary sendiri unggul suara mayoritas atas Trump dengan lebih dari dua juta suara. Sebelum ini, Al Gore kalah dari George W. Bush pada Pemilu 2000 meski calon Demokrat itu unggul 547 ribu suara mayoritas.

Tim Stein sejauh ini telah berhasil menjala dana masyarakat sebesar hampir USD5,3 juta dari target pengumpulan sebesar USD7 juta. Menurut tim itu, angka yang dibidik cukup untuk menyokong proses penghitungan ulang suara di Wisconsin dan Pennsylvania.

Dalam sebuah wawancara, Stein menegaskan bahwa upayanya tidak diniatkan untuk membantu Hillary. Selain itu, ia pun ragu penghitungan ulang itu akan mengubah hasil Pemilu.

Di seluruh wilayah AS, sekitar tiga per empat pemilih menandai surat suara yang kemudian dihitung dengan mesin pemindai optik. Namun, sejumlah negara bagian--Pennsylvania, misalnya--nyaris tak lagi memakai surat suara. Para pemilih di sana menyalurkan suara lewat komputer, yang tak lagi meninggalkan jejak kertas.

Pada Selasa, Trump dinyatakan menang di Michigan dengan selisih 10.704 suara. Ketua Komisi Pemilihan Umum setempat pun berkeras bahwa tak satu pun bukti tindak peretasan ditemukan.

Para individu yang bakal secara resmi menunjuk Presiden akan berhimpun sebagai Electoral College pada 19 Desember. Presiden terpilih akan secara resmi disumpah pada 20 Januari 2017.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...pemilu-amerika

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Bila kicauan kasar menyasar Gus Mus

- Ketakutan Ahok dan proyek-proyek yang gagal

- Demo 2 Desember punya agenda makar, benarkah?