Gubernur Jenderal Belanda dan Peninggalannya di Indonesia
TS
mr.sparks
Gubernur Jenderal Belanda dan Peninggalannya di Indonesia
Selamat gini hari agan-agan sekalian, kali ini ane mau ngebahas mengenai informasi di bidang sejarah, yang mudah-mudahan berguna buat kaskuser. Mudah-mudahan yang belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu bisa memperkaya informasi.
Ane mau ngebahas mengenai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang zaman baheula pernah berkuasa di Indonesia ini. Yang ane bahas kali ini adalah Gubernur Jenderal Belanda dan peninggalannya di Indonesia
Spoiler for Jan Pieterszoon Coen:
Jan Pieterszoon Coen atau biasa disingkap JP Coen adalah Gubernur jenderal Hindia Belanda yang berkuasa di tahun 1619-1623. Pada saat itu VOC masih menguasai Indonesia. Coen sebelumnya memimpin di daerah banten, tetapi karena tidak tahan di sana, dia memindahkan kantor kompeni ke Jakarta.Coen menaklukkan Jayakarta dan merubahnya menjadi Batavia.
Peninggalan Coen yang masih ada sampai sekarang adalah museum fatahillah, yang dulu menjadi kantor VOC di Batavia. Coen sendiri memerintahkan untuk membangun gedung ini tahun 1920 yang awalnya digunakan sebagai balai kota. Pieterszoon sendiri meninggal di Batavia tahun 1629, dan dia dimakamkan di museum wayang yang juga masih dalam areal museum Fatahillazh.
Spoiler for Fatahillah:
Spoiler for Gustaaf Willem baron van Imhoff:
Van Imhoff sebenarnya adalah Gubernur Jenderal Belanda yang bukan ari belanda. Dia berasal dari Jerman. Van Imhoff memerintah pada tahun 1743-1750. Van imhoff dikenal dengan kebijakan Devide et Impera yang mendorong Pangeran Mangkubumi melawan Susuhunan yan berakibat terpecahnya Mataram baru menjadi Surakarta dan Yogyakarta.
Istana Bogor adalah peninggalan Van Imhoff yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Istana ini dibanggun pada tahun 1745. Van Imhoff juga menggabungkan 9 Distrik (Cisarua, Pondok gede, Ciawi, Ciomas, Sindang Barang, Balubur, Cijeruk, Dramaga, dan Kampung Baru) yang dinamakan Regentschap Kampung Baru Buitenzorg. Di kawasan itu van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal.
Spoiler for Herman Willem Daendels:
Diantara sekian banyak Gubernur Jenderal Belanda, mungkin hanya Daendels yang mudah diingat oleh kita. Gubernur Jenderal yang menjabat tahun 1815-1818 ini dikenal dengan tangan dinginnya yang hingga akhirnya tidak disukai oleh raja-raja di JAwa yang saat itu memimpin.
Proyek terbesarnya adalah Jalan Raya Pos atau yang dikenal dengan Jalan Daendels. Ada juga yang bilang Anyer-Panarukan. PEmbangunan jalan ini hanya memakan waktu 1 tahun yang dimulai Bulan Mei 1808. Dana yang digunakan adalah 30.000 Gulden yang dialokasikan untuk membayar upah pekerja yang membangun jalan ini. Akan tetapi, dana itu habis sebelum proyek ini rampung.
Akhirnya Daendels memamnggil para bupati di sepanjang pantai utara Jawa dan memerintahkan agar rakyatnya mencurahlan tenaga kerjanya untuk membangun jalan. Sebagai konsekuensiya, rakyat dibebaskan untuk bekerja bagi Bupati mereka.
Sampai sekarang, jalur Daendels ini masih digunakan, terutama ketika hari raya Idul Fitri tiba. Jalan tersebut akan dipadati oleh pemudik yang pulang ke kampung halamannya.
Spoiler for Lukisan Jalan Raya Pos:
Spoiler for Thomas Stanford Raffles:
Meskipun bukan berkebangsaan Belanda, Raffles pernah menjabat sebagai Gubernu Jenderal pada tahun 1811 yang saat itu Belanda berada di bawah kekuasaan Inggris. Raffles sendiri lahir di Jamaica 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun.
Kebun Raya Bogor adalah salah satu peninggalannya yang masih ada saat ini. Awalnya, areal kebun raya adalah halaman istana Bogor, akan tetapi, minat Raffles yag sangat tinggi terhadap tanaman membuatnya ingin menyulap halaman istana itu menjadi sebuah kebun cantik yang bergaya Inggris klasik. Di dalam areal kebun Raya ini juga ada sebuah tugu peringatan meninggalnya istri dari Raffles.
Spoiler for Monumen Olivia Raffles:
Di bidang ekonomi dan pemerintahan, Raffles mulai memperkenalkan sistem pemungutan pajak secara perorangan kepada rakyat. Saat itu rakyat masih menggunakan sistem pajak hasil bumi dan penyerahan wajib yang digunakan semenjak zaman VOC. Selain itu, rakyat juga dikenalkan dengan pasar ekspor, di mana rakyat dibebaskan untuk menanam tanaman ekspor, sementara pemerintah hanya menyediakan pasar yang tujuannya agar petani tergerak untuk menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
Sekian dulu beberapa informasi dari ane, sekali lagi ane berharap mudah-mudahan ada manfaatnya buat kaskuser yang belum tahu atau yang sudah tahu.
Spoiler for Sumur:
Semua dari wikipedia dan beberapa dari ilmu yang pernah ane pelajari