Quote:
Jakarta - Rais Aam NU KH Ma'ruf Amin meyakini pencalonan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI akan mendapat dukungan dari warga NU. Ma'ruf menilai, Agus dan Sylvi adalah kombinasi yang pas dalam memimpin Jakarta.
Hal itu dikatakannya saat menerima Agus dan Sylvi di Kantor Pusat PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakpus, Jumat (7/10/2016). Ma'aruf juga menyampaikan bahwa Agus dan Sylvi merupakan pasangan yang sesuai dengan harapan NU.
"Pak SBY telepon saya waktu beliau jadi presiden, saya dulu yang ditampilkan Pak SBY di Senayan (waktu kampanye pilpres). Saya juga yakin bahwa PBNU suka yang santun, bersahaja, baik, pintar. Dan itu ada di Agus-Sylvi," kata Kyai Ma'aruf Amin.
"Saya yakin pula bahwa warga NU siap mendukung Agus-Sylvi di pilgub DKI. Meski kita bukan parpol namun kami juga bisa mendukung dengan cara mendoakan," lanjutnya.
Sementara itu Ketua PBNU Said Agil Siradj menjelaskan bahwa dalam waktu dekat ini NU akan menggelar salawat massal berjumlah 1 miliar santri. Ia pun menyampaikan dalam salawat massal itu akan terselip doa untuk Agus dan Sylvi.
"Insya Allah dalam salawat yang dibawakan santri berjumlah 1 miliar itu akan ada doa yang diijabah Allah SWT untuk Mas Agus dan Bu Sylvi," ucap Said Agil Siradj.
Usai dari PBNU, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni akan melanjutkan kunjungannya ke PP Muhammadiyah. Tampak hadir mendampingi Agus dan Sylvi ke Kantor Pusat PBNU, Ketua DPW PAN DKI Eko Hendro Purnomo, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Didi Mukriyanto, dan Juru Bicara Richo Ristombi.
sumber :
http://news.detik.com/berita/d-33153...ung-agus-sylvi
Beberapa hari setelah dikunjungi Agus-Sylvi Pada tanggal 11 Oktober 2016 MUI Mengeluarkan Fatwa MUI mui ahok menghina Al Quran dan ulama.
Maruf Amin pada 2012 lalu menyatakan dukungannya kepada Foke. Alasannya karena pemimpin harus memberikan kemaslahatan (muslim), harus memiliki keunggulan (pendidikan Foke S3), dan telah berpengalaman (pernah memimpin Jakarta).
“Lagi pula Jakarta bukan Solo. Jakarta memiliki permasalahan yang jauh lebih banyak, dan hanya yang berpengalaman yang mampu mengatasinya,” kata Maruf Amin.
Padahal saat itu Jokowi juga beragama Islam, muslim taat. Keunggulannya berhasil menang 91 persen di Pilkada Solo, sangat dipercayai warga dan terasa perubahannya. Pengalamannya mengelola kota jauh lebih berhasil dibanding Foke di Jakarta yang acak-acakan, semraut.
Lalu kenapa Maruf Amin mendukung Foke Apakah karena anggota Dewan Pertimbangan Presiden (SBY) bidang Hubungan Antar-agama. Sementara Foke diusung oleh partai pemenang pemilu, Demokrat ?
Kemudian menjelang Pilgub DKI 2017 nanti Maruf Amin mendukung Agus Sylviana. Lagi-lagi karena keduanya diusung oleh partai Demokrat. Sebab logikanya begini, jika Maruf Amin konsisten dengan kriteria pemimpin menurut prinsipnya, seharusnya Maruf Amin mendukung Ahok Djarot.
Sebab jelas Ahok Djarot memiliki program yang bagus demi kemaslahatan ummat. Marbot masjid diberangkatkan haji dan diberi gaji tambahan. Kebersihan diperhatikan secara serius. Unggul di bidang pelayanan KJP dan KJS. Dan terakhir jelas berpengalaman karena sudah teruji memimpin kota.
Sementara Agus apa? Pengalaman nol. Ditanya visi misi pun tidak bisa menjawab. Bahkan sebenarnya dalam dunia nyata dan normal, Agus tak layak maju sebagai Cagub. Hanya karena dia anak SBY saja akhirnya bisa maju, cukup menjawab “mau” maka semua partai bisa dikondisikan untuk mendukung. Padahal calon-calon yang lain harus ikut fit and proper test dan sebagainya.
Oke lah Maruf Amin tidak suka Ahok karena nonmuslim dan tidak santun. Tapi mengapa Maruf Amin tidak mendukung Anies Sandi? Yang justu jauh lebih berpengalaman dan memiliki keunggulan.
sumber :
https://seword.com/umum/analisa-kare...y-wajar-kalau/
Quote:
Gus Mus: MUI Itu Sebenarnya Makhluk Apa?
TEMPO.CO, Semarang - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Ahmad Mustofa Bisri, mempertanyakan keberadaan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Gus Mus—panggilan akrab Mustofa Bisri, hingga kini status keberadaan MUI tidak jelas. Padahal MUI mengatasnamakan diri sebagai ulama.
"MUI itu sebenarnya makhluk apa? Enggak pernah dijelaskan. Ujuk-ujuk (tiba-tiba) dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali," kata Gus Mus dalam pengajian dalam rangka ulang tahun unit kegiatan mahasiswa di kampus III Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Senin malam, 30 Maret 2015.
Di hadapan ratusan hadirin, Gus Mus mempertanyakan sebenarnya apa status MUI. Ia pun bertanya kepada para hadirin, "Itu MUI makhluk apa? Instansi pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahankah? Tidak jelas, kan? Tapi ada anggaran APBN. Ini jadi bingungi (membingungkan)."
Menurut Gus Mus, penggunaan nama ulama bisa disalahgunakan. Di MUI, kata dia, asal bisa jadi pengurus MUI maka akan disebut sebagai ulama, meski hanya menjadi sekretaris maupun juru tulis. "Ya, juru tulis itu akan disebut ulama. Mosok pengurus majelis ulama tidak ulama," kata Gus Mus, yang disambut tawa para hadirin.
Gus Mus juga resah terhadap penyematan panggilan ustad untuk orang yang sebenarnya belum layak. Ia mencontohkan ada seseorang yang hanya paham satu ayat sudah disebut ustad. "Kalau sudah pernah tampil di TV adalah ustad. Asal pinter jubahan meski kelakuane (kelakuannya) preman," kata Gus Mus.
Gus Mus menambahkan, melakukan dakwah tidak bisa hanya dengan memahami satu potong ayat Al-Quran. Maka, Gus Mus menyatakan tidak setuju jika ayat-ayat Al-Quran diterjemahkan. Anehnya, penerjemahan Al-Quran dimulai oleh Kementerian Agama.
"Kalau Al-Quran diterjemahkan maka balagohnya hilang," kata Gus Mus. Menurut Gus Mus, banyak orang yang memaknai Al-Quran hanya melalui terjemahan ayat per ayat sehingga yang disampaikan cenderung salah kaprah.
sumber :
http://m.tempo.co/read/news/2015/04/...ya-makhluk-apa
baca Juga
Quote:
Setara Institute: Tugas MUI Memberi Petunjuk ke Umat, Bukan Ikut Berpolitik dalam Kekuasaan
Jurnalpolitik.com – Terkait pernyataan keras Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas polemik video Ahok di Kepulauan Seribu, Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos kemudian mengingatkan agar MUI tidak terlibat politik kekuasaan.
“Seharusnya MUI tugasnya memberi petunjuk kepada umatnya, dalam konteks Ahok, MUI harusnya bersifat netral, dan memberikan guide tafsir surat Al Maidah Ayat 51, bukan malah memanaskan suasana. Bagaimanapun Indonesia itu negara Pancasila, bukan negara agama,” kata Bonar dalam diskusi bertajuk ‘Posisi MUI dalam Hukum Islam dan Hukum Indonesia’ di Iceberg Cafe, Jl. Cikini Raya No 70, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/10/2016).
Bonar menuturkan MUI boleh berpolitik, tapi tidak yang beraroma kekuasaan. Hal ini disampaikan Bonar terkait pernyataan sikap MUI yang meminta aparat tegas menindak kasus dugaan penistaan agama.
“Yang kita lihat disini MUI seperti ikut berpolitik dalam kekuasan, karena sebelumnya ketuanya Ma’ruf Amin sudah memberi maaf, namun beberapa jam kemudian MUI malah membuat pernyataan mengenai menghukum Ahok karena pernyataannya mengenai Surat Al Maidah Ayat 51,” kata Bonar.
“Politik yang boleh dilakukan MUI itu harusnya politik yang menjaga negara dan bangsa, jangan politik dalam konsep rebutan kekuasan, ini yang harus dikontrol,” tegas Bonar.
sumber :
http://jurnalpolitik.com/2016/10/16/...lam-kekuasaan/