

TS
phd.in.hatred
Kuda Troya Sentimen SARA di Pilkada Jakarta
Jakarta, CNN Indonesia ‐‐ Ragam spanduk berisi hujatan yang ditujukan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tersebar menghiasi lautan pengunjuk rasa dalam aksi demonstrasi 4 November lalu. Salah satunya berbunyi, “Haram pemimpin kafir, tolak Ahok.” Spanduk lainnya tertulis “Ahok sumber masalah, ganyang Cina.”
Sentimen yang bersinggungan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) melekat kuat di berbagai spanduk. Provokasi yang menyinggung isu itu juga disampaikan melalui orasi dan yel yel. Begitu pun saat khotbah salat Jumat sebelum aksi, khatib ikut membicarakannya.
Ahok jadi sasaran kemarahan. Ratusan ribu orang turun ke jalan menuntut Ahok diadili. Saat berorasi di tengah massa aksi, pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab menyerukan agar Ahok segera ditahan.
“Kalau Ahok tidak ditangkap, kita tidak akan bubar dari depan Istana,” kata Rizieq saat unjuk rasa kala itu. Massa aksi bertahan hingga melewati batas waktu yang ditentukan.
Lihat juga:
Ragam Ekspresi Jokowi Menyikapi Persoalan Ahok
Kekacauan pun pecah. Sebagian kelompok menyerang aparat dengan melempar botol dan pentungan. Aksi bakar mobil juga dilakukan. Aparat membalas dengan menembakkan gas air mata sebelum akhirnya massa membubarkan diri.
Malam itu, kericuhan juga terjadi di Penjaringan, Jakarta Utara. Massa anti Ahok bentrok dengan aparat lantaran dihalang bertandang ke rumah Gubernur DKI Jakarta nonaktif. Polisi dipukul mundur karena kalah jumlah personel.
Bentrokan berubah menjadi huru-hara. Massa makin beringas. Mereka menjarah toko waralaba yang masih buka. Sejumlah toko di lokasi kejadian tak luput diamuk massa. Kaca bangunan pecah di sepanjang Jalan Raya Gedong Panjang, Penjaringan.
Lihat juga:
Kasus Penistaan Agama Ahok dalam Angka
Dirundung situasi yang sulit dikendalikan dengan intensitas tekanan yang semakin tinggi, pemerintah akhirnya mengambil sikap. Tak sampai dua pekan, polisi menetapkan status Ahok sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama. Proses hukum dinaikkan dari penyelidikan ke tahap penyidikan.
Ahok dicegah ke luar negeri tapi tidak ditahan. Selain itu, calon petahana Gubernur Jakarta ini juga masih bisa mengikuti proses Pilkada 2017.
Manipulasi SARA
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Robertus Robert menilai isu SARA sering dipakai bahkan dimanipulasi untuk kepentingan politik. Sebab secara sosial, perbedaan etnis dan agama masih berakar di masyarakat Indonesia.
Elite politik biasanya menggunakan isu tersebut sebagai alat untuk menjelaskan masalah yang tidak bisa mereka uraikan. Misalnya, isu kesenjangan ekonomi, kemiskinan sosial, serta perbedaan akses di dalam demokrasi dan politik.
“Orang seringkali tidak mampu menjelaskan masalah secara tepat. Mereka mencari bantuan melalui isu SARA,” kata Robert.
Lihat juga:
Tersangka, Ahok Dinilai Tetap Sulit Ditaklukkan
Isu SARA banyak dipakai untuk keperluan kontestasi politik jangka pendek, bahkan dalam satu praktik demokrasi modern. Dalam konteks Pilkada Jakarta, kata Robert, sentimen isu etnis dan agama menjadi satu sehingga kelindannya jauh lebih kompleks.
Perbedaan berdasarkan etnis dianggap relatif lebih setara dalam politik kewarganegaraan Indonesia. Namun ketika sentimen etnis bercampur dengan isu agama, bahkan kesenjangan ekonomi, maka muncul ketegangan baru.
“Demokrasi jadi tidak matang, terjadi mistifikasi dalam politik, yang seharusnya berdasar program untuk menjawab kebutuhan rakyat, kalau kita teralihkan pada isu SARA, kebutuhan konkret rakyat tidak terjawab,” katanya.
Dalam Pilkada DKI, isu SARA dipakai untuk mendatangkan simpati publik, tapi di sisi lain juga digunakan untuk menyerang calon lainnya. Hasilnya tentu mengurangi elektabilitas pada segmen pemilih tertentu, dan memperkuat pada segmen pemilih yang lain.
Lihat juga:
Tuduh Pedemo 4 November Bayaran, Ahok Dilaporkan ke Polisi
Pengamat politik Para Syndicate Benny Susetyo menilai sentimen suku dan agama banyak dipakai untuk kepentingan politik karena menyangkut emosional seseorang. Politik identitas berdasarkan suku, agama, ras selalu mudah dimanipulasi untuk kepentingan kekuasaan.
“Itu (SARA) mudah dijadikan bahan bakar untuk memanasi bahkan juga memanipulasi,” kata Benny.
Persoalan mendasar di masyarakat Indonesia, menurut Benny, adalah masalah keberimanan seseorang yang mudah dimanipulasi. Agama tidak dipahami secara mendalam. Dia menilai agama masih sekadar formalisme. Karena itu membangun kedewasaan umat beragama menjadi hal yang penting.
Di luar itu, aturan main di dalam Pilkada juga perlu dipertegas agar para calon mengusung program kerja dan memperdebatkannya untuk kepentingan kesejahteraan daerah. Sementara kalau sentimen SARA tetap dijalankan, maka akan merusak keutuhan bangsa.
“Harus ada aturan main yang jelas bahwa orang yang menggunakan isu SARA itu harus mendapatkan sanksi, kalau tidak itu jadi politisasi untuk menjegal lawan politiknya, itu tidak fair,” kata Benny.
Literasi Media
Benny menilai ada persoalan pemahaman yang tidak utuh dalam memperoleh informasi. Masyarakat mudah terhasut oleh informasi yang kurang tepat. Informasi yang beredar di media sosial dipercaya begitu saja tanpa terlebih dulu dikritisi.
Benny menekankan pentingnya pendidikan literasi media. Masyarakat perlu lebih cerdas dalam menerima informasi, memilah pemberitaan, tidak mudah terpengaruh isu, serta tidak segera menyebarkannya kepada khalayak tanpa dicerna terlebih dahulu.
“Bahayanya ketika informasi yang sepotong-sepotong itu dijadikan kebenaran dan dianggap sebagai kebenaran yang hakiki,” kata Benny.
Lihat juga:
Prabowo Kritik Gaya Kepemimpinan Ahok
Pendidikan literasi media berarti juga upaya saling mengingatkan satu sama lain terkait persoalan sentimen SARA. Informasi yang belum tentu benar, penuh praduga tak perlu dibagikan.Benny mengingatkan agar masyarakat tidak mudah hanyut dalam provokasi.
“Diperlukan media literasi yang harusnya masif sehingga masyarakat lebih mudah mencerna persoalan itu secara jernih,” ujar Benny.
Benny menilai politik SARA itu terjadi di mana pun di negara demokratis, tak terkecuali Amerika Serikat. Namun persoalannya, bagaimana isu itu tidak merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu, kata Benny, harus ada kesadaran bersama bahwa bangsa Indonesia didirikan dari beragam suku, agama, kepercayaan yang berbeda.
“Itu yang harus dijaga, harus ada kesadaran publik untuk merawat kebhinnekaan, kemajemukan. kalau ini tidak ada ini bisa panas terus,” katanya.
Dia berpesan kepada elite politik agar tidak menggunakan isu SARA dalam segala hal, untuk tujuan menghalalkan segala cara, termasuk menjadikannya sebagai alat politik terselubung layaknya kuda troya demi merebut kekuasaan.
http://cnnindonesia.com/kursipanasdk...ilkada-jakarta
perasaan we dl yg analisis keberadaan trojan horse ini
sekarang diangkat le media
mau petahana atau pencabar bisa aja manfaatin nih jubah putih
Sentimen yang bersinggungan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) melekat kuat di berbagai spanduk. Provokasi yang menyinggung isu itu juga disampaikan melalui orasi dan yel yel. Begitu pun saat khotbah salat Jumat sebelum aksi, khatib ikut membicarakannya.
Ahok jadi sasaran kemarahan. Ratusan ribu orang turun ke jalan menuntut Ahok diadili. Saat berorasi di tengah massa aksi, pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab menyerukan agar Ahok segera ditahan.
“Kalau Ahok tidak ditangkap, kita tidak akan bubar dari depan Istana,” kata Rizieq saat unjuk rasa kala itu. Massa aksi bertahan hingga melewati batas waktu yang ditentukan.
Lihat juga:
Ragam Ekspresi Jokowi Menyikapi Persoalan Ahok
Kekacauan pun pecah. Sebagian kelompok menyerang aparat dengan melempar botol dan pentungan. Aksi bakar mobil juga dilakukan. Aparat membalas dengan menembakkan gas air mata sebelum akhirnya massa membubarkan diri.
Malam itu, kericuhan juga terjadi di Penjaringan, Jakarta Utara. Massa anti Ahok bentrok dengan aparat lantaran dihalang bertandang ke rumah Gubernur DKI Jakarta nonaktif. Polisi dipukul mundur karena kalah jumlah personel.
Bentrokan berubah menjadi huru-hara. Massa makin beringas. Mereka menjarah toko waralaba yang masih buka. Sejumlah toko di lokasi kejadian tak luput diamuk massa. Kaca bangunan pecah di sepanjang Jalan Raya Gedong Panjang, Penjaringan.
Lihat juga:
Kasus Penistaan Agama Ahok dalam Angka
Dirundung situasi yang sulit dikendalikan dengan intensitas tekanan yang semakin tinggi, pemerintah akhirnya mengambil sikap. Tak sampai dua pekan, polisi menetapkan status Ahok sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama. Proses hukum dinaikkan dari penyelidikan ke tahap penyidikan.
Ahok dicegah ke luar negeri tapi tidak ditahan. Selain itu, calon petahana Gubernur Jakarta ini juga masih bisa mengikuti proses Pilkada 2017.
Manipulasi SARA
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Robertus Robert menilai isu SARA sering dipakai bahkan dimanipulasi untuk kepentingan politik. Sebab secara sosial, perbedaan etnis dan agama masih berakar di masyarakat Indonesia.
Elite politik biasanya menggunakan isu tersebut sebagai alat untuk menjelaskan masalah yang tidak bisa mereka uraikan. Misalnya, isu kesenjangan ekonomi, kemiskinan sosial, serta perbedaan akses di dalam demokrasi dan politik.
“Orang seringkali tidak mampu menjelaskan masalah secara tepat. Mereka mencari bantuan melalui isu SARA,” kata Robert.
Lihat juga:
Tersangka, Ahok Dinilai Tetap Sulit Ditaklukkan
Isu SARA banyak dipakai untuk keperluan kontestasi politik jangka pendek, bahkan dalam satu praktik demokrasi modern. Dalam konteks Pilkada Jakarta, kata Robert, sentimen isu etnis dan agama menjadi satu sehingga kelindannya jauh lebih kompleks.
Perbedaan berdasarkan etnis dianggap relatif lebih setara dalam politik kewarganegaraan Indonesia. Namun ketika sentimen etnis bercampur dengan isu agama, bahkan kesenjangan ekonomi, maka muncul ketegangan baru.
“Demokrasi jadi tidak matang, terjadi mistifikasi dalam politik, yang seharusnya berdasar program untuk menjawab kebutuhan rakyat, kalau kita teralihkan pada isu SARA, kebutuhan konkret rakyat tidak terjawab,” katanya.
Dalam Pilkada DKI, isu SARA dipakai untuk mendatangkan simpati publik, tapi di sisi lain juga digunakan untuk menyerang calon lainnya. Hasilnya tentu mengurangi elektabilitas pada segmen pemilih tertentu, dan memperkuat pada segmen pemilih yang lain.
Lihat juga:
Tuduh Pedemo 4 November Bayaran, Ahok Dilaporkan ke Polisi
Pengamat politik Para Syndicate Benny Susetyo menilai sentimen suku dan agama banyak dipakai untuk kepentingan politik karena menyangkut emosional seseorang. Politik identitas berdasarkan suku, agama, ras selalu mudah dimanipulasi untuk kepentingan kekuasaan.
“Itu (SARA) mudah dijadikan bahan bakar untuk memanasi bahkan juga memanipulasi,” kata Benny.
Persoalan mendasar di masyarakat Indonesia, menurut Benny, adalah masalah keberimanan seseorang yang mudah dimanipulasi. Agama tidak dipahami secara mendalam. Dia menilai agama masih sekadar formalisme. Karena itu membangun kedewasaan umat beragama menjadi hal yang penting.
Di luar itu, aturan main di dalam Pilkada juga perlu dipertegas agar para calon mengusung program kerja dan memperdebatkannya untuk kepentingan kesejahteraan daerah. Sementara kalau sentimen SARA tetap dijalankan, maka akan merusak keutuhan bangsa.
“Harus ada aturan main yang jelas bahwa orang yang menggunakan isu SARA itu harus mendapatkan sanksi, kalau tidak itu jadi politisasi untuk menjegal lawan politiknya, itu tidak fair,” kata Benny.
Literasi Media
Benny menilai ada persoalan pemahaman yang tidak utuh dalam memperoleh informasi. Masyarakat mudah terhasut oleh informasi yang kurang tepat. Informasi yang beredar di media sosial dipercaya begitu saja tanpa terlebih dulu dikritisi.
Benny menekankan pentingnya pendidikan literasi media. Masyarakat perlu lebih cerdas dalam menerima informasi, memilah pemberitaan, tidak mudah terpengaruh isu, serta tidak segera menyebarkannya kepada khalayak tanpa dicerna terlebih dahulu.
“Bahayanya ketika informasi yang sepotong-sepotong itu dijadikan kebenaran dan dianggap sebagai kebenaran yang hakiki,” kata Benny.
Lihat juga:
Prabowo Kritik Gaya Kepemimpinan Ahok
Pendidikan literasi media berarti juga upaya saling mengingatkan satu sama lain terkait persoalan sentimen SARA. Informasi yang belum tentu benar, penuh praduga tak perlu dibagikan.Benny mengingatkan agar masyarakat tidak mudah hanyut dalam provokasi.
“Diperlukan media literasi yang harusnya masif sehingga masyarakat lebih mudah mencerna persoalan itu secara jernih,” ujar Benny.
Benny menilai politik SARA itu terjadi di mana pun di negara demokratis, tak terkecuali Amerika Serikat. Namun persoalannya, bagaimana isu itu tidak merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu, kata Benny, harus ada kesadaran bersama bahwa bangsa Indonesia didirikan dari beragam suku, agama, kepercayaan yang berbeda.
“Itu yang harus dijaga, harus ada kesadaran publik untuk merawat kebhinnekaan, kemajemukan. kalau ini tidak ada ini bisa panas terus,” katanya.
Dia berpesan kepada elite politik agar tidak menggunakan isu SARA dalam segala hal, untuk tujuan menghalalkan segala cara, termasuk menjadikannya sebagai alat politik terselubung layaknya kuda troya demi merebut kekuasaan.
http://cnnindonesia.com/kursipanasdk...ilkada-jakarta
perasaan we dl yg analisis keberadaan trojan horse ini
sekarang diangkat le media

mau petahana atau pencabar bisa aja manfaatin nih jubah putih



anasabila memberi reputasi
1
2.4K
19
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan