Chapter 1: Tugu Berdarah
Tahun 2012 hingga 2019 data yang ditampilkan pemerintah Indonesia tentang dampak serius narkoba menunjukkan bahwa keterkaitan penduduk yang didominasi oleh kalangan remaja berumur dibawah 17 hingga 20 tahun dikabarkan setiap harinya menjadi korban obat-obatan berbahaya, sekitar 40 hingga mencapai 50/harinya meregang nyawa. Namun ditahun 2020, pihak aparatur negara dan anak-anak bangsa Indonesia akhirnya berhasil membuat sebuah sistem pertahanan untuk melawan arus narkoba yang semakin meliar dari tahun-tahun sebelumnya, semua masyarakat menyuarakan kegembiraan atas keberhasilan pihak pemerintah dan kelompok riset teknologi dalam menanggulangi penyebaran obat-obatan berbahaya bagi masa depan negara tersebut.
Pembenahan dan rancangan pengelolaan kepolisian yang baru, pembuatan sistem operasi server pada kota bernama layar P.M. “Panel Metroit” yang memungkinkan pihak yang berwajib untuk meninjau seluruh barang elektronik yang terhubung dengan server pada kota, penggeledahan besar-besaran yang dilakukan pada hotel-hotel liar, penguatan izin mendirikan bangunan, sistem bandara yang diperkuat, alur program yang diterapkan di pelabuhan-pelabuhan modern yang diciptakan oleh anak bangsa dan negara sangat efektif dalam mencegah pengedaran narkoba dari dalam maupun luar, para gembong pun satu per satu tertangkap, dan rakyat merasakan hidup tentram karenanya.
Hingga akhirnya, masa kejayaan itu pun terancam pada tahun 2041, Negara Asia Moderat Republik Indonesia (NAMRI) menjumpai masalah serius, digemparkan oleh laporan dari pihak kepolisian wilayah Metroit Kerajaan Yogyakarta, dengan adanya sindikat baru pedagang narkoba, perakitan senjata berbahaya, dan perekrutan mafia besar-besaran, sindikat ini bernama Kotak Biru. Perdagangan tersebut diindikasi melibatkan banyak sekali pelaku yang berusia rata-rata 10 sampai 20 tahun, perekrutan inilah yang ditargetkan agar semua remaja dapat dijadikan sebagai tameng maupun senjata oleh kawanan sindikat untuk melawan aparat metroit. Kelompok tersebut dipimpin oleh seseorang yang berjalan dibawah bayang-bayang, permainan politik dan uangnya membuat semua orang tidak dapat melacak keberadaan pemimpin sindikat Kotak Biru, dan uniknya lagi, dikarenakan adanya politik kotor kawanan Kotak Biru yang sengaja dibuat agar dapat berbaur dalam kalangan pemerintahan untuk mencuri segala informasi yang ada, semua metode dan rencana yang dipakai oleh sindikat ini berlawanan dengan sistem terbaharui yang dibuat pemerintah dalam penanggulangan narkoba pada beberapa dekade sebelumnya. Sampai sekarang tidak seorangun tahu tujuan utama dari sindikat ini.
Perlawanan para militer metroit beserta polisi kerajaan dalam upaya penumpasan kelompok Kotak Biru sangat sengit, remaja yang telah didoktrin melalui penyebaran obat-obatan serta ajakan sesat dari sindikat dipakai untuk menutupi pergerakan Kotak Biru dengan cara dipersenjatai dan diberikan misi untuk menebar teror diseantero kota, dan dimasa itulah Indonesia mengalami krisis negara yang paling kacau, peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan “Tugu Bedarah”, kejadian tersebut membuat banyak sekali korban berjatuhan. Pertempuran terparah jatuh pada lokasi strategis di kota Yogyakarta, yaitu Tugu Djogja, dengan demikian tugu berdarahlah nama yang tepat untuk menggambarkan kejadian memilukan tersebut.
Kejahatan tingkat nasional ini membuat semua pihak yang melawan kekacauan berfikir keras, hingga akhirnya Kepala Abdi Negara (presiden) pun membentuk dan mengesahkan sebuah lembaga nasional anti sindikat yang dikomandoi langsung oleh jendral pertahanan negara, mereka disebut Badan Intelejen Indonesia Anti Sindikat (B.I.I.A.S.). Proyek perdana dari lembaga ini membuat sebuah program interaksi satelit yang akan mengunggah data-data di bumi seperti kartu tanda penduduk (KTP), aliran dana para pengusaha dan pegawai negara, serta informasi sistem operasi kota yang telah dikembangkan sebelumnya (Panel Metroit), di unggah ke satelit dan dikumpulkan menjadi satu-kesatuan berupa data inti yang nantinya akan ditransfer kedalam server Mata Langit.
Proyek ini sangat rentan, dikarenakan mempunyai kemungkinan untuk bisa digunakan oleh pihak jahat maupun pihak yang baik, bila jatuh dipihak yang jahat, sama saja BIIAS telah menciptakan program super canggih untuk sindikat teroris yang beradidaya tinggi, dan bilamana berada ditangan yang tepat, maka semua kekacauan yang telah diciptakan oleh Kotak Biru akan segera berakhir. Namun sangat disayangkan, BIIAS pada saat proses pembuatan program Mata Langit tidak sengaja tersentuh dengan politik kotor yang diindikasikan mengarah pada sindikat Kotak Biru, dan berakhir dengan banyaknya kejadian-kejadian yang membuat BIIAS dipandang sebelah mata oleh pemerintah dan masyarakat, kemudian jendral pertahanan negara pun diberikan perintah oleh Kepala Abdi Negara untuk membubarkan BIIAS sesegera mungkin, keadaan pun mendesak sang jendral, dan dengan kemauan jendral pertahanan negara sendiri, beliau memerintahkan para pengembang proyek untuk menyembunyikan program ini dan terus tanpa henti melakukan riset sampai berhasil terciptanya program tersebut dengan adanya sisa dana dan gaji negara yang dimiliki oleh Jendral dan Kepala Abdi Negara, serta melepaskan segala aliran dana dari para penyokong yang terduga menjadi gerombolan tersangka politik kotor yang mendukung pergerakan sindikat Kotak Biru, maka dari itu program antarmuka dalam bentuk server ini diganti nama menjadi Wajah R.A.K.A. (Ruang Arus Kriminal Asia) dan disembunyikan oleh para pengembang.