- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Retorika Trump buat dunia cemas dalam ketidakpastian
TS
BeritagarID
Retorika Trump buat dunia cemas dalam ketidakpastian

Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump tiba untuk memberikan sambutan kepada pendukung dengan anak lelakinya Barron dan istrinya Melania di malam pemilihan di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Rabu (9/11).
Kecemasan dan ketakutan tak bisa disembunyikan usai Donald Trump meraih lebih dari 270 suara elektoral yang secara teknis menjadikannya presiden Amerika Serikat ke-45.
Situs imigrasi Kanada seketika tidak bisa diakses. Agaknya situs itu tidak kuat melayani warga Amerika Serikat (AS) yang berencana pindah ika presiden terpilih dari partai Republik ini menjadi penghuni Gedung Putih bersama keluarga besarnya.
Di antara warga yang memutuskan pergi dari AS itu juga ada barisan selebriti yang sebelumnya begitu gencar mendukung Hillary Clinton. Sebut saja penyanyi Barbra Streisand, Bryan Cranston, Miley Cyrus, Lena Dunham, yang mengatakan akan melakukan perjalanan permanen ke Vancouver, Kanada.
Bahkan pelawak Jon Stewart dan musisi Cher sempat berikrar untuk pindah ke luar angkasa jika Trump berhasil mengalahkan Hillary.
Muslim, Latin, kulit hitam, dan warga minoritas AS lainnyamerasakan ketakutan yang sama. Mereka kini dalam kecemasan yang luar biasa dan mempertimbangkan dengan masak pilihan untuk meninggalkan AS secepatnya.
Itu baru ketakutan yang menjalar di dalam negeri AS. Kenyataannya, kecemasan itu juga menular ke negara-negara di penjuru dunia yang seringkali disebut oleh Trump dalam kampanyenya sebagai penghalang "kemajuan" bangsanya.
Tiongkok misalnya. Negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu disebut Trump sebagai pelaku utama yang menggerogoti ekonomi AS, pencuri jutaan lapangan pekerjaan, dan manipulator nilai tukar mata uang.
Trump berjanji dalam kampanyenya, akan mengambil kebijakan yang keras bagi Tiongkok, salah satunya memberlakukan tarif pajak 45 persen untuk barang-barang impor dari Negeri Tirai Bambu yang masuk ke AS.
Komentator politik Universitas Beijing, Profesor Xie Tao, menyebut ancaman Trump bisa jadi tidak menjadi kenyataan. "Kita tidak tahu dia, masalahnya dia tidak pernah sekali pun duduk di kursi pemerintahan," ujarnya dalam ABC, Kamis (10/11/2016).
Xie Tao mengatakan, dirinya belum melihat arah kebijakan Trump yang akan menghentikan kerja samanya dengan Tiongkok. Sudah menjadi rahasia umum, perusahaan-perusahaan besar AS meraup banyak keuntungan melalui penjualannya di Tiongkok. Sebut saja Apple, Ford dan General Motors.
Bahkan dari sisi positifnya, beberapa pemimpin Tiongkok menilai, Trump--sebagai pebisnis dan negosiator--mungkin saja memiliki kebijakan baru yang bahkan memberikan kesempatan lebih luas bagi Tiongkok untuk mengamankan keuntungannya.
Dari segi keamanan, diakui Tao, sebagian besar pemimpin Tiongkok justru memilih Trump ketimbang Hillary. Pasalnya, sebagai seorang sekretaris negara, Hillary cenderung mengatur dan membangun poros Amerika di Asia.
Trump, di sisi lain, pernah berujar Jepang dan Korea Selatan seharusnya dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada AS dalam hal keamanan. "Jika AS menarik pasukannya dari Jepang dan Korea Selatan, maka ini akan jadi kesempatan yang sangat baik bagi Tiongkok," ujar Tao.
Bagaimana pun, Tiongkok yang selama ini terkenal dengan ketertutupannya, mengaku sudah siap dengan kepemimpinan Trump.
"Tiongkok tidak takut dengan negara mana pun - dan ini adalah kenyataan terpenting yang dunia harus tahu. Tiongkok bisa mengatasi segala macam tantangan termasuk tantangan militer. No problem" ujar salah satu petinggi senior Tiongkok, Professor Jin Canrong.
Optimisme Tiongkok itu ternyata tidak sepenuhnya bisa dimiliki negara lain. Petinggi-petinggi Uni Eropa langsung mengirim surat undangan darurat untuk menghadiri pembahasan kerja sama AS-EU. Surat itu langsung disampaikan oleh Donald Tusk, presiden Dewan Eropa, dan Jean-Claude Juncker, presiden dari Komisi Eropa.
Tusk dan Juncker tengah mencari kepastian pada sejumlah poin penting dalam kampanye Trump yang banyak membuat para pemimpin Eropa khawatir, termasuk imigrasi, perubahan iklim, dan ancaman Rusia kepada Ukraina.
Surat itu sedikitnya berbunyi: "Ini akan menjadi lebih penting dari sekadar untuk memperkuat hubungan trans-atlantik. Lewat ini, EU dan AS dapat melanjutkan untuk membuat perubahan dalam menghadapi tantangan-tantangan dunia saat ini, seperti ISIS, ancaman kepada Ukraina, perubahan iklim, dan imigrasi."
Bagi negara-negara Timur Tengah, tak banyak yang bisa dilakukan. Trump, seperti diketahui, lancang menyuarakan penolakannya atas masuknya Muslim ke AS paska-aksi penembakan di Orlando beberapa waktu lalu.
Gilbert Achcar, professor University of London, menyebut dalam Aljazeera bahwa warga Suriah akan menjadi pihak pertama yang paling menderita dari hasil pemilihan ini. Pintu-pintu suaka AS akan tertutup bagi mereka, meski mungkin tidak bagi warga Kristen Suriah yang tidak pernah disinggung oleh Trump.
Kemudian Trump kemungkinan akan membuat kebijakan baru bersama sahabatnya, Rusia, yang dalam hal ini bisa saja menyebut dukungan Rusia terhadap presiden Bashar al-Assad sebagai hal yang positif.
"Secara logika, hal itu akan membuat AS menjadi sekutu di kawasan itu dengan mendukung gerakan pemerintah Suriah menyerang oposisinya," sebutnya.
Masih terkait dengan kebijakan mengunggulkan "Kekuasaan Pria Kuat", yang Trump bagi bersama Putin, Trump kemungkinan akan memperkuat hubungannya dengan Presiden Mesir, Abdel-Fattah el-Sisi, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
"Dia bisa jadi akan memperbaiki hubungan antara keduanya (Mesir dan Turki) dan membuat mereka bergabung bersamanya untuk memberi definisi baru bagi "terorisme"," tutupnya.
Meski begitu, Trump mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjalankan seluruh kebijakannya tersebut mengingat latar belakangnya bukan dari kalangan pemerintahan yang diwarnai dengan banyaknya nego dan transaksi politik.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ketidakpastian
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-
Pengakuan penjarah toko di Penjaringan-
Kenapa Ahok enggan mundur dari pencalonannya?-
Kenapa gelar perkara terbuka kasus Ahok dipersoalkan?anasabila memberi reputasi
1
6.8K
5
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan