- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
#Buya Syafii Maarif: Saya Hanya Kenal Ahok Sekadar Saja
TS
kodok.nongkrng3
#Buya Syafii Maarif: Saya Hanya Kenal Ahok Sekadar Saja
Quote:
Rabu, 09 November 2016 | 08:04 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Buya Syafii Ma'arif membantah jika ia kenal dekat dengan Gubernur DKI pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ia hanya kenal sekadarnya saja tidak seperti digambarkan orang-orang.
"Saya hanya kenal sekadarnya saja, kan orang bilang saya kenal dekat dengan Ahok. ndak. Saya hanya kenal sekadar," ujar Syafii dalam sebuah acara program televisi, semalam.
Syafii mengakui ia berbeda pendapat dengan MUI yang menyebut Ahok telah menghina Alquran dan ulama. Ia telah berkali-kali melihat rekaman, tapi melihat tak ada pelecehan. Buya pun menekankan sikapnya tak ada hubungan dengan pra reklamasi. "Saya memang berbeda banyak orang, tapi yang sesauai dengan saya banyak tapi tak berani menyampaikan," tuturnya.
Buya mengakui, sikapnya yang berbeda itu membuat ia mendapat banyak kecaman dari sana-sini. Apalagi setelah ia mengatakan, Ahok tak jahat. "Ini memang risikio saya seperti berhadapan arus. dana kebenaran itu tak bisa dikalahkan emosi," tuturnya.
Mantan Ketum Muhammadiyah ini pun berharap agar semua pihak mentaati proses hukum yang berlaku. Jangan lagi ada protes-protes setelah otoritas hukum menentukan sikapnya.
"Kalau nanti salah, Ahok siap di penjara. Gak bisa serukan tangkap dan penjara.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/09/ogcoc8-buya-syafii-maarif-saya-hanya-kenal-ahok-sekadar-saja
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Buya Syafii Ma'arif membantah jika ia kenal dekat dengan Gubernur DKI pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ia hanya kenal sekadarnya saja tidak seperti digambarkan orang-orang.
"Saya hanya kenal sekadarnya saja, kan orang bilang saya kenal dekat dengan Ahok. ndak. Saya hanya kenal sekadar," ujar Syafii dalam sebuah acara program televisi, semalam.
Syafii mengakui ia berbeda pendapat dengan MUI yang menyebut Ahok telah menghina Alquran dan ulama. Ia telah berkali-kali melihat rekaman, tapi melihat tak ada pelecehan. Buya pun menekankan sikapnya tak ada hubungan dengan pra reklamasi. "Saya memang berbeda banyak orang, tapi yang sesauai dengan saya banyak tapi tak berani menyampaikan," tuturnya.
Buya mengakui, sikapnya yang berbeda itu membuat ia mendapat banyak kecaman dari sana-sini. Apalagi setelah ia mengatakan, Ahok tak jahat. "Ini memang risikio saya seperti berhadapan arus. dana kebenaran itu tak bisa dikalahkan emosi," tuturnya.
Mantan Ketum Muhammadiyah ini pun berharap agar semua pihak mentaati proses hukum yang berlaku. Jangan lagi ada protes-protes setelah otoritas hukum menentukan sikapnya.
"Kalau nanti salah, Ahok siap di penjara. Gak bisa serukan tangkap dan penjara.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/09/ogcoc8-buya-syafii-maarif-saya-hanya-kenal-ahok-sekadar-saja
Sebenarnya gw kaget dan sedih juga dengar di ilc ada sms yg menghina buya..
Quote:
Rasanya Pingin Nangis Baca Pembelaan Indra Piliang Pada Buya Syafi'i Ma'arif Yang Dihujat Haters Ahok
Friday, November 11, 2016 Berita, Nasional
ISLAMNKRI.COM - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma'arif atau biasa disapa Buya Syafii mengatakan Gubernur DKI (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak melakukan penghinaan terhadap AlQuran terkait penyataannya saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu.
Buya Syafii mengaku telah membaca secara utuh pernyataan Ahok Kepulauan Seribu. Namun, aa mengaku tidak sempat mengikuti pendapat dan pernyataan sikap MUI yang telah dibacakan dengan penuh emosi saat diundang salah satu televisi nasional dan baru belakangan baru membaca pernyataan sikap MUI melalui internet.
"Dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina Alquran dan menghina ulama, sehingga harus diproses secara hukum," ujarnya dilansir BeritaSatu, Minggu, (06/11/2016)
Lantaran sikapnya itu, banyak sekali orang yang secara membabi buta menyerang pribadi beliau. Perbedaan pendapat kemudian mengarah pada 'pelecehan pada Buya Syafi'i.
Pro dan kontra terjadi, sosok Buya, dibully sebegitu rupa kemudian membuat politisi Indra J. Piliang buka suara.
Begini kutipan 'pembelaan' Indra J. Piliang pada Buya Syafi'i Ma'arif melalui kultwit
nya:
Sedih saya melihat Buya Sjafii Maarif diberlakukan seperti ini. Beliau setahu saya orang yang tidak gila kuasa. Ditawari macam-macam, beliau tak mau. Keberpihakan Buya Sjafii Maarif terhadap pluralisme adalah bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dengan ibunya, hidup bersama eteknya (bahasa Minang, tante).
Sampai Buya Sjafii Maarif jadi tokoh nasional, kampungnya pun belum dialiri listrik. Hampir sama dengan kampung masa kecil saya, listrik (baru) ada tahun 2002. Buya Sjafii Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jadi Sarjana Muda, dll, karena membanting tulang sebagai anak rantau. Ia (bekerja sebagai) mekanik juga.
Riwayat hidup Buya Sjafii Maarif tidak dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, apalagi perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya. Buya Sjafii Maarif tidak menghamba kepada konglomerat manapun. Ia lebih senang hidup sebagai seorang guru, seorang pendidik, seorang pecinta ilmu.
Apa setelah jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jadi warga DKI Jakarta? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?
Kesederhanaan Buya Sjafii Maarif ini mirip dengan almarhum Ketua Umum DPP Partai Gerindra (Suhardi) yang rumahnya pun tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya.
Apa Buya Sjafii Maarif punya rumah di area-area elit Jakarta? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil-mobil mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?
Meme-meme yang dibuat untuk Buya Sjafii Maarif menurut saya sangat tidak pantas, tidak etis. Amoral! Meme-meme itu seperti serangan kaum thogut kepada orang-orang yang berprinsip.
Sudah berapa ratus anak-anak muda negeri ini yang dapat beasiswa atas tandatangan dan rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok orang loba dan tamak?
Taburangsang juga saya dengan cara-cara buruk dan jauh lebih busuk dari berjenis serangan terhadap Buya Sjafii Maarif. Mau saja diadu domba orang-orang tak berakal-budi! Buya Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia juga bukan tipikal saksi-saksi ahli yang dibayar ratusan juta di muka sidang-sidang sengketa pilkada!
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow-kongkow di hotel-hotel mewah, dikawal orang-orang bersafari dan perempuan-perempuan berparfum menyengat hidung, bermewah-mewah?
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dalam iklan-iklan untuk bepergian ke tanah suci; dg biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima?
Apa kaki Buya Sjafii Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain, naik helikopter, dengan manajemen eksekutif?
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tempat?
Apa Buya Sjafii Maarif dengan mudah menyimpan nomor-nomor telepon para pejabat pusat dan daerah, lalu dengan mudah juga memenuhi undangan-undangan yang bukan tabligh ilmu?
Sejak kapan berbeda pendapat adalah bagian dari upaya membunuh karakter seseorang, menyatakan kebencian, hingga menghina seseorang di negeri ini?
Tirulah sikap Buya HAMKA yang sengit berdebat dengan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mereka satu shaf! Buya HAMKA dan Mangaradja Onggang Parlindungan yang 'perang' dengan menulis buku tentang Tuanku Rao itu, sering terlihat sholat berdua di Masjid Al Azhar.
Tirulah Buya M Natsir (Masyumi) dan IJ Kasimo (Partai Katolik) yang saling mengantar pulang, saling menggendong cucu, setelah debat di Konstituante.
Apa debat yang paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh-tokohnya saling menghasut setelah debat seru di mimbar? Singa-singa podium yang muncul dalam sidang-sidang Dewan Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif tentang lawan-lawan debat yang berbeda dengannya?
Jika almarhum Buya HAMKA masih hidup, saya yakin beliau akan sangat resah dengan cara-cara tidak beradab yang digerakkan untuk memusuhi Buya Sjafii Maar
Friday, November 11, 2016 Berita, Nasional
ISLAMNKRI.COM - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma'arif atau biasa disapa Buya Syafii mengatakan Gubernur DKI (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak melakukan penghinaan terhadap AlQuran terkait penyataannya saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu.
Buya Syafii mengaku telah membaca secara utuh pernyataan Ahok Kepulauan Seribu. Namun, aa mengaku tidak sempat mengikuti pendapat dan pernyataan sikap MUI yang telah dibacakan dengan penuh emosi saat diundang salah satu televisi nasional dan baru belakangan baru membaca pernyataan sikap MUI melalui internet.
"Dalam fatwa itu jelas dituduhkan bahwa Ahok telah menghina Alquran dan menghina ulama, sehingga harus diproses secara hukum," ujarnya dilansir BeritaSatu, Minggu, (06/11/2016)
Lantaran sikapnya itu, banyak sekali orang yang secara membabi buta menyerang pribadi beliau. Perbedaan pendapat kemudian mengarah pada 'pelecehan pada Buya Syafi'i.
Pro dan kontra terjadi, sosok Buya, dibully sebegitu rupa kemudian membuat politisi Indra J. Piliang buka suara.
Begini kutipan 'pembelaan' Indra J. Piliang pada Buya Syafi'i Ma'arif melalui kultwit
nya:
Sedih saya melihat Buya Sjafii Maarif diberlakukan seperti ini. Beliau setahu saya orang yang tidak gila kuasa. Ditawari macam-macam, beliau tak mau. Keberpihakan Buya Sjafii Maarif terhadap pluralisme adalah bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dengan ibunya, hidup bersama eteknya (bahasa Minang, tante).
Sampai Buya Sjafii Maarif jadi tokoh nasional, kampungnya pun belum dialiri listrik. Hampir sama dengan kampung masa kecil saya, listrik (baru) ada tahun 2002. Buya Sjafii Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jadi Sarjana Muda, dll, karena membanting tulang sebagai anak rantau. Ia (bekerja sebagai) mekanik juga.
Riwayat hidup Buya Sjafii Maarif tidak dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, apalagi perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya. Buya Sjafii Maarif tidak menghamba kepada konglomerat manapun. Ia lebih senang hidup sebagai seorang guru, seorang pendidik, seorang pecinta ilmu.
Apa setelah jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jadi warga DKI Jakarta? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?
Kesederhanaan Buya Sjafii Maarif ini mirip dengan almarhum Ketua Umum DPP Partai Gerindra (Suhardi) yang rumahnya pun tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya.
Apa Buya Sjafii Maarif punya rumah di area-area elit Jakarta? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil-mobil mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?
Meme-meme yang dibuat untuk Buya Sjafii Maarif menurut saya sangat tidak pantas, tidak etis. Amoral! Meme-meme itu seperti serangan kaum thogut kepada orang-orang yang berprinsip.
Sudah berapa ratus anak-anak muda negeri ini yang dapat beasiswa atas tandatangan dan rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok orang loba dan tamak?
Taburangsang juga saya dengan cara-cara buruk dan jauh lebih busuk dari berjenis serangan terhadap Buya Sjafii Maarif. Mau saja diadu domba orang-orang tak berakal-budi! Buya Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia juga bukan tipikal saksi-saksi ahli yang dibayar ratusan juta di muka sidang-sidang sengketa pilkada!
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow-kongkow di hotel-hotel mewah, dikawal orang-orang bersafari dan perempuan-perempuan berparfum menyengat hidung, bermewah-mewah?
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dalam iklan-iklan untuk bepergian ke tanah suci; dg biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima?
Apa kaki Buya Sjafii Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain, naik helikopter, dengan manajemen eksekutif?
Apa Buya Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tempat?
Apa Buya Sjafii Maarif dengan mudah menyimpan nomor-nomor telepon para pejabat pusat dan daerah, lalu dengan mudah juga memenuhi undangan-undangan yang bukan tabligh ilmu?
Sejak kapan berbeda pendapat adalah bagian dari upaya membunuh karakter seseorang, menyatakan kebencian, hingga menghina seseorang di negeri ini?
Tirulah sikap Buya HAMKA yang sengit berdebat dengan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mereka satu shaf! Buya HAMKA dan Mangaradja Onggang Parlindungan yang 'perang' dengan menulis buku tentang Tuanku Rao itu, sering terlihat sholat berdua di Masjid Al Azhar.
Tirulah Buya M Natsir (Masyumi) dan IJ Kasimo (Partai Katolik) yang saling mengantar pulang, saling menggendong cucu, setelah debat di Konstituante.
Apa debat yang paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh-tokohnya saling menghasut setelah debat seru di mimbar? Singa-singa podium yang muncul dalam sidang-sidang Dewan Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif tentang lawan-lawan debat yang berbeda dengannya?
Jika almarhum Buya HAMKA masih hidup, saya yakin beliau akan sangat resah dengan cara-cara tidak beradab yang digerakkan untuk memusuhi Buya Sjafii Maar
Quote:
Tegarnya Seorang Buya
Penulis Denny Siregar Diterbitkan Rabu, November 09, 2016
Sebenarnya mudah melihat konstelasi politik di Indonesia ini. Lihat ke Suriah dan kita akan menemukan persamaan, model apa yang terjadi di Suriah pada awal perang dengan apa yang terjadi di Indonesia sekarang.
Saya dulu pernah menganalisa bagaimana caranya "mereka" yang terlibat di Suriah masuk dan mencoba mengambil alih Indonesia. Pertama, kuasai ulamanya dan kuasai Ormas Islam terbesarnya.
Di Suriah, para "ulama" yang berada di Persatuan Ulama Suriah secara terang-terangan berseberangan dengan Bashar Assad, Presiden Suriah. Mereka membentuk opini dulu bahwa Bashar adalah seorang syiah dan syiah wajib diperangi. Para "ulama-ulama" itu menggunakan ayat-ayat dan hadis untuk melakukan justifikasi untuk memerangi Bashar.
"Ulama-ulama" lokal itu berafiliasi dengan Persatuan "Ulama" Internasional. Seruan jihad dari "ulama" lokal diperkuat dengan seruan jihad dari perkumpulan persatuan "ulama" Internasional atau International Islamic Coordination Council. Kenapa saya beri tanda kutip dipinggir kata ulama?.
Karena pada dasarnya ada pengklaiman gelar ulama hanya pada pihak yang bersama mereka. Dan ulama yang tidak bersama mereka, bukan lagi menjadi ulama, sehingga wajib diperangi.
Ini terjadi pada ulama besar dunia di Damaskus yang bermazhab sunni yaitu Syaikh Ramadhan Al Bouthi.
Syaikh Ramadhan Al Bouthi adalah ulama yang disegani dan menjadi ulama rujukan tingkat dunia. Beliau dimusuhi oleh kumpulan para "ulama" lokal Suriah itu karena posisinya yang membela pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Assad.
Syaikh Ramadhan Al bouthi yang secara terang-terangan berkata bahwa Bashar Assad bukanlah Syiah seperti yang dipropagandakan. Bahkan untuk mendukung pernyataan itu, beliau mengajak Bashar shalat bersama-sama untuk memperlihatkan bahwa tuduhan itu sama sekali tidak benar.
Dan karena keteguhannya itulah pada bulan Maret 2013, ketika sedang menyampaikan kajian di sebuah masjid di Damaskus Suriah, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya tepat di hadapan beliau. Beliau dibungkam selama-lamanya bersama puluhan orang muridnya yang sedang ada disana.
Dan tahu apa yang terjadi pasca terbunuhnya beliau? Persatuan "ulama" lokal itu menimpakan tudingan bahwa Bashar Assad lah pelaku utamanya. Dan karena Syaikh Ramadhan Al Bouthi sudah mereka fatwa "kafir", maka tidak layak mendapat gelar syahid.
Melihat apa yang dilakukan Buya Syafii Maarif, saya jadi mengingat almarhum Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Seperti pernah saya paparkan, bahwa ada kemungkinan besar kasus "penistaan agama" ini sejatinya pintu gerbang untuk menjatuhkan Jokowi. Karakter Jokowi akan dijatuhkan sebagai "pembela penista agama" dan posisinya akan dikuatkan sebagai "musuh Islam".
Dan bisa kita lihat dengan jelas ada pengelompokan dan klaim terhadap gelar "ulama" pada kelompok tertentu Ulama yang berseberangan dengan "ulama" mereka, secara otomatis mendapat cacian.
Buya Syafii Maarif yang ingin menjelaskan duduk perkara kasus penistaan agama sebenarnya dengan kapasitasnya sebagai seorang ulama, disudutkan sebagai "orang yang berpenyakitan". Pembunuhan karakter terhadap Buya dibangun sehingga beliau dikategorikan sebagai seorang munafik dan juga "musuh Islam".
Melihat karakter Buya Syafii Maarif, tidak jauh berbeda dengan karakter Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Beliau tidak akan mundur menyampaikan pesannya meski ia dicaci dan dimaki dimana-mana. Perjalanan Indonesia menuju Suriah memang terlihat masih panjang, tetapi jika melihat polanya sudah mengarah kesana.
Yang saya khawatirkan adalah perpecahan di dalam tubuh TNI dan Polri menyikapi masalah ini. Saya yakin ada sebagian anggota TNI dan Polri yang terpengaruh bahwa mereka lebih mulya "membela Islam" daripada membela negara. Dan mereka ini lebih mendengarkan "ulama" daripada komandan.
Seperti di Suriah.
Seruput dulu kopinya dan kita akan melihat caci maki yang sama dan tudingan "Syiah dan munafik" dalam komen-komen nantinya.
Penulis Denny Siregar Diterbitkan Rabu, November 09, 2016
Sebenarnya mudah melihat konstelasi politik di Indonesia ini. Lihat ke Suriah dan kita akan menemukan persamaan, model apa yang terjadi di Suriah pada awal perang dengan apa yang terjadi di Indonesia sekarang.
Saya dulu pernah menganalisa bagaimana caranya "mereka" yang terlibat di Suriah masuk dan mencoba mengambil alih Indonesia. Pertama, kuasai ulamanya dan kuasai Ormas Islam terbesarnya.
Di Suriah, para "ulama" yang berada di Persatuan Ulama Suriah secara terang-terangan berseberangan dengan Bashar Assad, Presiden Suriah. Mereka membentuk opini dulu bahwa Bashar adalah seorang syiah dan syiah wajib diperangi. Para "ulama-ulama" itu menggunakan ayat-ayat dan hadis untuk melakukan justifikasi untuk memerangi Bashar.
"Ulama-ulama" lokal itu berafiliasi dengan Persatuan "Ulama" Internasional. Seruan jihad dari "ulama" lokal diperkuat dengan seruan jihad dari perkumpulan persatuan "ulama" Internasional atau International Islamic Coordination Council. Kenapa saya beri tanda kutip dipinggir kata ulama?.
Karena pada dasarnya ada pengklaiman gelar ulama hanya pada pihak yang bersama mereka. Dan ulama yang tidak bersama mereka, bukan lagi menjadi ulama, sehingga wajib diperangi.
Ini terjadi pada ulama besar dunia di Damaskus yang bermazhab sunni yaitu Syaikh Ramadhan Al Bouthi.
Syaikh Ramadhan Al Bouthi adalah ulama yang disegani dan menjadi ulama rujukan tingkat dunia. Beliau dimusuhi oleh kumpulan para "ulama" lokal Suriah itu karena posisinya yang membela pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Assad.
Syaikh Ramadhan Al bouthi yang secara terang-terangan berkata bahwa Bashar Assad bukanlah Syiah seperti yang dipropagandakan. Bahkan untuk mendukung pernyataan itu, beliau mengajak Bashar shalat bersama-sama untuk memperlihatkan bahwa tuduhan itu sama sekali tidak benar.
Dan karena keteguhannya itulah pada bulan Maret 2013, ketika sedang menyampaikan kajian di sebuah masjid di Damaskus Suriah, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya tepat di hadapan beliau. Beliau dibungkam selama-lamanya bersama puluhan orang muridnya yang sedang ada disana.
Dan tahu apa yang terjadi pasca terbunuhnya beliau? Persatuan "ulama" lokal itu menimpakan tudingan bahwa Bashar Assad lah pelaku utamanya. Dan karena Syaikh Ramadhan Al Bouthi sudah mereka fatwa "kafir", maka tidak layak mendapat gelar syahid.
Melihat apa yang dilakukan Buya Syafii Maarif, saya jadi mengingat almarhum Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Seperti pernah saya paparkan, bahwa ada kemungkinan besar kasus "penistaan agama" ini sejatinya pintu gerbang untuk menjatuhkan Jokowi. Karakter Jokowi akan dijatuhkan sebagai "pembela penista agama" dan posisinya akan dikuatkan sebagai "musuh Islam".
Dan bisa kita lihat dengan jelas ada pengelompokan dan klaim terhadap gelar "ulama" pada kelompok tertentu Ulama yang berseberangan dengan "ulama" mereka, secara otomatis mendapat cacian.
Buya Syafii Maarif yang ingin menjelaskan duduk perkara kasus penistaan agama sebenarnya dengan kapasitasnya sebagai seorang ulama, disudutkan sebagai "orang yang berpenyakitan". Pembunuhan karakter terhadap Buya dibangun sehingga beliau dikategorikan sebagai seorang munafik dan juga "musuh Islam".
Melihat karakter Buya Syafii Maarif, tidak jauh berbeda dengan karakter Syaikh Ramadhan Al Bouthi. Beliau tidak akan mundur menyampaikan pesannya meski ia dicaci dan dimaki dimana-mana. Perjalanan Indonesia menuju Suriah memang terlihat masih panjang, tetapi jika melihat polanya sudah mengarah kesana.
Yang saya khawatirkan adalah perpecahan di dalam tubuh TNI dan Polri menyikapi masalah ini. Saya yakin ada sebagian anggota TNI dan Polri yang terpengaruh bahwa mereka lebih mulya "membela Islam" daripada membela negara. Dan mereka ini lebih mendengarkan "ulama" daripada komandan.
Seperti di Suriah.
Seruput dulu kopinya dan kita akan melihat caci maki yang sama dan tudingan "Syiah dan munafik" dalam komen-komen nantinya.
Sperti yg di lakukan perhimpunan muhamadiyah yg mau demo ke rumah buya syafii... apa itu gak keteraluan?
Ada orang sepaham yg berbeda pendapat..
Apa kalian harus mendemo untuk memaksakan pendapat kalian..??
Diubah oleh kodok.nongkrng3 11-11-2016 13:36
0
4.3K
Kutip
37
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan