Bagaimana Cara mengetahui Umur Benda Purba?

Coba gan tebak! sudah berapa lama Sultan Jogjakarta yang pertama meninggal? Mungkin dengan mudah agan bisa menjawabnya karena agan tinggal kurangin aja tahun saat ini dengan tahun kematian sang sultan, atau lebih gampangnya agan tinggal Googling aja.... Tapi, gimana kalau agan ditanya soal berapa lama Firaun Mesir yang pertama meninggal? Oke mungkin agan masih bisa googling juga…. Tapi gimana kalo yang ditanya adalah kapan kucing kesayangannya Firaun meninggal? Hmmm………..terlihat seperti tebak-tebakan di bungkus minuman dan makanan ringan….
Tapi anehnya pertanyaan macam ini, seakan selalu bisa dijawab oleh para peneliti benda-benda purba. Buktinya, setiap peninggalan bersejarah yang kita lihat di museum hampir selalu kita mendapati keterangan umurnya, yah kan? Lantas gimana sih para peneliti ini bisa tahu umur mumi, prasasti, atau benda-benda purba lainnya? Padahal, mereka jelas belum lahir pada zaman itu. Apakah mereka cuma asal tebak? Atau jangan-jangan, para peneliti ini diam-diam punya mesin waktu?
Quote:
Cekidot versi animasinya gan ( biar lebih ngerti!):
Quote:
Ada metode Ilmiahnya ternyata gan!

Ternyata nih gan, pengukuran umur benda purba bisa dilakukan secara ilmiah tanpa perlu time-travel, yaitu dengan teknik yang dinamakan “DATING”!! Bukan… Bukan dating yang itu, tapi dating yang lainnya. Jadi nih gan Teknik dating atau penanggalan benda purba yang dilakukan oleh para peneliti itu pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu Relative Dating dan Absolute Dating.


Pertama-tama kita akan masuk pada pembahasan relative dating. Jadi nih gan relative dating ini adalah teknik penanggalan yang paling pertama dilakukan oleh para arkeolog, paleontolog, dan pakar geologi untuk menentukan umur dari benda yang terdapat di bawah tanah, karena praktis (dapat diaplikasikan langsung di lapangan untuk memberikan hasil sementara), dan tentunya tidak memakan dana yang banyak...
Dengan Relative Dating, para peneliti membandingkan aneka periode sejarah atau umur relatif dari temuan-temuan yang salah satu caranya dengan menggunakan prinsip “Geological Superposition”. Menurut prinsip ini, prinsip “Geological Superposition”, tanah di bumi itu terdiri dari lapisan-lapisan tanah yang membentuknya, lapisan-lapisan tanah ini memiliki umur yang berbeda-beda pada setiap lapisannya dimana pada lapisan tanah yang berumur lebih tua umumnya berada pada bagian/ lapisan yang terletak paling dalam dari permukaan dan kemudian diatasnya menyusul lapisan-lapisan tanah yang lebih muda.
Dari Lapisan-lapisan tanah ini dapat kita imajinasikan seperti layaknya sebuah penanda buku yang mengawali dan mengakhiri sebuah bab dari buku tersebut. Jadi para peneliti dengan menggunakan prinsip ini dapat memperkirakan umur relatif sebuah benda purba berdasarkan keletakannya pada suatu lapisan tanah, keren sekali kan gan!

Oke….. untuk lebih jelasnya ane akan memberi informasi tambahan ke agan-agan,haha
Agan tau Situs Sangiran? Itu loh gan Situs arkeologi yang telah diakui secara Internasional melalui UNESCO. Situs Sangiran bukan hanya penting karena pada situs tersebut ditemukan temuan hominid Homo erectus baik itu Pithecanthropus erectus maupun Meganthropus paleojavanicus tetapi juga karena keberadaan “Sangiran dome” atau kubah sangiran yang wujudnya sih berupa bukit aja, namun hal ini sangat penting sekali bagi para peneliti purbakala karena “Sangiran Dome” yang terbentuk dari aktifitas pengengkatan tektonik yang terjadi jauh di masa purba dapat memberitahukan catatan geologis tanah dari jutaan tahun yang lalu, yang menceritakan tentang perjalanan evolusi manusia di dunia. Dari lapisan tanah Sangiran inilah Peneliti dapat menentukan umur relatif dari temuan-temuan jika ditemukan pada lapisan tanah tertentu.



Quote:
Kemudian kita akan beralih ke Absolute dating!!

Ehm, namanya juga dating, pasti lebih enak kalau ada chemistry-nya. Dengan mengawinkan Arkeologi dan Ilmu Kimia, lahirlah jenis dating yang kedua, yaitu Absolute Dating. Dengan teknik dating yang satu ini, kita bisa mengetahui umur benda purba secara lebih spesifik. Absolute dating ini sebetulnya terdiri dari banyak jenis metode, tapi kita akan membicarakan yang paling populer yaitu Carbon Dating alias Radiocarbon. Nah, Bagaimana cara kerjanya? Oke buat agan-agan ayo siapkan diri !! Kencangkan sabuk pengaman. Saatnya kita belajar sesuatu yang sangat menantang, yaitu Kimia!
Oke. Pertama-tama yang perlu agan-agan ketahui sekalian adalah bahwa segala hal yang ada di alam semesta ini terdiri dari materi yang amat sangat luar biasa kecil, yang bernama “atom”.

Nah dari atom-atom elemen kimia yang ada, terdapat jenis atom yang pasti dimiliki semua makhluk hidup atau benda organik lainnya, yaitu atom Karbon.

Atom karbon sendiri terdiri dari kakak beradik yang disebut isotop. Buat belajar Carbon Dating, kita akan berkenalan dengan kakak beradik yang bernama Carbon-12 dan Carbon-14. Carbon-12 adalah isotop karbon yang paling sering kita temukan di alam. Sementara saudaranya, si Carbon-14, tercipta setiap hari saat sinar kosmik menerobos masuk ke atmosfer bumi, kemudian mengenai unsur atom terbanyak di udara, yaitu Nitrogen.



Setiap hari, kakak beradik ini diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Tumbuhan inilah yang kemudian dimakan oleh makhluk hidup lain, termasuk kita. Nah, saat kita mati, hal unik terjadi! Jumlah Carbon-14 dalam tubuh kita akan mulai berkurang, sementara jumlah Carbon-12 tidak berubah. Kejadian ini disebabkan karena Carbon-14 bersifat tidak stabil atau bersifat radioaktif. Supaya bisa stabil, Carbon-14 harus mengalami peluruhan kembali menjadi atom asalnya. Lalu, bagaimana cara Carbon 14 yang labil ini meluruh?




Quote:
Waktu paruh? Peluruhan atom? Barang apa itu?
Faktanya, semua atom radioaktif di dunia ini punya “waktu-paruh”, yaitu waktu yang dibutuhkan si atom untuk meluruh setengahnya. Nah, waktu paruh Carbon-14 adalah 5730 tahun. Jadi, dalam 5730 tahun, jumlah total Carbon-14 dalam sebuah spesimen akan berkurang setengahnya. Dan akan berkurang lagi setengahnya dalam 5730 tahun selanjutnya.

Nah, untuk mengukur jumlah si kakak beradik karbon dalam suatu spesimen, para peneliti menggunakan alat canggih bernama Mass Spectrometer.

Dengan menghitung perbandingan rasio kedua karbon di spesimen dan di alam, tambahkan waktu-paruh dalam hitung-hitungan yang sangat sangat ribet dan memusingkan… TADA!!!

Kita-kita bisa mengetahui umur spesimen dari ribuan tahun yang lalu. Supaya lebih tepat, peneliti juga akan mencocokkan perhitungan mereka dengan aneka penunjuk waktu alami, yaitu menggunakan lingkar tahun pada pohon berkambium atau oleh peneliti biasa disebut dengan Dendrochronology…...


Quote:
Tapi sayang tidak berlaku bagi fosil Dino...
Sayangnya, Carbon Dating cuma bisa dipakai untuk spesimen makhluk hidup yang mati kurang dari 50ribu tahun yang lalu. Lalu, bagaimana nasib fosil dinosaurus yang umurnya lebih dari 50ribu tahun? Para peneliti tidak pilih kasih kok. Mereka cuma akan menggunakan atom lain yang waktu paruhnya lebih lama, misalnya potassium-argon yang waktu-paruhnya 1,26 milyar tahun.

Namun agar lebih akurat memang biasanya peneliti tidak hanya menggunakan salah satu metode dating, namun dengan mengkombinasikan keduanya agar saling melengkapi data-datanya
Nah sekarang agan-agan tau kan bagaimana para peneliti tahu mengenai umur dari benda-benda purba tersebut? dan… ternyata dibalik papan penjelasan tentang umur artefak di Museum terdapat proses yang panjang dan perhitungan yang…...hmmm…. Bisa dibilang cukup rumit....

Tapi kalau agan bisa menguasainya, mungkin agan bisa dengan mudah menghitung umur benda-benda purba lain dan tentunya kasus umur si kucing firaun pun bisa diungkap......dan tidak hanya sampai disitu mungkin agan juga punya bakat untuk menjadi calon arkeolog dimasa mendatang...hahaha

Jangan lupa cendolnya ya gan 


LINK URL BLOG
Sumber