- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kian Perkasanya Marvel dan Jejak Memalukan DC


TS
madpool
Kian Perkasanya Marvel dan Jejak Memalukan DC
Quote:

Spoiler for satu:
Quote:
Baru-baru ini, film terbaru dari Marvel Cinematic Universe, Doctor Strange sukses menghajar box office di seluruh dunia. Jujur aja, gue bahkan nonton dua kali.
Jauh sebelumnya, di tahun ini pula, Marvel telah menelurkan Captain America: Civil War, yang lagi-lagi berhasil menjadi raja di tangga box office di seluruh dunia. Di ranah televisi atau saluran online, Marvel menghadirkan pula Daredevil season terbaru dan tak lama, Marvel Luke Cage.
Dalam naungan studio lain, Marvel hadir melalui sekuel terbaru dari X-Men dan film kesayangan gue, Deadpool.
Boleh dikatakan, Marvel unggul dalam melahirkan film superheronya baik dalam naungannya sendiri melalui proyek MCU, maupun melalui studio lain.
Jauh sebelumnya, di tahun ini pula, Marvel telah menelurkan Captain America: Civil War, yang lagi-lagi berhasil menjadi raja di tangga box office di seluruh dunia. Di ranah televisi atau saluran online, Marvel menghadirkan pula Daredevil season terbaru dan tak lama, Marvel Luke Cage.
Dalam naungan studio lain, Marvel hadir melalui sekuel terbaru dari X-Men dan film kesayangan gue, Deadpool.
Boleh dikatakan, Marvel unggul dalam melahirkan film superheronya baik dalam naungannya sendiri melalui proyek MCU, maupun melalui studio lain.
Spoiler for dua:
Quote:
Spoiler for tiga:
Quote:
Di sisi lain, DC mencoba mengejar ketertinggalan dari Marvel. Tahun ini mereka meluncurkan Batman v Superman dan Suicide Squad. Sialnya, kritikan keras melancur dari film yang mereka release tersebut.
Batman v Superman banyak dikomentari penonton terlalu kelam dan susah untuk dimengerti. Sementara Suicide Squad, yang dalam penayangan terbatas menuai pujian, justru berbalik menuai kritikan saat film tersebut ditayangkan secara luas.
Suicide Squad dinilai terlalu cepat, sinematografi yang terlalu gelap, dan humor-humor yang dihadirkan terlalu garing. Singkatnya, banyak penonton kecewa melihat aksi para penjahat-penjahat tersebut.
Agak mengherankan memang melihat sepak terjang DC. Gue merasa bahwa mereka sebenarnya memiliki materi yang jauh lebih baik dari Marvel. Sayangnya, mereka melalukan pendekatan sinematografi yang salah terhadap materi yang mereka miliki.
Bandingkan dengan Marvel. Menurut Joss Whedon, kekuatan utama dari Marvel ialah jalan cerita yang dibangun. Selanjutnya, Marvel mengemas antar superheronya dengan kesinambungan yang amat baik hingga satu sama lain saling berkait dan membentuk “universe” yang menarik. Wedon tak menampik bahwa DC menghadirkan gaya yang menarik. Namun gaya tersebut cocok bagi penonton tertentu dan bukan keseluruhan pemirsa.
Tidak ada kesinambungan dalam film DC. Lihat bagaimana mereka langsung me-release Suicide Squad alih-alih membuatkan film solo mereka terlebih dahulu.
Bahkan, tahun depan DC akan langsung me-release Justice League dibandingkan me-release satu-persatu materi superhero yang mereka miliki.
Seakan-akan, DC mencoba mengejar Marvel yang telah melaju jauh. Berbanding terbalik dengan ucapan bos WB Kevin Tsujihara yang menyatakan bahwa DC tidak terganggu oleh Marvel.
Kembali kita bandingkan dengan Marvel. Jauh sebelum Avengers digarap, mereka telah menapaki tangga Marvel Cinematic Universe dengan me-release Hulk, Iron Man, Thor, dan Captain America.
Saat Avenger hadir, para penonton film tahu latar belakang satu per satu dari superhero yang membentuk suatu aliansi tersebut. Mereka pun tahu siapa Loki sang antagonis di film pertama Avengers.
Lihat Suicide Squad. Siapa si A, kenapa dia menjadi penjahat, apa kesalahan dia, dan dengan superhero mana dia bertarung hanya diceritakan dengan kilasan-kilasan cepat di awal film saja. Penonton tak merasakan suatu perasaan yang sama seperti saat mereka menyaksikan Avengers.
Ben Affleck, yang kini dipercaya DC sebagai produser, sutradara, sekaligus pemeren utama (kenapa ngga sekalian penulis skenario, lighting, sound, editor, clapperman, dan semuanya gitu) Batman mengungkapkan bahwa baginya DC jauh lebih mistikal, jauh lebih agung, dan jauh lebih realistis daripada Marvel.
Bagi gue, Affeck nampaknya lupa bahwa film superhero identik dengan film keluarga. Banyak penonton yang turut serta membawa keluarganya menonton film superhero. Kejadian film Deadpool dulu, banyak penonton yang membawa anak-anaknya lupa dengan peringatan bahwa film Deadpool adalah film dewasa. Akibatnya, tidak sedikit para orang tua beserta anak-anak mereka keluar teater sebelum film selesai.
DC, seperti memiliki idealisme yang salah kaprah. Mereka menganalogikan “realistis” dan sesuatu yang “agung” dari materi yang mereka miliki dengan hal-hal yang berbau gelap, sedih, dan dialog-dialog yang susah dicerna penonton.
Lihat bagaimana Snyder memporak-porandakan fantasi pembaca komik Superman dalam film yang ia garap. Superman seolah-olah pria galau yang baru dibutus pacarnya dan tidak menemukan jalan keluar.
Bandingkan dengan Marvel. Sesedih-sedihnya Bruce Banner, Marvel tetap menyuguhkan penontonnya dengan tindakan Hulk yang bisa menyegarkan selera humor.
Marvel telah merevolusi dunia film dengan superhero-superhero yang mereka keluarkan.
Sebelum film-film superhero booming. Film jenis ini adalah film yang cukup dihindari di Hollywod. Dianggap film kelas dua dan banyak aktor kelas atas yang enggan memerankan karakter fantasi di film superhero.
Marvel menghadirkan superheronya dengan sangat apik dan berkelas. Tentu kehadiran film superhero yang apik ini juga berkat perkembangan teknologi CGI yang makin mumpuni.
Sebenarnya, sebelum era DC Extended Universe dimuali, DC melakukan hal yang baik dengan sperheronya terutama Batman. Christopher Nolan membuat Batman yang benar-benar hidup dan hingga kini dianggap sebagai film Batman terbaik (bagi gue, sebagai film superhero terbaik).
Sialnya, memasuki masa DCEU, banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan DC. Terutama menyangkut masalah “kreatif” antara penggarap film dengan petinggi DC.
Sudah bukan hal yang aneh apabila DC mengeluarkan versi DVD atau Blueray yang jauh berbeda dibadingkan dengan versi bioskop.
Versi DVD selalu jauh lebih baik daripada versi bioskop. Padahal, bioskop adalah rohnya sebuah film.
Versi DVD jauh lebih baik disebabkan oleh di versi DVD, sutradara benar-benar berperan sebagai seorang sutradara. Sementara di versi bioskop, petinggi-petinggi DC melakukan intervensi yang keterlaluan.
Bandingkan dengan Marvel. Satu-satunya kabar yang tak sedap datang bukan dari garasi mereka, melainkan dari garasi Fox yang memberhentikan Tim Miller dari proyek sekuel Deadpool jilid kedua akibat perbedaan “kreatif.”
Dan yang terpenting, dalam film-film Marvel, penonton bisa dengan mudah membedakan latar siang, sore, atau malam. Coba lo bedakan latar siang, sore, atau malam di film Suicide Squad, bisa?
Sialnya, petinggi DC Greg Silverman menanggap bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah yang terbaik dan film-film DC ditangani oleh master pembuat film.
Kalau sudah begini, rasanya kita jangan terlau berharap pada Wonder Women, Justice League, maupun Aquaman yang dalam beberapa bulan ke depan akan menyapa penggemar film superhero. Sedikit saran bagi Marvel dan DC.
Untuk Marvel, nampaknya pendekatan yang berbeda wajib mereka lakukan. Dan hal tersebut, sedikit ada di film Doctor Strange yang saat ini masih tayang.
Entah mengapa, kesuksesan Deadpool banyak menginspirasi superhero-superhero setelahnya menjadi jauh lebih humoris dan jauh lebih realistis dalam menyajikan detail-detail pertarungan.
Bagi DC, gue berharap Nolan mau turun gunung dan menyumpel mulut petinggi-petinggi DC.
Atau, berikan mater-materi superhero DC pada sutradara film indie yang baru masuk pentas perfilman Hollywood. Suatu resep yang sukses dilakukan oleh Marvel.
Kita tunggu aksi selanjutnya.
Batman v Superman banyak dikomentari penonton terlalu kelam dan susah untuk dimengerti. Sementara Suicide Squad, yang dalam penayangan terbatas menuai pujian, justru berbalik menuai kritikan saat film tersebut ditayangkan secara luas.
Suicide Squad dinilai terlalu cepat, sinematografi yang terlalu gelap, dan humor-humor yang dihadirkan terlalu garing. Singkatnya, banyak penonton kecewa melihat aksi para penjahat-penjahat tersebut.
Agak mengherankan memang melihat sepak terjang DC. Gue merasa bahwa mereka sebenarnya memiliki materi yang jauh lebih baik dari Marvel. Sayangnya, mereka melalukan pendekatan sinematografi yang salah terhadap materi yang mereka miliki.
Bandingkan dengan Marvel. Menurut Joss Whedon, kekuatan utama dari Marvel ialah jalan cerita yang dibangun. Selanjutnya, Marvel mengemas antar superheronya dengan kesinambungan yang amat baik hingga satu sama lain saling berkait dan membentuk “universe” yang menarik. Wedon tak menampik bahwa DC menghadirkan gaya yang menarik. Namun gaya tersebut cocok bagi penonton tertentu dan bukan keseluruhan pemirsa.
Tidak ada kesinambungan dalam film DC. Lihat bagaimana mereka langsung me-release Suicide Squad alih-alih membuatkan film solo mereka terlebih dahulu.
Bahkan, tahun depan DC akan langsung me-release Justice League dibandingkan me-release satu-persatu materi superhero yang mereka miliki.
Seakan-akan, DC mencoba mengejar Marvel yang telah melaju jauh. Berbanding terbalik dengan ucapan bos WB Kevin Tsujihara yang menyatakan bahwa DC tidak terganggu oleh Marvel.
Kembali kita bandingkan dengan Marvel. Jauh sebelum Avengers digarap, mereka telah menapaki tangga Marvel Cinematic Universe dengan me-release Hulk, Iron Man, Thor, dan Captain America.
Saat Avenger hadir, para penonton film tahu latar belakang satu per satu dari superhero yang membentuk suatu aliansi tersebut. Mereka pun tahu siapa Loki sang antagonis di film pertama Avengers.
Lihat Suicide Squad. Siapa si A, kenapa dia menjadi penjahat, apa kesalahan dia, dan dengan superhero mana dia bertarung hanya diceritakan dengan kilasan-kilasan cepat di awal film saja. Penonton tak merasakan suatu perasaan yang sama seperti saat mereka menyaksikan Avengers.
Ben Affleck, yang kini dipercaya DC sebagai produser, sutradara, sekaligus pemeren utama (kenapa ngga sekalian penulis skenario, lighting, sound, editor, clapperman, dan semuanya gitu) Batman mengungkapkan bahwa baginya DC jauh lebih mistikal, jauh lebih agung, dan jauh lebih realistis daripada Marvel.
Bagi gue, Affeck nampaknya lupa bahwa film superhero identik dengan film keluarga. Banyak penonton yang turut serta membawa keluarganya menonton film superhero. Kejadian film Deadpool dulu, banyak penonton yang membawa anak-anaknya lupa dengan peringatan bahwa film Deadpool adalah film dewasa. Akibatnya, tidak sedikit para orang tua beserta anak-anak mereka keluar teater sebelum film selesai.
DC, seperti memiliki idealisme yang salah kaprah. Mereka menganalogikan “realistis” dan sesuatu yang “agung” dari materi yang mereka miliki dengan hal-hal yang berbau gelap, sedih, dan dialog-dialog yang susah dicerna penonton.
Lihat bagaimana Snyder memporak-porandakan fantasi pembaca komik Superman dalam film yang ia garap. Superman seolah-olah pria galau yang baru dibutus pacarnya dan tidak menemukan jalan keluar.
Bandingkan dengan Marvel. Sesedih-sedihnya Bruce Banner, Marvel tetap menyuguhkan penontonnya dengan tindakan Hulk yang bisa menyegarkan selera humor.
Marvel telah merevolusi dunia film dengan superhero-superhero yang mereka keluarkan.
Sebelum film-film superhero booming. Film jenis ini adalah film yang cukup dihindari di Hollywod. Dianggap film kelas dua dan banyak aktor kelas atas yang enggan memerankan karakter fantasi di film superhero.
Marvel menghadirkan superheronya dengan sangat apik dan berkelas. Tentu kehadiran film superhero yang apik ini juga berkat perkembangan teknologi CGI yang makin mumpuni.
Sebenarnya, sebelum era DC Extended Universe dimuali, DC melakukan hal yang baik dengan sperheronya terutama Batman. Christopher Nolan membuat Batman yang benar-benar hidup dan hingga kini dianggap sebagai film Batman terbaik (bagi gue, sebagai film superhero terbaik).
Sialnya, memasuki masa DCEU, banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan DC. Terutama menyangkut masalah “kreatif” antara penggarap film dengan petinggi DC.
Sudah bukan hal yang aneh apabila DC mengeluarkan versi DVD atau Blueray yang jauh berbeda dibadingkan dengan versi bioskop.
Versi DVD selalu jauh lebih baik daripada versi bioskop. Padahal, bioskop adalah rohnya sebuah film.
Versi DVD jauh lebih baik disebabkan oleh di versi DVD, sutradara benar-benar berperan sebagai seorang sutradara. Sementara di versi bioskop, petinggi-petinggi DC melakukan intervensi yang keterlaluan.
Bandingkan dengan Marvel. Satu-satunya kabar yang tak sedap datang bukan dari garasi mereka, melainkan dari garasi Fox yang memberhentikan Tim Miller dari proyek sekuel Deadpool jilid kedua akibat perbedaan “kreatif.”
Dan yang terpenting, dalam film-film Marvel, penonton bisa dengan mudah membedakan latar siang, sore, atau malam. Coba lo bedakan latar siang, sore, atau malam di film Suicide Squad, bisa?
Sialnya, petinggi DC Greg Silverman menanggap bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah yang terbaik dan film-film DC ditangani oleh master pembuat film.
Kalau sudah begini, rasanya kita jangan terlau berharap pada Wonder Women, Justice League, maupun Aquaman yang dalam beberapa bulan ke depan akan menyapa penggemar film superhero. Sedikit saran bagi Marvel dan DC.
Untuk Marvel, nampaknya pendekatan yang berbeda wajib mereka lakukan. Dan hal tersebut, sedikit ada di film Doctor Strange yang saat ini masih tayang.
Entah mengapa, kesuksesan Deadpool banyak menginspirasi superhero-superhero setelahnya menjadi jauh lebih humoris dan jauh lebih realistis dalam menyajikan detail-detail pertarungan.
Bagi DC, gue berharap Nolan mau turun gunung dan menyumpel mulut petinggi-petinggi DC.
Atau, berikan mater-materi superhero DC pada sutradara film indie yang baru masuk pentas perfilman Hollywood. Suatu resep yang sukses dilakukan oleh Marvel.
Kita tunggu aksi selanjutnya.
Giman gan tentang sepak terjang Marvel dan DC. Ane sih tinggal liat aja sepak terjangnya di bioskop

0
7.2K
Kutip
52
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan